Kaharuddin A. Kafluddin sedang foto bersama tim medis setelah dinyatakan sembuh – FOTO/IST
PAPUA, WARTA NUSANTARA- Belasan pasien covid-19 di Kabupaten Merauke yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), telah dinyatakan sembuh dan kini mereka telah pulang dan berkumpul kembali bersama keluarganya.
Pasien terakhir adalah anak berusia tiga tahun, jenis kelamin perempuan setelah melakukan kontak bersama ayahnya, sopir truk Boven Digoel yang juga positif. Setelah hasil dua kali tes cepat molekuler (TCM), bersangkutan negatif dan telah dipulangkan.
Dengan demikian, sampai hari ini tak ada pasien covid-19 menjalani perawatan di RSUD Merauke. Untuk mengetahui bagaimana seseorang ketika dinyatakan positif, Jubi melakukan wawancara bersama salah seorang mantan pasien covid-19, Kaharuddin A. Kafluddin melalui telpon seluler pekan lalu.
Kurang lebih satu jam, Kahar (panggilan akrabnya) berceritera tentang virus yang menjangkitnya. “Tanggal 22 Maret 2020, saya melakukan perjalanan ke Jayapura mengikuti pemakaman keluarga yang sakit, sebelum mencuatnya covid-19. Setelah pemakaman, tanggal 24 saya balik ke Merauke menumpang pesawat Lion Air,” ujarnya.
Setelah sebelas hari di rumah yang beralamat di Kampung Kuprik, Distrik Semangga, dirinya mendengar adanya himbauan dari Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, dr. Nevil Muskita yang meminta semua penumpang Lion Air 24 Maret 2020, datang melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) . Karena terdapat dua orang penumpang dalam pesawat saat itu, dinyatakan positif covid-19.
Berbekal informasi dimaksud, demikian Kahar, dirinya ke rumah sakit tanggal 4 April sekaligus melapor diri kalau termasuk salah satu penumpang Lion Air. Setelah petugas mengambil data, diarahkan menuju ke Unit Gawat Darurat (UGD) guna pengambilan darah. Namun sebelumnya harus dilakukan tensi terlebih dahulu.
“Saat tensi, tekanan darah saya hingga 200 dan sempat diulang, namun tetap sama. Lalu petugas medis menanyakan apakah ada riwayat penyakit? Saya menyampaikan kalau ada asma, darah tinggi dan gula,” katanya.
Selanjutnya, menurut dia, pada sore hari sekitar pukul 18.00 WP hasilnya diumumkan, karena terdapat sejumlah penumpang menjalani pemeriksaan.
“Saat itu, hanya kami empat orang dipanggil melakukan rontgen dan selanjutnya dibawa ke ruangan masing-masing yang telah dipersiapkan. “Memang belum dinyatakan positif covid-19,” katanya.
Dari tanggal 4-13 April 2020, ia menjalani perawatan. Tiga rekan teman lain sudah mendapatkan hasil 10 April. “Untuk saya baru disampaikan secara langsung oleh seorang dokter 13 April 2020,” ujarnya.
Ketika itu, pagi hari, seorang dokter masuk ke kamarnya. Sambil menarik kursi dan duduk, dokter menyampaikan ia telah positif covid-19. “Saya kaget dan seperti tidak percaya. Karena sebelumnya tak pernah merasakan adanya gejalah yang mengarah kepada covid,” ungkapnya.
Usai menyampaikan hasil, “ Saya melihat dokter dari terang sampai mata gelap hingga membuang badan ke tempat tidur. Ya karena kaget dan tidak percaya. Lalu dokter mengingatkan dan memberikan kekuatan kepada saya harus tetap kuat dan tidak boleh putus asa.”
Beberapa menit kemudian, dirinya berusaha kuat dan menghubungi keluarga serta pimpinan maupun rekan kerjanya. “Oleh karena saya bekerja sebagai ASN di Polisi Militer (POM), langsung saya hubungi pimpinan dan sampaikan kalau saya positif covid-19,” katanya.
