ADVERTISEMENT
google.com, pub-9566902757249236, DIRECT, f08c47fec0942fa0

“Barangsiapa Merendahkan Diri dan Menjadi Seperti Anak Kecil Ini, Dialah Yang Terbesar Dalam Kerajaan Sorga.” Yes. 66:10-14b. Injil Mat. 18:1-4

Oleh : Germanus Atawuwur

Bapak, ibu, saudara-saudari, putra-putri Maria yang terkasih,

Penghormatan khusus kepada Maria oleh Gereja Katolik dilaksanakan selama dua kali dalam setahun. Pada bulan Mei, kita menghormati Maria sebagai Bunda Allah sehingga disebut bulan Maria.Sedangkan bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan Rosario untuk mengenang kekuatan berdoa kepada Allah melalui Maria dengan sarana rosario di tangan. Berkenaan dengan Misa Pembukaan Bulan Rosario ini, saya hendak menceritakan sejarah Oktober yang ditetapkan dan dikhususkan oleh Bapa-Bapa Gereja Katolik untuk menghormti Bunda Maria.

google.com, pub-9566902757249236, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Penetapan Oktober sebagai Bulan Rosario berawal dari penetapan tanggal 7 Oktober sebagai Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario. Pesta ini ditetapkan oleh Paus Gregorius XIII pada tahun 1573, tetapi saat itu masih dirayakan khusus di gereja-gereja yang altarnya didedikasikan kepada Bunda Maria. Penetapan itu dilakukan dengan mengubah nama pesta 7 Oktober itu, yaitu dari Pesta Santa Perawan Maria Ratu Kemenangan menjadi Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario. Baru pada tahun 1716, Paus Klemens XI memperluas perayaan Pesta Ratu Rosario itu ke seluruh Gereja. 

Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario dilatarbelakangi oleh kemenangan tentara Kristen atas tentara Turki Islam dalam pertempuran di Lepanto pada 7 Oktober 1571. Armada Turki sedang gencar-gencarnya memperluas daerah kekuasaan mereka. Mereka siap menguasai Eropa. Tentara Kristen kalah dalam hal jumlah dan persenjataan. Paus Pius V yang memimpin Gereja pada waktu itu, meminta seluruh Gereja berdoa dengan menggunakan Rosario kepada Bunda Maria untuk membantu tentara Kristen. 

RelatedPosts

Dalam pertempuran di Lepanto di Teluk Korintus, meskipun pada awalnya tentara Kristen kalah, tetapi kemudian mereka berhasil membalik keadaan. Pada akhirnya pertempuran dimenangkan oleh tentara Kristen. Jumlah korban di pihak tentara Turki sangat besar dibandingkan korban di pihak tentara Kristen. Dengan kemenangan di Lepanto, tentara Turki tidak melanjutkan usaha menguasai Eropa. Maka, kemenangan di Lepanto ini mempunyai arti sangat penting. 

Kemenangan tentara kristen pada bulan Tanggal 7 Oktober itu diyakini sebagai berkat bantuan Bunda Maria melalui doa rosario. Karena itu, tanggal 7 Oktober dinyatakan sebagai Pesta Santa Perawan Maria Ratu Kemenangan, yang kemudian diganti dengan Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario. Pesta ini merupakan ucapan syukur atas bantuan Bunda Maria melalui doa Rosario. 

Kemudian baru tanggal 1 September 1883, Oktober ditetapkan sebagai Bulan Rosario oleh Paus Leo XIII. Bapa Suci meminta agar seluruh umat di paroki-paroki mendoakan Rosario dan Litani Santa Perawan Maria dari Loreto setiap hari pada bulan Oktober agar Bunda Maria membantu Gereja menghadapi aneka bahaya yang mengancam pada saat itu. 

