Kis.4:32-35; 1 Yoh. :1-6; injil 20:19-31
Oleh : Germanus S. Atawuwur
Alumnus STFK Ledalero
KUPANG : WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang dikasihi Tuhan,
Hari ini Gereja Katolik Universal memperingati Minggu Kerahiman Ilahi. Minggu Kerahiman Ilahi yang kita kenal sekarang ini sebelumnya populer dikenal dengan sebutan Minggu Putih, yang dirayakan setelah Minggu Paskah. Minggu Kerahiman Ilahi yang kita kenal sekarang ini ditetapkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 30 April 2000, bertepatan dengan kanonisasi Sta. Faustina Kowalska.
Sri Paus Yohanes Paulus II mempunyai permenungan yang dalam akan Allah sebagai Bapa yang Maharahim, yang terinspirasi dari Buku Catatan Harian Santa Faustina yang memuat sebanyak empat belas kali, di mana Tuhan kita meminta suatu “Pesta Kerahiman Ilahi” yang ditetapkan secara resmi di dalam gereja. Dua tahun kemudian, tepatnya tanggal 29 Juni 2002, Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan Dekrit Penitensiary Apostolik yang memberikan tugas kepada para imam untuk memberikan penjelasan kepada umat katolik mengenai Minggu Kerahiman Ilahi ini.
Dalam catatan hariannya, santa Faustina menulis pesan Tuhan:” Pesta ini muncul dari lubuk kerahiman-Ku terdalam, dan diperteguh oleh kedalaman belaskasih-Ku yang paling lemah lembut. Adalah kehendak-Ku agar pesta ini dirayakan dengan khidmat pada hari Minggu Pertama sesudah Paskah. Aku menghendaki Pesta Kerahiman Ilahi menjadi tempat perlindungan dan tempat bernanung bagi segenap jiwa-jiwa, teristimewa para pendosa yang malang. Pada hari itu lubuk belas kasih-Ku yang paling lemah lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudra rahmat cinta atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku.”
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Berkenaan dengan Pesta Minggu Kerahiman Ilahi ini, kita mendengar tentang Yesus menampakan diri-Nya kepada para murid-Nya. Dalam ketakutan di sebuah tempat dengan pintu tertutup, sedang para murid-Nya berkumpul, datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata:” Damai Sejahtera Bagi Kamu.” Murid-murid-Nya sangat bersukacita karena mereka melihat Tuhan. Dalam keadaan penuh sukacita itu, Yesus sekali lagi mengatakan:” Damai Sejahtera Bagi Kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian pun sekarang juga, Aku mengutus kamu.” Sesudah berkata demikian, Yesus kemudian mengurapi mereka dengan kekuatan Roh Kudus dan memberikan mereka mandat pengampunan atau bahkan tidak mengampuni. Kepada murid-murid-Nya Dia berkata:” Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu mengatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”
Yesus memberikan mandat yang istimewa kepada para murid, untuk mengampuni atau bahkan tidak mengampuni dosa orang. Orang yang diampuni itu tentu kemudian dibasuh oleh Api Kasih Roh Kudus.Sebaliknya, pendosa yang tidak diampuni adalah orang-orang malang yang berkanjang dalam penderitaan yang berkepanjangan. Orang-orang yang diampuni dalam Api Kasih Roh Kudus, dan kemudian percaya pada Tuhan yang bangkit mendapat persekutuan dalam hidup kekal sebagaimana dilukiskan dalam surat Yohanes yang pertama:” Apa yang telah kami lihat dan telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan anak-Nya, Yesus Kristus. Dan semuanya itu kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.”
Persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya Yesus Kristus yang dinyatakan dalam surat Yohanes itu mengalami dampak yang sangat luar biasa sebagaimana dilukiskan dalam Kisah Para Rasul tentang Jemaat Perdana. Mereka semua hidup dalam kasih karunia yang berlimpah-limpah, sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka, karena mereka juga percaya pada pemberitaan para rasul tentang kebangkitan Tuhan Yesus. Sukacita yang dialami oleh jemaat perdana dalam kisah ini, telah terlebih dahulu dialami oleh para murid dalam injil tadi. Penginjil Yohanes menulis:” murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.”
