LEMBATA: WARTA-NUSANTARA.COM-– Antrian kendaraan di Agen Premium Minyak dan Solar (APMS) Lamahora, Lewoleba, Lembata makin panjang, Rabu (22/7/2020). Petugas pun membatasi pengisian BBM untuk roda empat hanya boleh Rp 100 ribu. Ini bikin harga eceran makin tidak terkendali. Bahkan, sudah menembus Rp 50 ribu per botol ukuran 1,5 liter.
Pihak APMS sendiri masih dengan alasan klasik, karena quota terbatas dan terkendala angkutan penyeberangan dari Larantuka.
Pantauan aksinews.id di APMS Lamahora, antrian kendaraan yang menanti giliran di sepanjang jalan Trans Lembata sejauh sekitar 1 km, baik sisi kiri maupun kanan pintu masuk APMS. Ada kendaraan yang bahkan sudah parkir dalam antrian sehari sebelumnya karena APMS kehabisan stok.
Saat ini sudah ada tiga stasiun pengisian BBM. Dua lainnya, SPBU Waijarang dan SPBU Balauring. Namun semuanya mendapatkan BBM yang diangkut dengan kapal laut dari Depo Pertamina Larantuka. Kapasitas muat kapal yang dikontrak PT Hikam, perusahaan pemilik APMS, selama ini hanya 40 kilo liter (KL). Sebetulnya, PT Hikam sudah mengontrak mini tanker Sembilan Pilar. Namun masih belum dimanfaatkan, sejak didatangkan ke Lembata, 8 (delapan) bulan lalu. Pasalnya, kapal mini tanker itu belum mendapatkan ijin sandar dan ijin berlayar. Padahal, kapasitas muat mini tanker bisa sampai 350KL.
Sulitnya mendapatkan BBM di APMS maupun SPBU dimanfaatkan oleh spekulan pengecer. Mereka menngantri BBM jenis premium lalu menjualnya kembali dengan harga melangit. Premium (bensin) yang biasanya Rp 20 ribu / 1,5 liter, dijual dengan Rp 35 ribu. Begitu pula pertalite, yang biasanya Rp 20 ribu / 1,5 liter, dijual dengan Rp 50 ribu.
Yang menarik, tidak sedikit tukang ojek yang beralih jadi pengecer premium atau pertalite. Pasalnya, permintaan BBM lebih tinggi daripada penumpang ojek. Sehingga mereka memilih mengantri BBM untuk dijual daripada berputar dalam Kota Lewoleba mencari penumpang.
Buntutnya, harga ojek pun melambung. Untuk jarak tempuh tertentu yang biasanya Rp 10 ribu, dinaikkan menjadi Rp 15 ribua atau Rp 20 ribu. “Kadang penumpang banyak yang mengeluh kalau kita kasih harga Rp 15 sampai 20 ribu ke atas. Mereka bilang terlalu mahal. Tapi mau bagaimana lagi bensin sudah susah tambah lagi kami punya uang yang keluar pada saat antri untuk beli makan dan minum,” ungkap salah seorang ojek saat ditemui aksinews.Sekda Lembata, Paskalis Ola Tapobali yang dihubungi mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Patra Niaga dan Pertamina terkait kelangkaan BBM yang terjadi beberpaa hari belakangan di Lembata. “Saya sudah berkoordinasi dengan pihak Pertamina, dan sudah melaporkan kepada Pak Bupati dan malahan Pak Bupati juga sudah berkoordinasi dengan Patra Niaga dan Pertamina,” jelasnya.
Menurut dia, saat ini pertamina sedang melakukan evaluasi internal soal quota BBM yang didistribusikan ke Lembata. “Tahun lalu, tidak semua quota kita yang ditebus, sehingga Pertamina mau mengurangi quota kita. Ini yang bikin pasokan minyak ke Lembata menjadi terbatas,” jelasnya.
Namun begitu, dia mengaku sudah memberikan gambaran riil kepada Pertamina. “Mudah-mudahan segera bisa diatasi masalah ini,” ungkap Paskalis Tapobali. ***(icon kolin/fre/Aksinews.id-WN-02).**