Oleh : Germanus S. Atawuwur
KUPANG : WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih,
Bacaan I menampilkan Panggilan nabi Yunus yang membawa misi khusus untuk orang-orang Niniwe, yang kala itu hidup di luar jalur keselamatan Allah. Ketika menyaksikan gaya hidup orang Niniwe, Tuhan memanggi Yunus kata-Nya:” Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu . Tanpa diskusi panjang, tanpa tanya jawab, Nabi Yunus, utusan Allah itu berangkat. Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.”
Dampak dari pemberitaan nabi Yunus sepanjang hari itu adalah orang Niniwe yang pada waktu itu berjumlah 120.000 orang percaya kepada Allah. Iman kepercayaan akan seruan Nabi Yunus itu diikuti dengan mereka mengumumkan puasa secara massal. Laki-laki dan perempuan, tua dan muda, anak-anak dan orang dewasa, semuanya memakai Kain Kabung. Kain kabung itu permukaannya kasar dan biasanya dibuat dari bulu kambing sebagai ungkapan lahiriah dari pertobatan dan kerendahan hati yang sungguh-sungguh. (bdk. 1Sam 7:6; 2Sam 1:12). Orang Niniwe menerima berita Yunus, sambil percaya bahwa mereka akan binasa kecuali bertobat. Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi membinasakan dan menjungkir-balikan mereka.
Bacaan Injil punya warna dasar yang sama yakni Panggilan untuk Pertobatan dan Percaya pada Injil sebagai jaminan keselamatan melalui program kerja Yesus, yakni mencanangkan Kerajaan Allah demi keselamatan manusia. Kata-Nya:”Saatnya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!.” Kerajaan Allah tidak hanya menjadi harapan, melainkan menjadi perjuangan. Syaratnya ialah tanggapan dan keterlibatan penuh atau dengan istilah Injili, tobat (pembenahan diri) dan iman (keterlibatan).
Untuk Program Kerja Yesus ini, Yesus tidak sendirian. Yesus merasa perlu melibatkan orang lain. Orang lain patut menjadi rekan kerja-Nya dalam mengejawantakan Program Kerja-Nya. Maka dari itu, ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka itu penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka,” Mari, ikutlah AKu, dan kamu akan Aku jadikan penjala manusia.”
Waktu itu, di wilayah Galilea sudah beberapa puluh tahun sebelumnya berkembang satu sektor perekonomian baru, yakni eksploitasi ikan dari danau. Pasar-pasar ikan di tepi danau bertumbuh dan akhirnya menjadi tempat hunian dan kota yang ramai. Dalam ukuran zaman itu para nelayan ialah orang-orang yang maju dalam bisnis. Salah satu usahawan seperti itu ialah Zebedeus, ayah Yakobus dan Yohanes. Juga Simon Petrus dan Andreas adalah pebisnis ikan yang mapan. Walau demikian kebanyakan masih dilakukan sendiri bersama orang-orang upahan mulai dari menjala, menyortir, kemudian membawanya ke pasar. Umumnya orang-orang itu lincah berusaha. Inilah orang-orang yang dijumpai Yesus dan yang kemudian menjadi pengikut-Nya. Bahkan dari antara mereka ada yang menjadi murid-murid-Nya yang pertama. Yesus melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada. Ia tidak menunggu orang datang kepada-Nya, tetapi malah Dia terlebih mendatangi para nelayan itu lalu menyertai mereka. Dampaknya, Ia makin didengar orang.
Sekalipun murid-murid pertama itu adalah orang-orang mapan dalam perekonomian sebagai nelayan tulen, tokh mereka dilukiskan sebagai orang-orang yang sederhana, yang hidupnya sudah dibangun oleh perjuangan menempuh air dan angin, melawan arus dan badai lautan. Karena itu maka, ketika Yesus memanggil mereka:” Mari ikutilah Aku dan kamu akan Ku-jadikan penjala manusia, mereka serta merta menyatakan “ya” kepada Yesus, tanpa berdiskusi panjang. Mereka rela melepaskan kemapanan hidup masa lalunya, bahkan lebih dari itu, mereka berani meninggalkan ayah mereka dan orang-orang upahan lalu mengikuti Yesus.
Orang-orang ini melihat kenyataan “Kerajaan Allah” dalam diri Yesus yang mengajak mereka. Dan mereka tidak ingin kehilangan Dia. Mereka pun mengikutinya dan berpindah gaya hidup. Itulah “bertobat” bagi mereka. Dan itu juga kenyataan “percaya kepada Injil”. Terlihat kini Kerajaan Allah mulai hidup dalam diri orang-orang di sekitar Yesus juga.
Saudara-saudara, pertanyaannya adalah, mengapa mereka saat itu juga mengikuti Yesus? Mengapa tiada diskusi dan tanya jawab? Karena bagi para murid pertama, panggilan Yesus adalah suatu kemendesakan. Ada sesuatu yang urgen. Ada sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Ada sesuatu yang tidak boleh diulur-ulur, apalagi ditunda-tunda. Sesuatu itu tidak lain dan tidak bukan, yaitu Keselamatan manusia. Keselamatan manusia adalah prioritas missi Yesus datang ke dunia. Urgensitas keselamatan manusia itu digambarkan oleh bacaan-bacaan suci ini secara analogal: Dalam bacaan pertama nabi Yunus menggunakan terminologi Empat puluh Hari Lagi; dalam bacaan kedua, Paulus menyebutnya dengan istilah Waktunya Singkat! Dan dalam Injil Yesus menggunakan diksi:” ”Saatnya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat.” Empat puluh hari lagi, Waktunya Singkat, Saatnya telah Genap, Kerajaan Allah Sudah Dekat adalah Kayros. Saat Keselamatan Tuhan sudah tiba! Inilah kegentingan. Inilah kemendesakan. Inilah urgensitas. Maka untuk menuju kepada keselamatan itu, dua hal penting dan mendesak yang segera dilakukan manusia, Bertobat dan Percaya pada Injil. Bertobat dan percaya pada injil sama halnya dengan memenuhi panggilan Yesus:”Mari, Ikutilah Aku.”
Bapa, ibu, saudara, saudari….. Mewartakan Pertobatan dan Menyatakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat adalah sebuah kemendesakan yang tiada hentinya. Karena itu maka sadarlah bahwa Tuhan masih tetap memanggil kita semua untuk rupa-rupa maksud dan tugas dalam rangka membangun Kerajaan Allah demi tercapainya keselamatan manusia. Dan untuk itu kita dituntut supaya segera dan rela melepaskan yang lain-lain untuk mengikuti-Nya. Kalau Tuhan telah memanggil kita, kita harus langsung mengikuti-Nya dan sekaligus meninggalkan segala-galanya yang ada di belakang kita. Mengikuti-Nya berarti selalu siap dan tidak boleh berbalik pulang. Mengikuti-Nya berarti selalu maju. Tidak boleh sedikitpun ada keragu-raguan. Tidak boleh ada yang setengah Kristen. Ia harus Kristen seratus persen atau tidak sama sekali. Ia tidak bisa jadi pengikut Kristus hanya pada saat dan tempat tertentu, tanpa resiko. Yang macam itu tidak ada dalam kamus orang Kristen sejati.
Maka tanggung jawab kita yang sudah menjawabi panggilan Yesus adalah bukan lagi “menangkapi”,- dalam artian, – bukan membuat orang menjadi katolik- melainkan tanggungjawab kita adalah mendukung, menuntun, memelihara, menguatkan orang agar bisa hidup terus, membuat orang menemukan jalan sendiri, Jalan Menuju Keselamatan.