Papua, Warta Nusantara – Masyarakat di Kampung Kindiki, Distrik Muting, Kabupaten Merauke yang umumnya adalah orang asli Papua (OAP) sejak tahun 2015 silam menggeluti pekerjaan dengan mencetak batu merah.
Salah seorang warga Kampung Kindiki, Sophia Mahuze beberapa hari lalu di kampungnya mengatakan, usaha mencetak batu merah secara manual, sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. “Awalnya salah seorang warga Kampung Kindiki belajar mencetak batu merah dan selanjutnya kembali melatih kami disini,” ungkapnya.
Setelah pelatihan dilakukan, jelas dia, masyarakat mulai terampil memroduksi. Hingga kini jumlah yang memproduksi sebanyak tujuh kelompok.
Sedangkan bahan yang digunakan, katanya, lumpur dan serbuk. “Setelah lumpur diambil dan dimasukan dalam sebuah bak, diinjak dengan kaki hingga halus. Selanjutnya dicampurkan dengan serbuk kayu. Jika sudah tercampur baik antara lumpur dan serbuk, proses cetak sudah dapat dilakukan,” katanya.
Dalam sehari, katanya, bisa dicetak hingga 1.000 batu. “Itu kalau yang kerja antara tiga sampai empat orang. Biasanya kami mencetak sampai 10.000 batu, selanjutnya dikeringkan,” ujarnya.
Setelah kering, mulai direncanakan untuk disusun atau dioven. Namun proses pengovenan memakan waktu hingga seminggu. Setelah itu dilakukan pembakaran agar menjadi batu merah.
Dijelaskan, batu merah hasil produksi, dijual ke kampung dengan harga Rp 2.000/biji. Dengan demikian, jika 10.000 batu merah dibakar, total uang didapatkan Rp 20 juta.
Kornelis Kaize menambahkan, batu merah itu selanjutnya diambil oleh pemerintah kampung untuk pembangunan perumahan masyarakat serta pengerjaan WC.
“Kami tidak mengalami kesulitan menjual. Karena langsung dibeli pemerintah kampung untuk beberapa kegiatan pembangunan,” katanya. (WN-kobun)