MERAUKE, : WARTA-NUSANTARA.COM- Mengenakan celana pendek, sandal jempit dan berkaos oblong. Itulah penampilannya. Duduk beralaskan daun kelapa diantara masyarakat sambil makan pinang bersama dan berceritera.
Tak ada sekat dibangun. Setiap kali melakukan kampanye di kampung-kampung lokal yang dihuni orang Marind-Papua, ia mengenakan pakaian seadanya. Tidak harus baju kemeja, celana tisu maupun sepatu mengkilat.
Situasi dan kondisi masyarakat setempat sangat dipahami. Apalagi ia menyadari lahir dan besar dari kampung pula. Sehingga penampilan-pun seadanya. Namun dibalik itu, memiliki nilai sangat bermakna.
Dia adalah Drs. Romanus Mbaraka, MT, Calon Bupati Merauke. Master jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, kini sedang sibuk ‘bergerila’ dari satu kampung-ke kampung lain melakukan kampanye.
Topografi dan ekstrim-nya wilayah dari satu kampung ke kampung lain, tak menjadi penghambat. Komitmen menemui rakyat sekaligus berdialog mendengar kesulitan mereka, itulah menjadi kepuasannya tersendiri.
Dalam dialog yang dilakukan, Romanus Mbaraka yang berpasangan dengan calon wakilnya H. Riduwan selalu mengingatkan masyarakat, terutama orang asli Papua di kampung-kampung agar harus bangkit dari keterpurukan.
“Saya bersama Pak Haji Riduwan mengusung slogan ‘MERAUKE BANGKIT.’ Karena fakta menunjukkan bahwa setelah lima tahun saya memimpin (2011-2016), kehidupan masyarakat menjadi sangat susah,” ujar Romanus Sabtu (31/10).
Romanus menyebut, perekonomian rakyat macet total. Perputaran uang di kampung tidak jalan. Potensi masyarakat tak bisa dijual, akibat kondisi jalan rusak kembali. Belum lagi pelayanan kesehatan maupun pendidikan tak berjalan baik, juga tower Telkomsel yang dibangun, sebagian besar rusak.
“Banyak anak yang saya kirim ke Jerman maupun kota studi lain untuk kuliah, pulang, lantaran tak ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Merauke. Ini fakta sesungguhnya yang terjadi sekarang,” tegasnya.
Dengan kondisi seperti demikian, pinta Romanus, jika ingin kehidupan normal kembali, 9 Desember 2020, pilih nomor urut 3 (tiga). “Dari tiga calon, yang berkulit hitam dan berambut keriting, hanya Romanus Mbaraka. Jadi coblos nomor tiga, karena menyangkut harga diri kita sebagai orang Marind,” pintanya.
Dikatakan, banyak program dituangkan dalam visi-misinya adalah lanjutan dan pasti dieksekusi setelah terpilih. “Kamu semua tahu saya to, ini susah bujuk dan apa yang saya sampaikan, pasti dilaksanakan,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Romanus mengaku ada dua program unggulan yang dicetuskan yakni menurunkan dana kepada setiap kepala keluarga melalui kelompok 50. Nantinya dana dimaksud diterima setiap KK agar dijadikan sebagai modal usaha untuk membuka kios dan lain-lain.
“Ya, dananya itu hibah dan tak perlu dipertanggungjawabkan. Beda dengan Program Gerakan Pembangunan Kampungku (Gerbangku) dulu. Dimana dananya masuk ke rekening kampung dan dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan pembangunan, termasuk pemberdayaan ekonomi kerakyatan,” ujarnya.
Program lain yang dijalankan yakni mengirim anak-anak putus sekolah maupun tamat SMP/SMA dan perguruan tinggi mengikuti kursus keterampilan computer, akuntansi, otomotif dan lain-lain di Jawa, sekaligus bisa mendapatkan sertifikat.
“Kenapa itu saya jalankan, karena dari pengalaman selama ini, banyak anak Papua yang melamar pekerjaan di perusahan-perusahan, selalu ditolak lantaran tak memiliki keahlian khusus,” ujarnya. (WN-ANS)