Bupati Lembata Eliaser Yenthji Sunur melakukan kunjungan pemantauan tempat karantina di Puskesmas Meru, desa Dolulolong Kecamatan Omesuri, Senin,(20/2020). Dalam arahanya Bupati Sunur mengatakan bahwa dirinya tidak bisa mendatangi semua desa di Lembata, dengan demikian kegiatan kita hanya bisa pusatkan di Desa Dolulolong, sekaligus saya melihat langsung tempat karantina Puskesmas Meru untuk di persiapkan menjadi tempat karantina. Hadir saat itu Bupati Lembata Eliaser Sunur, TP, PKK Ny, Damayanti, Kepala Dinas Komunikasi Informatika, Markus Labi dan rombongan OPD Kabupaten Lembata lainnya. Camat Omesuri dan camat Buyasuri, Kapolsek, Danramil dan para Kepala Desa se Kecamatan Omesuri dan Buyasuri.
Ada beberapa hal yang pelruh saya sampaikan kepada Para kepala Desa terkait penerasian anggaran yang akan direlokasi dan refokusing. Sunur berharap penerasian anggaran itu jangan lama-lama karena desa harus segera clearkan penerasian penggunaan anggaran sesuai dengan arahan Mentri Desa, soal asistensi itu dilakukn di satu meja saja karena nanti akan dibawah ke kabupaten untuk kita lakukan review.
Bupati Lembata Eliaser Yenthji Sunur menegaskan kepada seluru Camat dan seluruh keplala Desa untuk harus cepat lakukan relokasi anggaran Karena ketika sudah ada uang dan kita mau beli barang yang kita butuh itu bisa saja stok barang tersebut habis. Yang perluh dipikirkan adalah masih banyak orang yang mebutuhkan material penanganan covid-19. ” soalnya untuk sekarang kita minta satu alat saja lama baru datang apalagi kita pakai pesan. Untuk itu kita jangan main-main, kita harus segera laksanakan penerasian anggaran.Ujar Bupati Sunur.
Terkait Alat Perlindungan Diri (APD) Bupati mengarakan kepada para kepala desa untuk bisa perdayakan masyarakat Kedang di desa-desa yang memiliki mesin jahit itu supaya mereka bisa menjahit masker dari kain, sehingga kedepan Pemerintah desa harus bisa anggarkan untuk membayar masker yang dijahit oleh mama-mama di desa. Ini adalah salah satu cara penanganan pemberdayaan terhadap masyarakat desa. Kalau Kita beli masker di surabaya dengan harga lima ribu tetapi datangnya lamah maka kita sudah terlambat start penanganan covid-19. Sehingga khusus untuk Alat Perlindungan Diri (APD) masyarakat di desa saya sarankan untuk pakai masker kain supaya kalau maskernya kotor itu masih bisa kita cuci.
Mengenai pengadaan alat thermometer gun atau pengukur suhu Sunur menyarankan agar pihak desa harus bersatu bersama tim gugus tugas yang ada untuk sama-sama order supaya barangnya didatangkan secara bersamaan. Saya meminta kepada para kepala Desa untuk atur skema pencegahaan dan penanganan covid-19 sehingga masyarakat diwajibkan pakai masker, mengatur jaga jarak, tidak usah nongkrong minum tuak apalagi bergilir pakai satu gelas, wajib cuci tangan pakai sabun dengan air bergerak.”jelas Sunur
Menurutnya Dampak perekonomian masyarakat memang sangat perluh untuk kita pikirkan karena hampir semua pasar ditutup sehingga penjual sayur di semua wilayah pasti mengalami kesulitan untuk menjual sayurnya. Kepada kepala desa Sunur menginstruksikan harus bisa mendatakan semua penjual sayur mulai dari Desa Wowong, Desa Bean sampai Desa Roho.
Untuk bisa lakukan pemberdayaan terhadap masyarakat yang menjual sayur. “kita bisa pakai dana Desa untuk membantu masyarakat yang jual sayur . Ini adalah dampak daripada ekonomi sehingga pihak desa harus bisa memberikan ruang untuk masyarakat. Dan Desa juga harus membuat perhitungan supaya satu minggu kita belanja sayur di desa-desa untuk kita bagikan ke masyarakat. Dan Kepala Desa harus menginfentarisir kelompok di desa-desanya karena di desa juga ada kelompok tani holtikultura khusunya sayur.
