Oleh : Germanus S. Atawuwur
Alumnus STFK Ledalero,Flores,NTT.
KUPANG : WARTA-NUSANTARA.COM-Saya baru saja selesai membaca sebuah buku yang berjudul Merambah Ke Segala Arah. Kisah Perjuangan P. Dr. Jhon Mansford Prior, SVD di Nusa Bunga, yang ditulis oleh Hwu Monika. Karena buku itu adalah Biografi tentang Mantan Dosen saya yang unik itu, maka saya tertarik untuk segera membaca buku itu.
Dalam kesaksian rekan dosennya, P. George Kirchberger mengatakan:” Dia tidak suka sembunyi-sembunyi, lebih suka berterus-terang agar semuanya jadi jelas. Jhon tidak bisa diplomatis pada sesuatu yang harus dan penting diketahui orang, agar semua masalah bisa dicarikan solusinya serta dengan cara bagaimana menanganinya. Lanjut Kirchberger:” Kelemahan Jhon adalah kurang diplomatis, terlalu lurus dan blak-blakan. Saya pikir ini juga penting, bahwa ada seseorang berani menusuk, mendesak, supaya bisa terjadi sesuatu yang baik daripada hanya membungkusnya. Itu suara kenabian, kata Pater Kirch menutupi wawancaranya dengan penulis.“
Selanjutnya Paulus Nong Susar, mantan mahasiswa dari Pater Jhon Prior mengatakan:” Ciri khas seorang Jhon Prior adalah ucapannya yang kritis, diiringi seruan kenabian yang tajam, dan menukik serta lurus tanpa diplomasi. Jhon tidak banyak mengajari mahasiswanya. Ia sendiri adalah model dan arsitek pembelajaran serta contoh hidup seorang cendikia sejati.”
Sementara itu dari kesaksian para narasumber, yang kebanyakan adalah mantan mahasiswanya mengatakan bahwa karena kecerdasannya yang terbungkus dalam kerendahan hatinya, ia menjadi dosen unik yang berwibawa, dikagumi dan diidolakan oleh banyak mahasiswanya, terlebih lagi karena Sang Dosen mampu mempengaruhi dan mengubah paradigma pendidikan di STFK Ledalero, dari pembelajaran yang semula mengutamakan konsep menjadi “pembelajaran lapangan,” mahasiswa disuruh turun lapangan untuk bekerja sambil belajar dan belajar sambil bekerja.
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Lain Pater Jhon Prior, Sang Dosen yang dikagumi mahasiswanya karena gaya mengajar dan kesaksian hidupnya, lain pula cerita Yesus Sang Guru yang ditakjubi oleh orang banyak sebagaimana yang baru saja kita dengar dalam injil tadi. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Orang takjub. Mereka kagum. Orang banyak itu terpukau karena Yesus mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa. Mereka kagum karena Yesus mengajar tidak seperti ahli-ahli taurat.
Pertanyaannya, mengapa mereka begitu terpukau-takjub? Apakah karena retorika Yesus sungguh luar biasa ketika menyampaikan pengajaran-Nya? Apakah karena Yesus seorang Demagog Ulung dalam pengajaran-Nya itu maka orang banyak terpukau-kagum lalu malah membanding-bandingkan-Nya dengan ahli-ahli taurat? Lalu mengapa orang banyak itu harus membandingkan Yesus dengan ahli-ahli taurat?
Ajaran Yesus membuat orang terpukau-takjub karena sumber ajaran Yesus adalah dari Allah Bapa-Nya sendiri. Hal ini jauh-jauh hari sudah dinyatakan Tuhan melalui Musa sebagaimana yang kita dengar dalam bacaan I tadi:” seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.
