Flores Timur – Satu di antara 17 pelaku perjalanan eks penumpang KM Lambelu, Lambertus Hayon, mengatakan, pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 inisial RB sering memasak makanan untuk 16 penghuni rumah karantina Emaus di Weri, Larantuka.
“Sekarang satu orang itu positif hasil swab, kami sakit hati. Kenapa? Hari-hari kami makan minum bersama. Dia (RB) yang kasih masak sayur untuk kami makan. Dia yang bikin kopi untuk kami minum,” kata Lambertus, di rumah karantina Emaus, Weri, Larantuka, Jumat (8/5/2020).
Lambertus bersama ODP klaster Lambelu lainnya saat itu mengamuk di hadapan Bupati Flores Timur, Antonius H Gege Hadjon, Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli dan tim Satgas Gugus Tugas Covid-19 Flores Timur lainnya yang saat itu berkunjung ke rumah karantina Emaus, Weri.
Mereka minta dipulangkan ke rumah masing-masing. Mereka juga kecewa karena pemerintah tidak terbuka menyampaikan hasil setiap tahapan pemeriksaan kepada mereka.
Bahkan Pemda Flores Timur tidak memisahkan mereka dari RB, setelah RB dinyatakan reaktif melui pemeriksaan rapid test kedua. Saat ini RB sudah dinyatakan positif terjangkit Covid-19.
“Kami kesal kenapa? sudah di-rapid test dua kali hasilnya seperti yang bapak laporkan satu reaktif, artinya bapak mereka tahu kalau satu orang di sini aktif. Kenapa bapak mereka suruh gabung di sini. Akal saya yang tidak sekolah, kalau bergabung berarti bapa mereka menyuruh supaya kami semua ini kena virus,” ungkap Lambertus.
Lambertus menyayangkan pemerintah membiarkan mereka tetap dikarantina selama kurang lebih satu bulan. Tetapi proses karantina yang mereka jalani tidak sesuai dengan protap kesehatan yang ada. “Sayangnya, kami yang tidak kena (Covid-19) dibiarkan berbulan-bulan di sini. Sayang bapa,” ungkap Lambertus.
Pemeritah Kabupaten Flores Timur dinilai tidak terbuka soal hasil setiap tahapan pemeriksaan ODP klaster Lambelu yang dikarantina. Berkali-kali mereka minta agar hasil pemeriksaan disampaikan, namun diabaikan oleh petugas Satgas Covid-19 Kabupaten Flores Timur.
“Baru-baru diambil (dijemput) satu orang (RB). Kami minta supaya ada penjelasan tapi sampai sekarang tidak.”
“Malam itu juga ada dinas kesehatan yang datang ke sini saya bilang, “Bapa kalau memang istrinya positif (Covid-19), karena dia sama suami, mereka hidup, makan bersama, tidur bersama, apa boleh bawa dengan suaminya supaya diperiksa.” Tapi dibiarkan dengar telinga kanan keluar telinga kiri,” ungkap Lambertus.
Lambertus bersama ODP klaster Lambelu lainnya tetap bersikeras pulang ke rumah mereka, setelah merasa pemerintah mengabaikan keselamatan mereka.
Sebanyak 17 ODP klaster Lambelu ini dinyatakan non reaktif saat menjaani rapid test pertama pada Rabu (8/5). Namun satu orang pasien (RB) dinyatakan reaktif saat rapid test kedua pada Sabtu (18/4). Saat ini RB dinyatakan positif terpapar Covid-19 melalui swab test.
RB saat ini sudah dipindahkan ke ruang isolasi RSUD dr Hendrikus Fernandez Larantuka.
Bupati Flores Timur, Anton Hadjon saat mendengarkan ungkapan hati para ODP klaster Lambelu, mengatakan, penanganan Covid-19 yang dilakukan Pemda Flotim dalam hal ini Gugus Tugas Covid-19 masih jauh dari kata sempurna. “Pasti banyak kekurangan selama saudara ada di sini.”
Dia mengatakan, para ODP klaster Lambelu ini bisa dipulangkan setelah hasil swab test mereka diketahui. “Seperti yang saudara-saudari ketahui, semua berharap agar saudara-saudari semua dikarantina dulu sampai benar-benar pasti, baru dikembalikan ke desa dan keluarga,” kata Anton. (*BentaraNet/WN).