Kita harus segera berdayakan masyarakat karena eskalasi ini terus berjalan.” jangan tunggu bantuan dari pusat karena uang di pusat dan daerah juga lagi susah semua, bahkan untuk anggaran daerah juga sudah di potong semuanya.
Untuk itu Kepala desa juga harus segera ciptakan kegiatan proyek-proyek di desa untuk disuwakelolakan dengan pola padat karya. Jangan panggil orang dari luar untuk kerja kalau ada tukang di dalam desa, supaya masayarakat di dalam desa bisa di berdayakan.
lanjut Sunur mengarahkan agar anggran di Desa itu harus segera di pakai karena untuk tahap berikutnya bisa di potong oleh Kementrian Keuangan dan Mentri Desa. Sehingga pada tahap ke dua ini kita tidak lagi di potong.
Dan Terhadap kegiatan padat karya itu harus segera dilakukan, bangun infrastruktur jalan karena dengan padat karya itu masyarakat bisa terbantu ekonominya.”Terang Sunur.
Dikatakanya bahwa sesuai dengan arahan Mentri keuangan untuk desa mengalokasi anggaran itu ada sekitar 30% untuk penanganan covid-19. Karena di desa itu kita jadikan sebagai jaring pengaman sosial sehingga bantuan tunai itu wajib diberikan kepada masyarakat yang tidak Mendaptkan fasilitas dari Negara. Misalnya di Desa Nilanapo ada 153 KK, dan apabila yang terkafer dalam program Pemerintah itu ada sekitar 100 KK, maka tentu ada 53 KK yang wajib mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk itu mereka harus diberikan per KK dengan jumlah Rp. 600.000 per tiga bulan. Ini Sesuai persaratan Kementrian Desa. Untuk itu para kepala desa harus segera membuat laporan kegiatanya karena ketika ada rapat video conference itu akan di pertanyakan. Kepada kepala Desa Sunur juga mengingatkan agar jangan berpikir desa tidak ada uang, ini adalah intruksi Presiden dan kita wajib mengikutinya. Dan Apabila ketersediaan uang itu terbatas maka desa bisa turunkan jumlah pembagianya supaya semuanya bisa dapat. Bisa dengan Rp. 500.000, dan Rp. 300.000 per KK.
Kita tidak tahu covid-19 ini berahkir kapan, untuk itu Pemerintah kabupaten Lembata akan terus berupaya mefasilitasi penanganan covid-19 ini. Kalau ada yang menghambat proses realisasi maka segera laporkan untuk kita tindaklanjuti. Kita tidak main-main jadi kepala desa harus urus adminisrtasi dengan baik dan cepat prosesnya. semua urusan administrasi akan di review oleh Inspektorat karena setelah penanganan covid-19 itu pasti akan ada audit dari pihak inspektorat. Untuk itu semua kegiatan kerja itu harus ada tandatangan kontrak supaya pertanggungjawaban administrasi tetap berjalan dengan baik.”Jelas Bupati Lembata.
Untuk penutupan terbatas terhadap akses laut harus lebih diperketat, kapal-kapal itu bisa jalan tetapi tanpa penumpang. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa masih ada kapal yang datang memuat penumpang lewat jalur tikus. Contoh di Waiwuring sudah di tutup juga orang masih bisa nyebrang lewat Sagu, Lamahala dan Lamakera. kemarin ada 1 orang dari Malaysia mencoba nyebrang lewat Waiwuring namun masyarakat menolaknya. dan dia memaksa nyebrang lewat Lamahala dengan modus memancing ikan dan dini hari baru kapal itu merapat ke Babo Kerong. riwayat perjalanan orang tersebut dari Malaysia transit di Bekasi, setelah di Bekasi baru lanjut ke Lembata dan orang itu langsung kita angkut ke Karantina terpusat. Selain itu ada juga 7 orang dari kedang termasuk 1 anak kecil (10). Dengan demikian maka semua kepala kedepan desa harus lebih tegas menertipkan kapal-kapal yang memobilisasi penumpang dari daerah lain masuk ke daerah kita. Kalau ada yang memaksa untuk masuk maka semua penumpang dan semua crew kapal juga kita harus karantinakan. “Masyarakat jangan pikir main-main karena Satu orang kena kita semua juga pasti kena.untuk itu Kita harus benar-benar menjaga situasi darurat ini, karena Virus corona ini datang seperti pencuri yang tidak kelihatan.
