Oleh : Germanus S. Atawuwur*
Alumnus STFK Ledalero, Flores,NTT
Bacaan: 2 Sam.7:1-5.8b-12.14.a-16Rom. 16:25-25; Injil Luk.1:26-38
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
KUPANG : WARTA-NUSANTARA.COM-Adven adalah kesempatan bagi gereja, menyiapkan hati secara khusus untuk kedatangan-Yesus pada hari raya natal, sementara Ia sudah datang, Ia juga sedang datang dalam keseharian dan pengalaman hidup kita, bahkan Ia selalu datang kapan saja, Ia datang pada peristiwa kematian orang-orang kekasih kita, juga pada akhir zaman dimana kita tidak tahu kapan itu waktunya terjadi. Ia datang dalam kemuliaan-Nya. Dengan demikian, adven tidak sebatas empat minggu menjelang pesta Natal, tetapi seumur hidup kita, sehingga kita kenal Adven Natalis dan Adven Parousia/Adven Akhir Zaman. Kita selalu dalam situasi adven, sebab Tuhan selalu bisa datang dalam setiap kejadian, setiap peristiwa. Oleh karena itu kedatangan-Nya serba tak terduga, maka baik para nabi maupun penginjil sudah berulangkali mengingatkan kita selama tiga minggu berturut-turut untuk selalu berjaga, waspada, siap sedia kapan saja. “Hendaklah kamu siap sedia, karena Anak manusia datang pada saat yang tidak kamu duga” (Mat 24:44).
Selama tiga minggu berturut-turut kita telah menyiapkan hati dengan berpedoman pada nasehat-nasehat biblis yang sudah kita dengar setiap hari Minggu. Dua Minggu berturut-turut, sejak Minggu Adven ketiga dan Minggu Adven hari ini, kita mengarahkan perhatian pada dua tokoh kunci, yang menyiapkan kedatangan Yesus. Tokoh Minggu lalu adalah Yohanes Pembaptis, Sang Bentara Allah. Dia yang berseru-seru: “Persiapkanlahdi padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup,dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; (Yes.40:3-4).”
Orang yang dinubuatkan Yesaya itu telah hadir untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan. Kehadirannya kemudian dipertanyakan oleh orang Yahudidari Yerusalem melalui utusannya beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: “Siapakah engkau?” Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku bukan Mesias. “AkuBukan Elia!” Aku juga Bukan Nabi yang akan datang!” “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun:Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.”
Yohanes menyatakan dirinya yang sebenar-benarnya. Dia bukanlah siapa-siapa, karena Orang yang Datang kemudian daripadanya adalah orang Hebat. Untuk meyakinkan kepada para utusan itu bahwa Orang yang datang itu lebih hebat dari Yohanes, dia kemudianberkata kepada mereka:”Membungkuk untuk membuka tali kasut-Nya pun, aku tidak layak.”
Yesus yang disiapkan kedatangan-Nya oleh Yohanes Pembaptis, secara perlahan tapi pasti disingkap kehadiran-Nya melalui bacaan injil yang dikumandangkan hari ini.Dia datang melalui cara istimewa nan ajaib. Karena itu seorang manusia tak mampu memahami keajaiban itu. Dia yang diramalkan Yohanes, akan datang melalui sosok gadis desa nan sahaja. Maka tokoh sentral pada minggu adven IV ini adalah Maria. Maria adalah tokoh yang disiapkan untuk menjadi Bunda Yesus melalui perjumpaan sucinya dengan malaekat.Maria dipilih karena ia telah mendapat kasih karunia di mata Allah (bd. Kej 6:8). Hidupnya yang sederhana dan saleh begitu menyenangkan hati Allah sehingga DIA telah memilihnya untuk tugas yang paling penting ini (bd. 2Tim 2:21).
