JAKARTA : WARTA-NUSANTARA.COM- Ketua MPR RI Bambang Soesatyo berharap kejadian yang menimpa lembaga pendidikan di salah satu provinsi yang mewajibkan siswi non-muslim mengenakan hijab, maupun tindakan rasis yang dilakukan seseorang terhadap salah satu ras tertentu, hingga ekspresi keagamaan di ruang publik yang intoleran, tidak boleh terulang kembali di masa depan. Berbagai tindakan tersebut sangat mengancam berbagai segi kemajemukan yang dimiliki bangsa Indonesia.
“Toleransi harus menjadi kebutuhan, karena kebhinekaan adalah elemen pembentuk bangsa. Kebhinekaan bukan hanya fakta sosiologis yang diterima sebagai sesuatu yang given, tetapi harus terus menerus diperjuangkan,” ujar Bamsoet saat melantik Ir. Irwan Ardy Hasman sebagai anggota pergantian antar waktu MPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, di Jakarta, Senin (1/2/21).
Ketua DPR RI ke-20 ini mengingatkan, ketidakmampuan mengelola kemajemukan dan ketidaksiapan sebagian masyarakat untuk menerima kemajemukan, malah akan mengakibatkan gejolak yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam menjaga kebhinekaan tersebut, setiap anggota MPR RI memiliki kewajiban untuk memasyarakatkan Empat Pilar MPR RI, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Metode sosialisasinya pun harus dilakukan secara menarik dan kreatif. Sehingga tidak menjadikannya hanya sekadar bahan untuk dihafal atau dimengerti saja. Melainkan perlu diterima dan dihayati, dipraktekkan sebagai kebiasaan, bahkan dijadikan sifat yang menetap, hingga menjadi bagian dari kepribadian setiap anak bangsa,” kata Bamsoet.
Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini menekankan, Empat Pilar MPR RI telah menjadi bagian dari benteng yang membuat bangsa Indonesia dapat bertahan dan eksis hingga sekarang. Karenanya, kemajemukan bangsa Indonesia harus menjadi sebuah kekuatan dalam menjaga negara Pancasila untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
“Kita semua berada di dalam rumah besar kebangsaan bernama Indonesia. Musuh kita bersama bukanlah perbedaan. Melainkan nilai-nilai yang bertentangan dengan empat konsensus dasar dan persoalan kemanusiaan lainnya,” pungkas Bamsoet. **(*/WN-VM).**