Pertanyaannya, apakah kita yang merayakan Pesta Kerahiman Ilahi pada hari ini mengalami juga sukacita yang sama sebagaimana yang dialami baik oleh para murid Yesus maupun oleh jemaat perdana? Mengapa tidak? Kita tentu juga mengalami sukacita itu oleh karena beberapa alasan.
Alasan yang pertama, sukacita yang kita dapatkan hari ini ialah bahwa kita telah percaya pada pemberitaan injil tentang Tuhan yang bangkit.
Alasan yang kedua, kita yang percaya pada Tuhan yang bangkit itu telah bersekutu, – telah bersatu- dengan para murid Yesus serentak itu pula bersekutu dengan Bapa dan Anak-Nya, Yesus Kristus.
Alasan yang ketiga, kita yang telah bersekutu dengan Bapa dan Anak-Nya, Yesus Kristus itu, tentu memiliki pengharapan yang kokoh untuk mendapatkan pengampunan melalui Kasih Kerahiman Ilahi sebagai dampak dari percaya akan pemberitaan injil Yohanes hari ini:” Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni.”
Saudara-saudaraku, betapa dunia sekarang ini membutuhkan Kerahiman Ilahi. Dari penderitaan manusia yang terdalam di bawah kolong langit, terdengar seruan mohon belaskasih Allah. Di mana kebencin dan hasrat dendam berkuasa, di mana perang mengakibatkan sengsara dan kematian orang-orang tak berdosa; tak terkecuali dewasa ini, tatkala manusia sejagat sedang terpuruk dan larut dalam kecemasan akibat corona virus yang masih terus melanda, terdengar doa dalam ratap tangis dan keluh kesah memohon hadirnya Kasih Kerahiman Ilahi. Saat ini, kini dan di sini, rahmat belas kasih Allah dibutuhkan demi menenangkan hati dan pikiran manusia serta mendatangkan damai sejahtera, sebagaimana yang diserukan Yesus kepada murid-Nya ketika Ia menampakan diri-Nya kepada mereka.
Damai sejahtera yang didapatkan oleh karena persekutuan kita bersama dengan Bapa dan Anak-Nya Yesus Kristus, yang pada gilirannya mendatangkan sukacita tak berhingga.
Maka, Perayaan Kerahiman Ilahi hari ini semakin menguatkan iman kita akan Kasih Kerahiman Ilahi, sebagaimana disampaikan oleh Yesus Tuhan sendiri melalui Hamba Kudus-Nya Santa Faustina, yang oleh Sri Paus Yohanes Paulus II digelarinya sebagai “Rasul Besar Kerahiman Ilahi di Zaman Kita.” Bahwa Kristus adalah “inkrnasi kerahiman”, sumber belas kasih yang tak habis-habisnya.
Bila umat manusia, teristimewa orang katolik yang percaya pada “Inkarnasi Kerahiman Ilahi” ini maka mereka dituntut untuk mengemban tugas dan kewajiban untuk memaklumkan dan mewartakan belas kasih Allah, untuk memperkenalkan dan mewujudkannya dalam hidup segenap umat manusia, untuk datang kepada belas kasih Allah, memohonkannya dengan sangat bagi seluruh dunia.
Untuk itu saudara-saudaraku, mari kita gabungkan suara bersama Sri Paus Yohanes Paulus II, yang digelari sebagai “Paus Kerahiman”, kita berdoa kepada Sang Kerahiman Ilahi:
“Bapa yang kekal, kupersembahkan kepada-Mu
Tubuh dan Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an Putra-Mu yang terkasih,
Tuhan kami Yesus Kristus,
sebagai pemulihan dosa-dosa kami dan seluruh dunia.
Demi sengsara Yesus yang pedih,
tunjukkanlah belaskasihan-Mu kepada kami dan seluruh dunia.
Allah yang kudus, kudus dan berkuasa,
kudus dan kekal,
kasihanilah kami dan seluruh dunia.”**