Pada akhir dialog kudus antara Malaekat dan Maria, Maria akhirnya menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah. Dengan sukarela ia menerima baik kehormatan maupun celaan yang akan dialaminya karena menjadi ibu dari Anak yang kudus ini. “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Sejak Maria mengatakan fiatnya“ECCE ANCILLA DOMINI FIAT MIHI SECUNDUM VERBUM TUUM,” Pada saat yang sangat penting dalam sejarah penyelamatan umat manusia itu, Allah yang Mahakuasa menyatakan kedalaman kasih-Nya: Putera-Nya merendahkan diri-Nya, menjadi sama dengan manusia. (lihat Flp 2:7-8). Santo Athanasios Agung [296-373].
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Bila kita membaca dengan cermat dialog malaikat Gabriel dengan Maria, kata yang sangat sering diulang adalah a k a n. Maka sesungguhnya Tokoh Utama yang disiapkan kedatangannya adalah:” Yesus, Raja Damai.”“Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud,bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanyadan Kerajaan-Nyatidak akan berkesudahan.Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmudan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus,Anak Allah.(Luk. 1:31b-35)”
Pertanyaannya adalah, mengapa kata itu begitu sering diucapkan oleh malaekat bahkan sampai sepuluh kali? Karena kata itu, bukan sekedar kata mati tanpa pesan. Ia punya pesan sangat kuat kepada pengikut Yesus yang tengah mempersiapkan dirinya untuk menyambut kedatangan-NYA. Jadi, kata akan memiliki pesan antropologis, tetapi serentak itu pula memiliki pesan teologis. Bahwa orang-orang kristen yang tengah menyiapkan dirinya, perhatian utamanya bukan pada Maria ibunya, melainkan pada Dia yang dikandung, pada Dia yang dilahirkan, pada Dia yang dibesarkan oleh Maria. Sedangkan pesan teologis yang disampaikan adalah bahwa Anak itu akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Anak yang akan dilahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
Pesan antropologis lain bagi kita yang sedang menyiapkan hati untuk kehadiran Yesus, Anak Allah yang Kudus, adalah benar-benar menyiapkan hati, menguduskan diri, karena Dia yang bakal datang adalah Kudus. Maka bila “jalan hati” kita masih ada kerikil-kerikil kecil, mumpung masih ada waktu kita ambil buang dan berjalanlah dengan normal. Bila hati ini masih berlekak-lekuk karena irihati, benci dan dendam, timbunilah dengan cinta dan kasih sayang penuh pengampunan.Bila kita berhasil lakukan ini maka Minggu Adven kita benar-benar menjadi Minggu Perdamaian, sebagaimana pesan dari nyala lilin adven keempat. Minggu keempat Adven mengingatkan kita tentang kemuliaan Tuhan, sang pemilik semesta alam.Maka lilin keempat adven disebut Lilin Malaekat yang melambangkan kebahagiaan dan sukacita menyambut kedatangan Sang Juru Selamat.
Saudara-saudaraku terkasih,
Minggu ini adalah minggu adven terakhir sebelum kita merayakan kedatangan Yesus, Putra Allah Yang Kudus. Lagi lima hari kita raya natal. Kepada kita Maria ditampilkan sebagai Tokoh Pilihan Allah. Maksudnya agar kita belajar dari sosok ini. Sosok yang selalu hidup sederhana dan bersahaja dalam kesehariannya. Tokoh yang percaya penuh pada kata-kata malaikat dan olehnya menyerahkan seluruh sisa perjalanan hidupnya kepada penyelenggaraan dan kehendak Allah sendiri. Maka kepada kita semua diharapkan untuk meneladani Maria.Kita menyerahkan seluruh hidup kita ke dalam penyelenggaraan Ilahi dan seturut kehendak Tuhan, karena kita cumalah Hamba Tuhan, Ecce Ancilla Domini.
Penulis, Putra Desa Warawatung, Kecamatan Nagawutung. Tinggal di Kupang. Alumnus STFK Ledalero. Penyuluh Agama Katolik pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTT. Anggota Komisi Informasi NTT