Selain itu, menurutnya, juga ke rekan kerja lain di Merauke TV, lantaran ia juga penyiar disana. Juga pihak Bank Rakyat Indonesia (BRI), karena sering berhubungan dengan gaji anggota di POM, juga isteri dan anak-anaknya.
“Saya tak merasa malu menyampaikan, tetapi meminta dukungan serta doa dari semuanya. Lalu mereka juga harus berhati-hati,” ujarnya.
Khusus isteri dan anak-anak, sejak ia masuk di RSUD Merauke, pikiran mereka sudah kacau dan menjadi takut. “Begitu saya sampaikan positif, mereka tambah bingung,” katanya.
Mengetahui pernah kontak setelah dinyatakan positif, tim medis melakukan rapid test terhadap sejumlah rekan kerjanya dan semua dinyatakan negatif.
“Memang cobaan sangat berat dihadapi keluarga saya. Bagaimana tidak, begitu mengetahui saya positif, tetangga sekitar bahkan masyarakat di Kampung Kuprik terus menjauh,” ungkapnya.
“Isteri menyampaikan kalau selama saya menjalani perawatan di RSUD Merauke dari tanggal 4-28 April, tetangga sekitar yang biasa lewat di depan rumah membeli sayur, justru berputar ke arah lain. Mereka takut ikut tervirus covid-19,” katanya.
Rupanya apa yang disampaikan isteri betul. “Setelah saya keluar dari rumah sakit dan pulang ke rumah,setiap pagi duduk di teras. Betul orang tidak lagi lewat di depan. Kalaupun melintas dan tidak mengenakan masker, pasti menutup mulut dan hidup dengan tangan maupun baju,” ujar Kahar.
Tentunya sebagai manusia pasti tersinggung. Karena yang dilakukan masyarakat terlalu berlebihan dengan gerakan tubuh yang ditunjukkan. “Tidak salah mereka lakukan, tetapi bagi saya terlalu kelewat batas. Karena saya juga sudah dinyatakan sembuh oleh tenaga medis,” tegasnya.
Bahkan lebih menyakitkan lagi beredar isu di tengah masyarakat di Kuprik kalau isteri dan anak-anaknya telah dinyatakan positif covid-19. Padahal tenaga medis sudah lakukan rapid test dan hasilnya negatif.
Ditanya bagaimana perkembangan terkahir, Kahar mengaku untuk rekan-rekan kerjanya tak menjadi soal. Hanya terkadang ia sendiri merasa minder. Karena takut dijauhi. Ternyata tidak dan justru komunikasi dilakukan seperti biasa.
“Khusus di masyarakat Kuprik, hampir sebagian besar sudah mengerti dan tak menjauh lagi. Hanya masih ada beberapa menunjukkan gerakan tubuh kepada saya ketika bertemu,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Kahar menyampaikan ucapan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada tenaga medis yang memberikan pelayanan sangat baik selama menjalani perawatan. Bahkan makan-minum diperhatikan secara khusus, juga komunikasi intens dibangun.
Kahar menghimbau kepada semua orang agar tetap mengikuti anjuran pemerintah. Jika hendak bepergian, harus mengenakan masker dan selalu menjaga jarak.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, dr. Nevil Muskita menjelaskan, jumlah pasien covid-19 di RSUD setempat tidak ada lagi. Begitu juga pasien dalam perawatan (PDP) tak ada. Hanya masih ada 29 orang dalam pemantauan (ODP).
Meskipun tidak ada pasien covid-19 dirawat di RSUD, bukan berarti Merauke dinyatakan hijau kembali. Masih menunggu dua minggu kedepan. Jika tidak ada baru dinyatakan hijau.
“Memang perlu diantisipasi adalah dari Kabupaten Boven Digoel, karena sampai sekarang tiga orang positif dan masih menjalani perawatan,” pintanya. (WN-Kobun)