Bapa Suci mengulangi permintaannya itu pada tahun berikutnya. Dalam ensikliknya, Octobre mense, 22 September 1891, Paus Leo XIII menyatakan bahwa Oktober dibaktikan dan dikuduskan kepada Santa Perawan Maria, Ratu Rosario. 

Bapa, ibu, saudara, saudari putra-putri Maria yang terkasih,

Bertepatan dengan Misa Pembukaan Bulan Rosario hari ini, Gereja sejagat membaca dan merenungkan bacaan injil yang sama yakni, injil Mateus 18:1-4. Bacaan injil yang sangat singkat namun mengandung sejuta pesan. Salah satu pesan yang relevan, yang hendak kita renungkan pada misa pembukaan rosario ini adalah:” Merendahkan diri seperti anak kecil. ”Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam kerajaan surga.”

Kita percaya bahwa Bunda Maria yang kita beri penghormatan istimewa pada hari ini sepanjang bulan Oktober ini memiliki kebajikan ini selama ziarah hidupnya di bumi. Kita kutip beberapa peristiwa Kitab Suci sebagai contoh. Tatkala malaekat Gabriel utusan Allah memintanya menjadi ibu Yesus, dalam penyerahan diri yang total Maria berkata:” Aku ini Hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.” Maria menyadari diri, siapakah sesungguhnya dia di hadapan Tuhan. Maka bagi Maria, ungkapan yang pas dalam pengakuan dirinya adalah Hamba. Menjadi Hamba Tuhan, karena Maria tahu, hamba hanya dapat melaksanakan apa yang diperintahkan oleh tuannya.

Pasca menerima Kabar Gembira dari Malaikat Tuhan, Maria rela menyusuri jalan yang nun jauh, menuruni lembah, mendaki gunung, demi menjumpai saudara sepupnya yang di kala itu juga sedang mengandung secara mengagumkan pula. Kala dua wanita yang sedang dipenuhi dengan rahmat sukacita, mereka saling memuji:“ Terpujilah Engkau di antara wanita.” 

Dan ketika perkawinan di Kana sedang berlangsung dan Maria mengetahui bahwa tuan pesta sedang kehabisan anggur, Maria yang tergerak oleh hati keibuannya, menjumpai Putra Tunggalnya yang saat itu hadir dalam pesta itu berkata:” Mereka kehabisan anggur.”

Tentu masih banyak kisah biblis yang hendak menerangkan kepada kita untuk meyakinkan iman kita kepada Bunda Maria, bahwa Maria memiliki peran istimewa dan luar biasa dalam tatanan sejarah manusia. Maka, dia menjadi satu-satunya wanita di dunia ini yang diberi puji-pujian yang terwakilkan oleh Elisabeth:” Terpujilah Engkau di antara semua perempuan.”

Pertanyaan kita adalah, apakah Maria menjadi angkuh ketika dia adalah satu-satunya perempuan yang terpuji dan terberkati di hadapan Tuhan? Apakah setelah  dia terpilih sebagai Ibu Yesus, Maria menjadi besar kepala? Sama sekali tidak!! Maria selalu menunjukkan tidak saja kerendahan hatinya melainkan juga kerendahan dirinya. Ia tetap menyadari diri sebagai Hamba, bahkan hamba dari segala hamba. Karena itulah maka Maria tidak saja memiliki tempat istimewa di dunia, – di dalam hati orang yang percya kepadanya – tetapi juga memiliki tempat yang istimewa di dalam KerajaanSurga, sebagaimana yang dikisahkan dalam Kitab Wahyu:” seorang perempuan berselubungkan matahari (Wahyu 12:1).”

Sejak jaman para bapa Gereja perdana, gambaran akan “perempuan berselubungkan matahari” ini mengandung tiga perlambang: bangsa Israel kuno, Gereja dan Bunda Maria. Mengenai bangsa Israel kuno, Yesaya menggambarkan Israel sebagai, “Seperti perempuan yang mengandung yang sudah dekat waktunya untuk melahirkan, menggeliat sakit, mengerang karena sakit beranak, demikianlah tadinya keadaan kami di hadapan-Mu, ya TUHAN” (Yes 26:17). Tentu saja, kita patut ingat juga bahwa dari bangsa Israel kunolah baik Bunda Maria maupun Mesias berasal.

