Diselah kesibukan pemantauan penanganan covid-19 orang nomor satu Lembata ini, bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur meluangkan waktunya mendatangi lokasi karantina terpusat di Puskesmas Lewoleba di Desa Pada Kecamatan Nubatukan Kabupaten Lembata. Sabtu (18/4/2020).
Kunjungan bupati Lembata ini untuk memastikan kondisi ke 7 orang yang ada di karantina terpusat Puskesmas Kota Lewoleba di Desa Pada. Hadir mendampingi saat itu Sekertaris Daerah Kabupaten Lembata, Paskalis Tapobali, kepala Dinas Kesehatan Dokter Lusia Chandra, Kepala Dinas Kominikasi dan Informatika, Markus Labi dan beberapa OPD lainya.
Menyinggung soal pernyataan Gubernur Nusa Tenggara Timur viktor Bungtilu Laiskodat saat melakukan Video Conference bersama seluruh Bupati dan Wali kota se Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sunur Hanya senyum dan tidak mau memberi komentar. Menurut Bupati Sunur bahwa di tengah pandemic Covid-19 ini, masih banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan, dari pada kita saling menyalahkan.
Meskipun dirinya tahu bahwa, Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat sempat melontarkan teguran keras kepada dirinya dan Bupati Kabupaten Rote Ndao karena dianggap pihaknya terlalu cepat mengumumkan hasil Rapid Test yang dianggap meresahkan dan membuat panik rakyat. Bupati Sunur kepada media mengatakan bahwa, sebagai pemimpin tentu dirinya tau apa yang harus sedang dibutuhkan rakyat Lembata dan Sunur meyakinkan dirinya bersama tim gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Lembata, akan terus berupayah bekerja semaksimal mungkin guna melindungi rakyatnya dari serangan wabah yang mematikan virus corona Covid-19.”Biar sudah, jangan ditanggapi. Pa Gubernur itu teman saya. Nanti kalau dalam sidang teleconfrence lagi saya akan bilang, tolong pa Gubernur, orang bodoh mau bicara, kan gitu,” ujar Bupati Sunur santai.
Pada kesempatan itu Bupati Sunur meminta aga fungsi koordinatif bersama pemerintah provinsi harus ditingkatkan dalam situasi pandemi Covid-19 ini. Salah satu koordinasi penting dan mendesak adalah dalam soal pengiriaman sample Swab pasien yang terdeteksi reaktif rapid test, ke Laboratorium Di Surabaya, untuk bisa lebih cepat diketahui hasilnya. “Saya baru dengar kalau sample Swab itu diantar juga oleh petugas medis kita ke Surabaya. Ini kalau petugas medis kita yang sudah sedikit ini mengantar sample swab, dan ketika samapai disana terus harus di karantinakan lagi, maka jelas kita di Lembata akan kesulitan tenaga medis.”sebut Bupati Sunur.
Kalaupun Swab ini harus lewat Provinsi maka akan jadi Masalah kalau pemerintah Provinsi juga mau tunggu banyak dulu baru diantar ke Laboratorium. kita akan kalah langkah dengan penyebaran virus yang sangat cepat ini,” jelas Bupati Lembata.
Sementara itu sacara terpisah, Petrus Bala, anggota DPRD Kabupaten Lembata, Sabtu (18/4/2020) kepada media mengatakan, dalam situasi pandemi Covid-19, para elit tidak boleh saling melemahkan atau saling memojokan satu sama lain.
Kalau kita Saling tuding justru akan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Hubungan Kabupaten dan Provinsi itu urusan koordinatif. Menurutnya, tidak salah jika Pemerintah Kabupaten Lembata mengumumkan hasil rapid test, kemudian di sampaikan juga kepada pemerintah Provinsi.
“Sebagai Ketua satgas Covid-19, wajar kalau informasi tentang adanya temuan reaktif hasil rapid test itu dimumkan ke publik. Ini kita menghindari segelintir orang yang memanipulasi informasi itu di medsos. Yang tau masalah real di lapangan adalah Bupati dan Wali Kota. Jika hasil rapid test itu tidak diumumkan ke Publik, orang akan berspekulasi tentang data dan informasi yang akan lebih meresahkan rakyat,” ujar PetrusBala Wukak.
Menurut Bala Wukak, publik jangan dibuat bingung. Informasi yang disampaikan Pemerintah daerah itu adalah falid dan memiliki ruang edukasi dan mencerdaskan masyarakat, agar masyarakat tidak resah. “Saya minta, agar jangan timbulkan poleimik di tengah wabah ini,”
Lanjut Petrus Bala Wukak, pemerintah Provinsi sebaiknya segera mengatasi kebutuhan paling mendesak dan penting yakni laboratorium Swab di NTT, bukan menimbulkan keributan. Yang menjadi kebutuhan penting dan mendesak adalah laboratorium swab. Hadirkan itu laboratorium Swab ke Kupang. Karena di tengah wabah ini penerbangan kemana-mana juga susah. Gubernur Nusa Tenggara Timur mestinya segera siapkan laboratorium tes swab di propinsi untuk memotong mata rantai distribusi sampel Swab ke Surabaya, agar kita tidak terlambat bertindak memutus mata rantai penyebaran covid-19,” Pungkas Bala Wukak.**(WN020**