Oleh ; Lukas Onek Narek, SH.
(Sebuah Refleksi Politik di awal Tahun, di tengah hajatan Politik Pilkada di sejumlah wilayah kabupaten/kota wilayah NTT)
Bagian Ketiga
Penjaga Benteng Pertahanan Nilai, Terancam Jebol
OETELU-KUPANG-NTT : WARTA-NUSANTARA.COM-Cara licik para pelaku politik praktis merebut konstituen dengan menerobos dan menjebol benteng pertahanan para penjaga, perawat nilai-nilai.
Aliran bantuan, sumbangan para dermawan baru mengalir deras di setiap momentum hajatan politik. Para dermawan dan donatur baru berseliweran di semua pelosok medan pertempuran politik, bak jamur di musim hujan, hanya inggin berbagi dan berdonasi kepada umat, masyarakat melalui struktur lembaga-lembaga adat, struktur lembaga-lembaga sosial, struktur lembaga-lembaga pendidikan, apalagi struktur lembaga-lembaga agama yang menjadi incaran. Lembaga-lembaga penjaga nilai-nilai ini memiliki power full untuk dijadikan kekuatan politik tangguh. Ini strategi strategis konsolidasi politis sistimatis berselubung gerakan sosial merebut kekuasaan.
Semua kandidat, kompetitor polik melakukan hal yang sama sebagai strategi menggalang kekuatan dukungan. Sementara para penjaga benteng nilai-nilai ini pun tidak perna menolak, malah terbuka (wellcome) menerima bantuan, sumbangan dan donasi, bahkan meminta jenis bantuan baru untuk menjawabi segmen kebutuhan lembaganya. Sudah dibantu semen malah minta besi. Sudah dibantu sembako malah minta ditambah. Permintaan yang sama dimajukannya ke semua kandidat atau kompetitor politik. Kekuasaan yang dimilikinya dijadikan sebagai power shyaring untuk menjawabi kepentingannya. Sungguh memprihatinkan, fenomena pergeseran nilai ini.
Adalah wajar kalau permintaan semacam ini ditujuhkannya kepada para pemegang kekuasaan yang ada. Tetapi kalau lembaga-lembaga penjaga nilai sendiri mendapatkan bantuan atau malah meminta-minta bantuan, sumbangan pada para kandidat atau kompetitor politik dalam nuansa hajatan politik, sungguh sangat disesali. Para penjaga benteng nilai-nilai keropos dan terancam jebol pertahanannya lalu masuk dalam rana pragmatisme Politik “Tender Politik”.
Semestinya para penjaga benteng nilai-nilai ini harus bersikap tegas menolak semua jenis bantuan, sumbangan dan donasi dari semua kandidat atau kompetitor potik pada masa hajatan politik berlangsung. Tentunya sikap dan cara penolakan dapat diramu dengan pola yang santun. Mereka harus menjaga netralitas, kredibilitas, wibawa, martabat dan keteduhan suasana panasnya percaturan politik pileg, pilpres atau pilkada. Berusaha menghindari diri dari praktek politik pragmatis yang mencemarkan. Berperan sebagai penengah yang baik, sekaligus tempat berteduh bagi semua kandidat, kompetitor politik. Harus kuat menahan godaan- godaan. Berpegang teguh pada prinsip demi menjaga harkat, martabat, wibawah para penjaga benteng nilai-nilai. Dengan demikian, akan terus dihormati, dijadikan cerminan, pedoman, contoh dalam membangun peradaban politik yang lebih beradab, bermoral, bermartabat luhur-mulia.
Godaan akan terus datang menerpah. Para kandidat, kompetitor politik bersama tim dengan berbagai cara bulus melunakan, menjinakkan dan menggenggam anggota struktur lembaga-lembaga penjaga benteng nilai-nilai ini. Mereka yang adalah pemegang kekuatan nilai, pemegang kekuatan sosial tidak tersandra para politisi, kandidat, kompetitor politik untuk tidak dijadikan sebagai kekuatan politik baru. Celaka, bila mereka terbawa arus. Kepada siapa lagi kita bersandar, berpedoman, kita belajar nilai-nilai : spiritualitas hidup, moralitas, etika, kejujuran, keadilan, kebenaran, kesucian, kesantunan hidup dalam berpolitik….???
Kepada siapa lagi atau elemen mana lagi yang bisa kita belajar, kita berpedoman dan bersandar kalau struktur lembaga penjaga benteng nilai-nilai sendiri sudah terjebak pragmatisme Politik “Tender Politik”…???
Adalah menjadi harapan bersama, kiranya para penjaga benteng nilai-nilai, teristimewa anggota struktur agamawi untuk berbalik ber-metanoia.
Kembalilah pada esensi panggilanmu yang paling eksistensial untuk menjaga, merawat dan terus melestarikan nilai-nilai : persatuan dan kesatuan; kejujuran dan ketulusan; kesucian dan kemurnian; kerukunan dan kedamaian; solidaritas dan kesetiakawanan; keramaan dan kerendahan hati; cinta kasih dan pengorbanan; ketabahan dan kesabaran; murah hati dan suka menolong; suka mengampuni dan berbela rasa; kebijaksanaan dan kesantunan dalam membangun hidup bersama demi kebaikan bersama _(bonum commune)_yang paripurna.
Oetalu-Kupang, 22 Januari 2020
LUKAS ONEK NAREK, SH