Oleh : Germanus S. Atawuwur
Alumnus STFK Ledalero, Flores
“Ia Harus Bangkit”
Kis.10:34a.37-43; Kol.3:1-3 Yoh. 20:1-9
KUPANG : WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih,
Christus Imperat, Christus Vincit, Christus Superat: Kristus Bangkit, Kristus Menang, Kristus Jaya.
Seruan di atas merupakan suatu ungkapan khas dalam misteri paskah. Paskah merupakan perayaan yang sangat penting bagi kita umat kristen. Umat kristen percaya, sebagaimana diwakilkan dalam diri “Murid yang lain” dalam injil hari ini, bahwa Yesus setelah menderita sampai wafat di kayu salib, akan dibangkitkan pada hari yang ketiga. Kebangkitan-Nya dari alam maut menunjukkan kepada umat-Nya bahwa diri-Nya sungguh Putera Allah. Bagi umat Kristiani, perayaan ini mau mengenangkan peristiwa yang paling sakral dalam kehidupan Yesus. Paskah bagi kita merupakan peristiwa penting karena itulah inti iman kita.
Peristiwa paskah merupakan pembuktian janji Tuhan kepada manusia. Tuhan memberikan pengharapan kepada manusia akan kehidupan kekal melalui misteri kebangkitan Putera-Nya. Tentunya janji pengharapan akan kehidupan kekal, seharusnya diikuti dengan rasa sukacita yang mendalam. Pengharapan tersebut menjadi senjata untuk memperkokoh iman kristiani.
Pengharapan akan kehidupan yang kekal tentunya bersumber pada Yesus yang bangkit. Tentang Yesus yang banggkit dijumpai tidak saja dalam injil Yohanes yang kita dengar hari ini, tetapi juga inji-injil sinopsis, sebagaimana sudah kita dengar dalam Perayaan Malam Paskah tadi malam.
Cerita tentang Kebangkitan Yesus ini bermula dari Maria Magdalena yang pergi ke kubur untuk memberi rempah-rempah, namun yang dijumpainya adalah kubur sudah terbuka. “Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan” (Yoh 20: 2).
Mendengar cerita itu, para rasul pun tidak tinggal diam, mereka berlari menuju ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam.
Maria Magdalena tidak menduga bahkan tidak percaya bahwa Yesus telah bangkit. Demikian juga Petrus (ay. 6-7). Tampaknya kengerian penyaliban Tuhan Yesus begitu traumatik bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat mengingat apa yang telah Dia ucapkan ketika Dia masih hidup bersama mereka:“Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan”(Mat 17: 22-23).
Bagi mereka, Yesus bukan bangkit melainkan diambil orang. Jenasah yang kudus itu dicuri orang. Mereka berpikir sedemikian itu karena ada kebiasaan orang mencuri mayat di kala itu. Begitu ramainya pencurian mayat waktu itu sehingga Kaisar Claudius, yang bertahkta dari tahun 41-54 M, mengeluarkan sebuah titah yang mewajibkan hukuman maut bagi orang yang merusak kubur, mencuri mayat, atau membuka segel di batu penutup kubur. Karena dalam budaya mereka, orang harus dikuburkan secara layak.
Dalam kegalauan hati antara jenasah Yesus dicuri atau DIA bangkit, Petrus ingin memastikannya. Penginjil Yohanes bercerita:” Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung.” Petrus menemukan fakta itu. Ia melihat kain kafan terletak di tanah dan kain peluh sudah tergulung dan berada di samping kain kapan.” Fakta-fakta itulah tidak membuat Petrus percaya bahwa Yesus benar-benar sudah bangkit. Dia masih sama seperti Maria Magdalena. Mereka masih terlarut dalam pikiran dan sangkaan mereka sendiri, bahwa jenasah Yesus diambil orang.
Namun “Murid yang lain” tidak seperti Petrus. Tentang “murid yang lain” ini penginjil Yohanes menulis:” Murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.” Setibanya di kubur, ia hanya menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam.
Petrus yang tiba kemudian di kubur itu, justru terlebih dahulu masuk ke dalam makam, tetapi kemudian tidak mengatakan apapun kepadanya. Diamnya Petrus menjadi daya dorong bagi murid yang lain itu. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya.
Tentang “Murid yang lain itu,” Hagelberg, ahli tafisr kitab suci menafsirkan bahwa Murid yang lain itu adalah Dia yang lebih cepat berlari, namun lebih pelan memasuki kubur, tetapi kemudian justru lebih cepat percaya. Ahli tafsir itu mengatakan bahwa murid yang lain itu adalah penulis injil itu sendiri. Yohanes. Yohanes sebenarnya sedang menceritakan keadaan hatinya sendiri. Dia mengerti secara persis kapan dia percaya. Dia percaya bahwa Tuhan Yesus tidak dimusnahkan di kayu salib, dan bahwa Dia bangkit dan mengalahkan maut.
Dalam seluruh Injil Yohanes, hanya dalam satu ayat inilah dia bermegah-megah. Dia membanggakan dirinya: bahwa dialah orang yang pertama sadar, mengerti, dan percaya bahwa Tuhan Yesus bangkit.
Bermegahnya Yohanes atas dirinya sejatinya adalah pemenuhan nubuat nabi Yeremia 9:24 yang berkata, “tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku….”
Jadi, kubur kosong menjadi bukti yang berguna dan paling valid sampai sekarang. bahwa Yesus benar-benar bangkit dari antara orang mati. Dengan itu maka terbantahlah apa yang dicurigai Maria Magdalena, bahwa jenasah Yesus dicuri orang. Kubur kosong dan Kain Kafan itu pulalah yang menepis keragu-raguan Petrus, yang masih bimbang, apakah mayat Yesus dicuri orang ataukah Dia sungguh telah bangkit. Pada akhirnya, kubur yang kosong itu amat penting karena memungkinkan harapan Kristen yang diberitakan dalam 1 Korintus 15 dan 1 Tesalonika 4:13-18. Mayat Tuhan Yesus diubahkan menjadi tubuh kebangkitan-Nya.
Saudara-saudaraku, “murid yang lain” itu tanpa nama, – anonim.- Maka sejatinya, dalam kisah kebangkitan ini, kita semua, – para pembaca dan pendengar – adalah “murid yang lain” itu.
Dengan cerita detail tentang Kubur Kosong dan Kain Kafan ini, sejatinya hendak menguatkan iman kita, akan kata-kata Yesus sendiri dalam injil Matius sebagaimana saya sudah kutip di atas. Atas kepercayaan yang teguh akan kebangkitan Kristus ini, maka marilah sekali lagi kita berseru:” Christus Imperat, Christus Vincit, Christus Superat : Kristus Bangkit, Kristus Menang, Christus Jaya!”
Selamat Merayakan Pesta Paskah. ***