Maksud kunjungan pemantauan ini adalah untuk melihat langsung masyarakat desa kedang dan kelayakan rumah Karantina. Dan karantina ini memilki kapasitas 20 orang lebih dan sangat layak untuk kita pakai.”jelas Sunur.
Untuk orang yang kita karantinakan di puskesmas Lewoleba itu Memang mereka Semua orang sehat. Namun kita belum bisa pulangkan ke desanya masing-masing karena itu tidak efektif kalau mereka masih jalan keliaran ke pasar. Hal ini yang kita tidak mau kalau kemudian pemerintah di salahkan sehingga kita lakukan karantina terpusat. Ketika mereka sudah di karantina itu akan di rapid test. Kalau hasil rapid testnya positif maka kita langsung isolasi di RSUD Lewoleba. kalau gejala ringan biasa maka kita masukan di ruangan obserfasi selama 3 hari. Kalau oberfasi menurut dinas kesahatan di gugus tugas bahwa tidak apa-apa dan bisa pulang untuk melakukan karantina mandiri di rumah maka tugas RT, Kepala Dusun, kepala Desa, Camat adalah datangi rumah karantina untuk membuat berita acara supaya mereka bisa menjaga anaknya di rumah.
Saya berharap semua kepala desa sudah bisa paham dan tinggal kita mengawasi dan mengendalikan, karena yang paling sulit itu adalah pengawasan, untuk itu saaya mengajak kita semua bisa jaga diri sendiri atau sev disthancing untuk terus mengingatkan diri kita sendiri. Harus jaga jarak dengan siapapun, mau keluar rumah ingat pakai masker, malam tidur cuci tangan dulu. Penyakit ini juga penularanya tidak melalui udara, tetapi yang perluh kita waspada itu di ruangan ber Ac kalau ada yang bersin tanpa masker lalu kita juga tidak pakai masker terus cairan bersin itu kena di sesuatu benda terus kita menyentunya maka kita dengan sendirinya langsung terpapar virus covid-19. Sehingga kalau rapat atau pertemuan maka kita harus lakukan di luar ruangan. Penularan virus ini dari satu orang ke orang lain makanya kita di suru untuk sosial distancing kegiatan yang melibatkan banyak orang itu tidak boleh dilakukan.
Perluh diketauhi juga bahwa Status kita di Lembata juga sudah menjadi status penularan tinggi, sudah ada satu orang yang positif rapid tets yang sekarang sedang diisolasi di RSUD Lewoleba dan kita sudh masuk dalam status kedaruratan karena sudah terhitung Kejadian Luar Biasa (KLB). Kita harus jaga supaya jangan ada yang datang lagi dari daerah luar. Jadi jangan main-main.
Kepada semua kepala desa mari kita sama-sama bekerja sesuai arahan yang sudah saya sampaikan saya minta supaya dilaksanakan dengan benar. Ada beberapa langkah pencegahaan yang melibatkan pemberdayaan masyarakat. Kita belerja dengan berpedoman pada petunjuk Presiden. Lakukan pendataan kesehatan warga sehingga kalau ada yang sakit maka harus segera disembuhkan karena virus itu postensi masuk pada kondisi orang yang lemah. Harus mendata warga yang keluar masuk desa sehingga setiap desa wajib melakuan penutupan pembatasan parsial, memberikan informsi ketika melihat ada warga baru, selain itu di desa juga harus bisa memetakan faktor penyebab penularan. Penularan bisa saja terjadi kalau ada orang dari luar daerah pandemi. Sehingga desa harus segera menyikapi kalau ada orang luar yang masuk ke desa. Segera tahan di satu tempat kosong jangan suru kemana-mana. Semua yang dilakukan di desa itu harus di musawarahkan bersama biar tidak ada kesalapahaman supaya semua kegiatan bisa berjalan dengan baik.
Selain itu soal air bersi Bupati Sunur juga meminta mobil tengki milik dinas PU, untuk bisa mendistribusikan air ke desa-desa yang susah air. Itu nanti saya akan buat surat edaranya supaya masyarakat tidak boleh bayar. Jadi mobil tengki air milik pemerintah itu di pakai gratis bagi masyarakat desa yang membutuhkan air bersih. Untuk Reterbusi pasar dan pajak akan kita gratiskan samIpai bulan Juni.”Tutup Bupati Sunur. **WN02**