MERAUKE, WARTA NUSANTARA– Ratusan tenaga medis, pegawai maupun cleaning service, memadati ruangan auditorium Kantor Bupati Merauke. Mereka ingin bertatap muka dengan Bupati Merauke, Drs. Romanus Mbaraka, MT.
Rabu (14/4/2021) pukul 15.00 WIT, Bupati Mbaraka didampingi Wakil Bupati Merauke, H. Riduwan, Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda), Ruslan Ramli serta Kepala Badan Perbatasan, Elyas Mite melakukan dialog bersama tenaga medis yang dihadiri juga Direktur RSUD Merauke, Yeni Mahuze serta Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan setempat, dr. Nevil Muskita.
Rupanya banyak persoalan terjadi dari tahun ke tahun. Hanya saja, para tenaga medis maupun karyawan rumah sakit, memendam dalam hati. Mereka sudah menyuarakan ke pimpinan, namun dianggap seperti angin lalu.
Sehingga dalam pertemuan bersama Bupati dan Wakil Bupati Merake kali ini, akhirnya secara terang benderang dibuka. Lagi pula sudah tercium atau didengar langsung bupati belakangan.
Sejumlah persoalan dimaksud yakni kurang adanya komunikasi baik antara direktur rumah sakit bersama staf mulai dari tenaga medis, karyawan. Juga honor tak kunjung diselesaikan, transparansi pengelolaan keuangan, pembagian kerja dan lain-lain.
Bupati Merauke, Drs, Romanus Mbaraka, MT dalam sambutannya mengatakan, banyak orang bicara tentang ketidakberesan di RSUD setempat. “Jadi hari ini saya undang kamu semua datang untuk kita bicarakan dengan baik,” katanya.
Dalam pertemuan ini, pintanya, tak boleh ada yang sakit hati atau tersinggung. “Saya akan bicara profesional tentang rumah sakit. Memang ada beberapa persoalan mulai dari keuangan, managemen, leadership kepemimpinan sampai kepada komunikasi tak berjalan baik. Ini harus dievaluasi menyeluruh,” pintanya.
Ditegaskan, menjadi pejabat itu harus mendengar suara pegawai kecil dibawah, sekalipun cleaning service. Bagaimanapun juga, mereka perlu dihargai dan dihormati.
Khusus berkaitan dengan keuangan, kalau ada hak orang kecil, harus diberikan utuh. Orang bilang, yang punya rakyat, berikanlah kepada rakyat dan yang punya raja berikanlah kepada raja.
Berkaitan dengan pembagian tugas, harus sesuai pembidangan juga. Lalu adanya pemberhentian dokter anastesi secara sepihak di rumah sakit, tidak boleh dilakukan direktur. Kalau memberhentikan seorang dokter spesialis, perlu komunikasi bersama bupati terlebih dahulu.
“Saya kembali meminta kepada Dirut RSUD Merauke, dr. Yeni Mahuze mengurus rumah sakit dengan baik serta transparan. Juga membangun komunikasi denga seluruh tenaga medis maupun karyawan hingga cleaning service, agar ada keyamanan dalam bekerj,” pintanya. (WN-kobun)