Oleh : Germanus S. Atawuwur
Alumnus STFK Ledalero, Flores
KYPANG : WARTA-NUSANTARA.COM- Kej.1:1–2:2; Kej.22:1-18; Kel. 14:15–151
Rom. 6:3-11; Mat. 28:1 *** Bapa, ibu, saudara-saudari, malam paskah atau orang menyebutnya juga dengan istilah vigili paskah adalah sebuah Perayaan Agung nan meriah karena menjadi puncak credo kita, akan Kristus yang Telah Bangkit dari Alam Maut.” Namun sayang, karena pandemi Corona virus masih mewabah di wilayah ini, maka waktu vigili paskah yang biasanya kita rayakan malam hari, kini dan di sini, kita harus merayakannya di pagi dan sore hari. Bahkan ada yang masih gereja dari rumah. Perayaan meriah malam paskah benar-benar disederhanakan. Halleluya Hendel dan lagu-lagu lain, sebagai kekhasan liturgi malam paskah tidak lagi berkumandang. Maka gugurlah adagium:” qui bene cantat bis orat” (yang bernyanyi baik berdoa dua kali). Kita merayakannya dalam sebuah keheningan agung, tidak lagi dalam sorak-sorai halel-halel kebangkitan. Ya, kebiasaan lama telah berlalu. Mau tidak mau, kita harus memulai sebuah kebiasaan berliturgi secara baru, untuk menyelaraskan dengan kekinian situasi agar tidak ada umat yang menjadi “korban covid-19.”
Dalam situasi seperti inilah kita tetap dengan khidmat dan khusuk merayakan Malam Paskah. Berkenaan dengan perayaan agung ini, hari ini kita dengar sosok Maria Magdalena dan Maria yang lain, justru tampil dengan berani untuk berangkat ke Makam Yesus. Maria Magdalena, sosok ini, yang beberapa minggu silam ditampilkan dalam injil Yohanes sebagai wanita tertuduh, karena telah tertangkap basah berbuat zinah. Ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi mendesak Yesus, agar perempuan ini harus dirajam dengan batu hingga mati.
Namun kala dia berdiri sendirian bersama Yesus, Yesus pun berkata kepadanya:” Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi, mulai sekarang.”
Kata-kata Yesus adalah pengampunan nan dahsyat. Pengampunan mendatangkan pembebasan. Pada gilirannya, pembebasan membawa sukacita mendalam.
Saudara-saudara, perempuan yang sama, hari ini dalam kisah Matius, dia bersama perempuan yang lain, berziarah ke makam Yesus. Demikian kisah Matius:” Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.”
Namun apa yang terjadi di pekuburan suci itu? Mateus lanjut menggores kisah itu. “Sesampai di kubur itu terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: “Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit , sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.”
Pasca melihat bahwa kubur itu telah kosong dan perempuan-perempuan itu entah percaya, entah tidak, malaekat mengutus mereka menjadi rasul kebangkitan Kristus:” segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia.”
Maria Magdalena dan kawan-kawannya tidak perlu tunggu lama. Mereka segera pergi dari kubur. Mereka memulai pengutusannya dari Makam Kosong. Karena itu mereka masih dibalut beraneka rasa. Ada ketakutan namun berbaur sukacita. Antara perasaan takut dan sukacita, mereka berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. Namun di tengah jalan, tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: “Salam bagimu.” Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut . Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”
Saudara-saudara, Yesus justru paling pertama menampakan Diri-Nya kepada Maria Magdalena dan Maria yang lain, menunjukkan bahwa Yesus hendak mengangkat martabat perempuan yang dalam tradisi Yahudi menganggap mereka sama sekali tidak masuk dalam hitungan mereka. Kaum perempuan tidak masuk dalam bilangan tradisi Yahudi. Karena tradisi Yahudi melihat wanita secara stigmatis, yakni wanita diidentikan dengan Tiga R: kasuR, dapuR, sumuR. Pada tiga R itulah Perempuan Yahudi mengabdi, tunduk pada arogansi laki-laki, taat pada superioritas kaum Adam. Wanita akhirnya diposisikan sebagai makhluk yang terpinggirkan, makhluk lemah tak berdaya di hadapan kaum lelaki yang pada akhirnya menjadi manusia yang memiliki ketergantungan hanya pada kaum lelaki.
Lukisan Penginjil hari ini secara istimewa mau menggambarkan bahwa Maria Magdalena, adalah perempuan setia, yang mengikuti perjalanan salib Yesus sampai pada kebangkitan-Nya. Maka atas kesetiaannya itu, Yesus memberikan ganjaran yang mengagumkan dengan menyapa mereka, bahkan membiarkan tubuh suci itu dipeluk. Kisah ini sebetulnya ingin menonjolkan Maria Magdalena sebagai figur sentral setelah Yesus yang bangkit. Maria Magdalena dan perempuan lainnya ditonjolkan dalam kisah penampakan ini sebetulnya adalah pengumuman Yesus kepada orang-orang Yahudi, – dan juga kita – bahwa dominasi laki-laki – peran patrialistik- yang begitu diagungkan oleh tradisinya, telah hancur dan dikuburkan bersama Kristus. Dan hari ini, pada saat kebangkitan Kristus dan perjumpaan-Nya dengan Maria Magdalena, sesungguhnya adalah sebuah warta baru, bahwa tradisi telah disempuranakan Kristus sendiri dengan memposisikan perempuan secara adil dan proporsional, dalam semua peran penting, dalam segala hal, tanpa kecuali.
Maka Yesus pun memberikan kepercayaan kepada Maria Magdalena dan kawan-kawannya. Ia mengutus mereka untuk segera pergi mewartakan kepada “saudara-saudara-Nya.” Mereka pun pergi dengan membawa pesan dari Yesus yang bangkit.
” Katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.” Sejak menerima pengutusan itu, Maria Magdalena dan kawan-kawannya adalah Rasul Paskah. Mereka menjadi Rasul para rasul.
Mandat Rasuli bagi Maria Magdalena, dan kawan-kawannya adalah pengumuman bahwa wanita lemah tak berdaya itu, yang tempo dulu terlilit dalam stigmanisasi KasuR, DapuR dan SumuR, saat ini, – kini dan di sini – telah terjadi Keselamatan atas Dirinya. Dia bersama Maria yang lain dimeteraikan oleh Yesus, untuk menjadi Rasul Kebangkitan-Nya. Karena bagi Yesus yang bangkit, mereka adalah perempuan-perempuan tangguh. Mereka adalah wanita perkasa. Mereka itu super woman. Wanita hebat, yang mengikuti Yesus mulai dari jalan derita hingga kebangkitan-Nya.
Perjumpaan Yesus dan Maria Magdalena di jalan dekat kubur kosong itu, menerangkan kepada kita bahwa di kubur yang kosong itu, segala adat istiadat, tradisi dan kebiasaan yang membelenggu, yang memenjarakan dan mengungkung setiap anak manusia dikuburkan dalam kubur yang kosong itu. Di dalam kubur yang kosong itu, segala kecemasan dan ketakutan, duka dan penderitaan yang mengerihkan turut serta dikuburkan. Yang tertinggal pada masa kebangkitan ini, adalah harapan manusia akan keselamatan yang paripurna dalam sukacita agung. – Sukacita Paskah – Sukacita Kebangkitan Kristus yang telah mengalahkan maut. ***