Selain ajaran Yesus bersumber dari Allah sendiri, Yesus tidak berhenti pada ajaran-ajaran-Nya itu. Yesus tidak berpuas diri karena ajaran-Nya begitu dikagumi melainkan Dia menghidupkan ajaran-ajaran-Nya itu dengan mengaplikasikan-Nya, dengan mempraktekkannya ke dalam perbuatan baik. Maka pada bagian injil yang lain dikatakan, Yesus senantiasa berkeliling sambil berbuat baik. Dia berbuat baik untuk menjadikan Sabda/ Ajaran yang itu hidup di dalam hati orang-orang Galilea.
Yesus bukanlah manusia yang suka omong banyak tapi buat sedikit. Dia bukan manusia yang omong besar lalu selesai. Dia bukan masuk dalam kelompok “NATO” (No Action Talk Only). Tidak!! Yesus menyeimbangkan perkataan dan perbuatan-Nya. Yesus mendaratkan ajaran-Nya melalui perbuatan baik-Nya. Dan injil hari ini langsung mencatat perbuatan baik yang dilakukan Yesus di hadapan orang Kapernaum itu. Dia mengajar lalu saat itu pula Dia mengusir roh jahat. Keseimbangan antara ajaran dan perbuatan baik inilah yang menimbulkan kekaguman pada diri orang-orang Kapernaum.
Saudara-saudara, jauh sebelum Yesus hadir di depan umum untuk mengajar, orang-orang ini sudah banyak mendapat pengajaran dari ahli-ahli taurat. Dan bagi mereka, ahli-ahli taurat hanya berhenti pada pengajaran/perkataan mereka. Mereka hanya omong saja. Mereka cuma berteori. Tidak ada praktek. Tidak ada penghayatan pengajaran. Tidak ada pengamalan nilai-nilai yang diajarkan oleh mereka. Jadi ahli taurat sebetulnya adalah kelompok “NATO” (No Action Talk Only). Inilah yang membedakan mereka dengan Yesus sang Guru Sejati. Perbedaan tajam ini mampu dibaca dengan baik oleh orang banyak sehingga mereka langsung membuat perbedaan antara Yesus dengan ahli-ahli taurat, dengan berkata:”Ia mengajar sebagai orang yang berkuasa, tetapi tidak seperti ahli-ahli Taurat.”
Untuk semakin meyakinkan orang banyak dalam Rumah Ibadat itu, kekuasaan Yesus melalui Kata dan Perbuatan-Nya, ditunjukkan-Nya dalam adegan dengan lakon seseorang, – tanpa nama – yang kerasukan setan. Orang itu berteriak: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.”
Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah dari padanya! ” Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: “Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya .”
Adegan penaklukan roh ini pun kemudian membuat takjub dan kagum orang banyak.
Dari injil ini kita mencatat bahwa kekaguman orang banyak tidak saja pada kata-kata / pengajaran Yesus melainkan juga pada perbuatan-Nya.
Saudara-saudara, siapapun kita yang menyebut diri sebagai pengikut Kristus, kita adalah juga guru. Oleh karena martabat permandian yang sama maka kita juga memiliki kewenangan sebagai nabi, untuk mengajar dan mewartakan Firman Allah. Maka missi kita sama, yakni:” menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta. Untuk membabaskan orang-orang tertindas serta memberitakan Tahun Rahmat Tuhan telah datang (Luk. 4:18-19). Misi ini harus diwujud-nyatakan dengan perkataan dan perbuatan. Karena itu, perkataan kita harus sejalan dengan perbuatan. Perkataan kita tidak boleh berbunga dusta. Harus selalu berkata jujur dan berbuat adil.
Untuk itulah, marilah kita melakukan apa yang baik dan benar, dan melayani Tuhan tanpa gangguan sebagaimana nasehat Paulus dalam bacaan II; sambil itu kita terus belajar dari Yesus Sang Guru Ilahi, yang berkuasa dalam Perkataan dan Perbuatan-Nya karena DIA selalu memiliki intimitas yang sakral-suci dengan Bapa-Nya. ***