Lewoleba – Sekretaris Daerah Kabupaten Lembata, Paskalis Ola Tapobali melalui jumpah pers di pelataran aula kantor daerah menyampaikan bahwa pihaknya selaku pemerintah daerah hanya ingin meluruskan atau mencerahkan ke publik terkait pemahaman terhadap hasil rapid test positif dan hasil rapid test negatif.
Menurut Paskal, yang dimaksudkan dengan rapid test itu belum tentu menjamin untuk seseorang itu langsung positif corona. Untuk memastikan seseorang positif corona itu harus melalui tahapan lanjutan lagi yakni, test Swab. Atau disebut Polinea Ceins Reaksi (PCR).
Sekretaris Daerah Lembata menerangkan bahawa test Polinea Ceins Reaksi (PCR) untuk saat ini Pemerintah belum memiliki Huller Box atau terminal media untuk test Swab. Huller Box atau kotak berlubang ini adalah alat yang tidak bisa sembarangan kita menyimpanya, karena dia minimal berada pada suhu 2,8 derajat.”Terang Paskal.
Menurut Paskal, Alat Swab yang dimaksudkan itu baru dikirim dari Provinsi hari ini dan besok baru kita terimah. Setelah alat itu tiba baru tim medis bisa melakukan Swab. Setelah dilakukan Swab hasil test itu di peking untuk dikirim ke laboratorium di Surabaya.
Terhadap P1 Paskalis mengingatkan bahwa untuk yang sudah melakukan rapid test itu belum tentu positif virus corona. “Jelas Sekertaris Daerah Lembata Paskal Tapobali.
Dikatakanya bahwa sesuai dengan informasi yang beredar di masyarakat bahwa orang yang P1 ini sepertinya tidak di terimah lagi di lingkungan masyarakat dan bahkan sudah ada stigma bahwa orang-orang pernah berintraksi dengan P1 itu mereka dinyatakan sudah terpapar virus corona.”Ini tidak benar, bantah Paskal.
“Yang benarnya adalah P1 ini benar postif tetatpi positif itu bisa saja ada penyakit lainya. Kalau positif corona maka kita harus tunggu test berikutnya dengan Swab,”ujar Paskal Ola Tapobali.
Kepada media Paskalis Tapobali menghimbau bahwa sebaiknya masyarakat jangan bicara melebihi Dokter. Memang benar kita harus waspada tetapi kita jangan menjastis seseorang seolah-olah dia sudah terpapar virus corona. Mari kita sama-sama berdoa dan berharap supaya Lembata ini tetap bersih dan tidak ada yang positif corona.”Kata Paskal Tapobali.
Dokter Lusia Chandra menambakan bahwa, bagi siapapun yang baru datang dari zona merah atau disebut Orang Dalam Pemantauan (ODP) itu wajib di rapid test, Rapid Test dilakukan itu bukan karena dia sudah corona tetapi untuk di ketauhi apakah ada virus atau tidak pada orang tersebut. Dokter Lusia Chandra menerangkan bahwa hasil Rapid Test itu bisa saja menunjuhkan orang tersebut positif karena virus lainya. Untuk mengetauhi seseoarang itu terjangkit virus corona atau tidak maka harus di lakukan test Swab. Kita berharap agar alat tes Swab ini bisa segera datang sehingga kita sudah bisa mulai memanfaatkanya.”Jelas Lusia Chandra.
Kita tentunya berharap agar Lembata harus segera mendapatkan alat TCM (Test Cepat Molekuler) sehingga kedepan kita tidak lagi mengirim hasil test ke laboratorium di Surabaya. Untuk kepastian hasil Swab Lusia Chandra belum bisa memastikan bahwa berapa lama waktu pemeriksaan. Test swab ini tergantung berapa banyak antrian di laboratorium. Memang untuk pemgambilan swab itu cepat tetapi untuk mendapatkan hasilnya kita butuh waktu untuk menungu.
Soal pengiriman Swab itu, pihak pemerintah pusat sudah membuat kontrak dengan penerbangan Trans Nusa dan Garuda. Untuk penerbangan Lion itu dibatalkan sehinga kita di Lembata harus pikirkan pengiriman swab ini melalui penerbangan Trans Nusa lewat Latantuka atau Maumere. Hasil Swab ini akan dipeking dalam Huller Box sambil menunggu jadwal pengirimanya. Kita juga harus sesuaikan dengan jadwal dan masa swab-nya. Karena kalau tidak sesuai dengan masa swab-nya maka terpaksa kita harus tunda dulu.
Sekda Paskal mengatakan Terkait rapid Tes terhadap beberapa orang yang sempat bersama dengan P1 itu nanti 10 hari kedepan kita akan melakukan rapid test kedua. jdi sekitar tanggal 23 April dilakukan rapid test lagi.
Paskal Tapobali mengingatkan bahwa untuk mereka yang pernah bersama P1 itu, mereka wajib melakukan masa karantina mandiri, dan mereka nanti dalam waktu dekat akan bertemu lamgsung dengan Bupati Lembata untuk mendapatkan arahan dan penguatan. Sementara terhadap sembilan mahasiswa itu kita sudah rencanakan untuk karantinakan.
Terhadap mereka yang mengalami konflik sosial di kalangan masyarakat Sekertaris Daerah Kabupaten Lembata, Paskalis Tapobali menyayangkan kenapa bisa sampai terjadi begini, bahkan data-data konsumsi pemerintah untuk dijadikan bahan referensi untuk mengawasi orang-orang dalam hal pergerakan perilaku tingkat kesehatanya setiap hari. Saya heran kenapa data sampai bocor ke masyarakat,”Sesal Paskal Tapobali.
Kepada masyarakat diharapkan agar jangan terlalu panik dan harus tetap tenang untuk mengikuti himbauan-himbauan pemerintah. Paskalis Tapobali juga mengajak masyarakat Lembata untuk terus mengikuti informasi-informasi tentang apa itu covid-19, bagaimana penularanya dan bagaimana kita mepertahankan kekuatan kita mengahadapi Virus corona ini. Paskalis mengakui bahwa hal yang membuat masyarakat panik itu karena mungkin juga pemerintah kurang melakukan edukasi ke masyarakat.
Tetapi dengan keterbatasan yang ada dan beberapa informasi yang sudah di publikasikan itu harap bisa di pahami dan jangan kita menganggap enteng. Kita harus pahami supaya kita bisa tahu, dan kita juga tidak boleh menghakimi orang, sehingga saya berharap agar masyarakat Lembata harus tetap waspada mengikuti himbauan pemerintah.**WN02**