arantuka- Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli melakukan epu rebun atau silahturahmi ala Lamaholot di desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur pada, Jumat (24/4/2020).
Dalam kunjungannya itu juga, Wakil Agus Boli menyerahkan bantuan sosial berupa beras 700 Kg, kopi dan gula kepada keluarga korban kedua suku yang bertikai merebut tanah yang terjadi pada Kamis 5 Maret 2020 lalu.
Kehadiran wakil bupati ini juga disambut dengan suasana haru dan sukacita saat tiba di rumah adat suku Kwaelaga dan dua rumah lainnya di suku Lamatokan.
Tampak semua keluarga dan tetua adat suku menunggu kehadiran Wabup Agus Boli bersama Danramil Adonara, Pegawai Dinas Sosial, Camat Witihama, Kepala Puskesmas Witihama dan Kepala desa Sandosi dan Tobitika.
Wabup di sela-sela kunjungan juga memberi peringatan akan bahaya Virus Corona dengan memberikan sosialisasi untuk menjaga jarak, hindari kerumunan, pakai masker, selalu cuci tangan dan tetap di rumah.
Wabup Agus Boli juga membagikan masker kepada keluarga korban dan memakaikan langsung pada orang tua di kampung tersebut.
Wabup Agus Boli pada kesempatan itu mengatakan kehadirannya selain sebagai pemerintah juga sebagai pribadi dan putra Adonara untuk serahkan sembako kepada keluarga korban sekaligus merasakan langsung suasana bathin keluarga dan keadaan desa Sandosi dan Tobitika pasca pertikaian perebutan tanah yang berujung pada terbunuhnya enam (6) nyawa dari ke dua suku.
Wabup Agus merasa bahagia dan senang karena suasana damai sangat terasa di keluarga ke dua suku dan desa Sandosi maupun Tobitika.
“Ini menunjukan proses perdamaian secara niat sudah berjalan, tinggal saja secara adat budaya Lamaholotnya, namun membutuhkan waktu supaya ketika sampai puncak nanti semua suku-suku sehati sesuara berdamai demi generasi berikutnya,” kata dia.
Pada kesempatan itu pula Perwakilan dari Suku Kwaelaga dan Lamatokan menyampaikan terimakasih atas kunjungan karena selain sembako tapi keluarga dan suku serta lewo merasa di kuatkan oleh pemimpinnya.
Arakian dari perwakilan suku Kwaelaga menginginkan agar proses damai secara adat tapi hukum juga mesti di tegakan. Demikian juga dengan Valens Tokan dari Lamatokan mengharapkan pemerintah juga Wabup sebagai orang Adonara untuk mefasilitasi proses perdamaian adat kedua belah pihak.
Menjawabi harapan kedua suku Wabup Agus Boli mengatakan, dirinya sangat menghargai proses hukum yang tengah berjalan, dan untuk jangka panjang lanjut wabup, mesti harus ada ritual perdamaian secara adat Lamaholot untuk mewarisi cerita baik kepada generasi berikutnya.
“Pemerintah dukung damai secara adat untuk jangka panjang supaya tidak lagi terjadi pertumpahan darah ke depan. Tite Nayu baya hode limat, gelu neak, pekat wayak puken titen opu pain, kakan keru arin baki,ti bauk ere rua pati nubun beda baran lali gere pana ake todok wato tonu besi,gawe ake walet amut kayo olak (proses damai itu penting untuk masa depan karena kita hidup satu kampung sebagai saudara dan supaya generasi berikut tidak lagi terjerembap dalam “dendam perang” lagi,” harap wakil bupati. (Ola)