PAPUA,WARTA NUSANTARA– Pagi itu, Rabu (19/8) sekitar pukul 07.00 Waktu Indonesia Timur (WIT), kandara atau orang Kimaam menyebutnya Lumbu menggema di depan penginapan Florent. Belasan orang membunyikan tifa masing-masing yang dipegang, lalu disertai iringan lagu yang dibawakan sejumlah ibu.
Rupanya bunyi kandara itu sebagai persiapan menjemput sekaligus menghantar Romanus Mbaraka dan Imelda Carolina Laode guna melangsungkan pernikahan di Gereja Katolik Paroki Kristus Raja Kimaam. Tepat pukul 08.30 WIT, Romanus-Imelda bersama keluarga keluar dari penginapan. Selanjutnya berjalan kaki dihantar seratusan masyarakat menuju gereja.
Suatu pemandangan unik yang tidak biasanya bagi pasangan suami-isteri, ketika hendak melangsungkan pernikahan. Sangat berbeda busana Romanus dan Imelda yang dikenakan dengan memilih mengenakan atribut adat Kimaam mulai dari kepala hingga kaki.
Di bagian kepala, Romanus mengenakan topi (auwi, sebutan orang Kimaam) yang dihiasi bulu burung. Muka diukir menggunakan bahan dari kulit mangga dicampur kapur. Sedangkan di bagian belakang berupa ciremin, manik-manik, gelang tangan (durwawi) serta cawat dipinggang dan lain-lain. Begitu juga sang isterinya.
Kurang lebih 20 menit, Romanus dan Imelda didampingi keluarga dan masyarakat Kimaam, tiba di depan gereja. Sesaat kemudian, perwakilan orangtua laki-laki menyampaikan sepata dua kata sekaligus menyerahkan anak mereka kepada pastor guna mengikuti prosesi pernikahan lebih lanjut.
Seperti biasa, misa dipimpin dua pastor yakni RD Silvester Tokio, Pr serta RD Elsoin, Pr, berlangsung lancar- meriah dengan lagu-lagu gerejani yang dibawakan puluhan orang Kimaam dibawah dirigen Emanuel Buyuka. Prosesi pun tak mengalami hambatan, termasuk beberapa moment seperti pengenaan cincin di jari manis kedua pasangan suami isteri.
Usai misa, Romanus Mbaraka diberikan kesempatan menyampaikan sepata dua kata di mimbar gereja. “Terimakasih untuk umat Allah yang datang dan khusus kedua orangtua saya maupun isteri saya. Terimakasih juga Tuhan Yesus dan Bunda Maria, para pastor, suster dan leluhur disini termasuk isteri saya Yohana Mekiuw. (almarhumah). Karena sSecara resmi hari ini, saya telah mempunyai isteri yakni Imelda Carolina Laode,” katanya.
“Hampir lima tahun, saya tidak mempunyai isteri setelah meninggalnya mama Yohana Mekiuw (isteri saya). Memang selama ini saya tidak biasa hidup sembarang dengan siapapun,” ungkap dia.
Lebih lanjut Romanus menjelaskan, isterinya sekarang (Imelda) memiliki darah Yeinan sama seperti almarhum mama Yohana. Hanya saja, bapaknya dari Buton, sehingga menggunakan atau memikul marga Laode sampai sekarang.
Dia mengaku memilih melangsungkan pernikahan di Kimaam, karena tanah kelahirannya. Juga ingin mengemas acara sesederhana mungkin, agar orang tidak datang mengenakan jas serta pakaian yang serba mahal.
“Kalau saya ingin melangsungkan pernikahan murni seperti orang lain, lebih baik di kota atau daerah lain seperti di Bali. Hanya saja saya ini suku, sehingga harus pulang kampung. Lalu acaranya dikemas secara sederhana. Sehingga semua masyarakat datang agar bisa duduk dan makan bersama,” ujarnya. (WN-kobun)