PAPUA, WARTA NUSANTARA – Empat RT di Kampung Woner, Distrik Kimaam, Kabupaten Merauke saling ndambu dengan membawa hasil alam mulai dari sagu, petatas, kumbili, pinang hingga wati. Itu dilakukan setelah empat RT tersebut berselisih selama ini dan penyelesaian dilakukan dengan saling mendambu hasil alam mereka.
Salah seorang aparatur sipil negara (ASN) Distrik Kimaam yang juga sebagai fasilitator, Lambertus Kantei Selasa (18/8) mengatakan, sudah menjadi tradisi bagi masyarakat di Kimaam secara umum adalah ketika ada persoalan terjadi mereka akan saling menantang.
“Mereka bukan menantang dengan saling berkelahi tetapi membawa dan memamerkan hasil alamnya mulai dari umbi-umbian, petatas, sagu dan lain-lain,” ungkapnya.
Dalam konflik antara empat RT di Kampung Woner, lanjut dia, mereka membawa semua hasil alamnya. Lalu disitu kedua belah pihak yang berkonflik, dipertemukan sekaligus diselesaikan persoalan yang tengah dihadapi.
“Kita sudah menghadirkan pihak-pihak terkait dan diselesaikan. Sehingga mereka bersepakat berdamai. Dengan demikian, persoalan mereka sudah tak ada lagi,” katanya tanpa menyebutkan konflik yang terjadi selama ini.
Khusus hasil alam yang telah dikumpulkan, demikian Lambertus, tidak dibagikan kepada kedua belah pihak. Tetapi karena bertepatan dengan hajatan salah seorang Tokoh Kimaam, Romanus Mbaraka, sehingga semuanya dibawa kesana.
“Rencananya sebentar sore kami akan hantar semua hasil alam ke tempat tinggal Bapak Romanus Mbaraka agar dapat digunakan,” ungkapnya.
Salah seorang warga Kimaam, Emanuel Buyuka mengakui jika ndambu adalah warisan para leluhur yang terus dipelihara dan ditingkatkan serta dijaga sampai sekarang. Karena merupakan salah satu identitas diri orang Kimaam.
“Dalam banyak hal, termasuk konflik antar kelompok dalam suatu kampung, pasti penyelesaian adalah dengan mendambu hasil alam,” katanya. (WN-kobun)