Seorang Perempuan yang berselubung Matahari sebagaimana dalam Kitab Wahyu, menurut Paus St. Pius X dalam ensikliknya, Ad Diem Illum Laetissimum (1904) mengatakan  setiap orang tahu bahwa perempuan ini adalah Perawan Maria. Yohanes, karenanya, melihat Bunda Allah yang Tersuci telah ada dalam kebahagiaan abadi, namun demikian menderita sakit bersalin dalam suatu persalinan yang misterius. Kelahiran apakah itu? Tentu saja kelahiran kita yang, meskipun masih berada di “pembuangan,” – di dunia,- yang dililit noda dan dosa, tetapi akan dilahirkan ke dalam belas kasih Allah yang sempurna dan ke dalam kebahagiaan kekal.

Sedangkan Paus St. Gregoriusmenjelaskan, “Matahari melambangkan terang kebenaran, dan bulan melambangkan kefanaan hal-hal yang sementara sifatnya; Gereja yang kudus bagaikan berselubungkan matahari sebab Gereja dilindungi oleh kemuliaan kebenaran ilahi, dan bulan ada di bawah kakinya sebab ia berada di atas segala hal-hal duniawi.”

Sementara itu, St. Bernardusmenyatakan pendapatnya, “Matahari mengandung warna dan kemilau yang tetap; sementara cemerlang bulan tidak tetap dan berubah-ubah, tidak pernah sama. Adalah tepat, karenanya, apabila Maria digambarkan sebagai perempuan berselubungkan matahari, sebab ia masuk ke kedalaman kebijaksanaan ilahi, jauh, jauh lebih dalam daripada yang mungkin dapat dipahami manusia.Seorang perempuan berselubungkan matahari, adalah kekinian Bunda Maria yang berada pada tempat yang terlampau istimewa yakni Kerajaan Surga. Maria mendapatkan tempat istimewa ini karena Maria memiliki Kerendahan Diri sepanjang hidupnya di dunia, yang menjadi salah satu prasyarat memiliki Kerajaan  Surga sebagaimana injil Mateus:Barangsiapa Merendahkan Diri dan Menjadi Seperti Anak Kecil Ini, Dialah Yang Terbesar Dalam Kerajaan Sorga.” Maka Bunda Maria yang telah merendahkan diri demi kebahagiaan manusia menjadi Terbesar dalam Kerajaan Surga.

Dalam kebesarannya itulah Maria senantiasa mendoakan kita yang berdosa sampai pada saatnya kita dipanggil ke hadirat Allah. Di sini, Maria tetap menunjukkan kepeduliannya yang tak terbatas dan tak dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia mendoakan manusia, agar pula memiliki Kerajaan Surga seperti yang dialaminya saat ini.  Itulah hakekat keibuan Maria. Maria Penolong Abadi, menolong siapa saja, yang percaya kepadanya bahwa hanya melalui dia, kita dihantarnya kepada Putra Tunggalnya, – Per Mariam ad Jesum.”

Saudara-saudaraku, karena kita yakin bahwa Maria adalah Pembantu Abadi, maka mari kita mohon bantuannya, agar Mukjizat  Kemenangan 7 Oktober  1571 di Lepanto di Teluk Korintus, terulang kembali pada saat sekarang ini, kini dan di sini, di mana dunia sedang dilanda corona virus.  Kita berdoa penuh iman, memohon kepada Bunda Maria Penolong Abadi, agar semoga karena doa-doanya yang ajaib dan mengagumkan, badai Corona Virus di negeri ini segera berlalu.

Related Posts

Next Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *