MERAUKE, WARTA NUSANTARA– Teriakan histeris ribuan masyarakat yang tergabung dalam Forum Keadilan Untuk Tanah Malind saat mendatangi kediaman Aloysius Dumatubun di Jalan Sumatera, Kelurahan Karang Indah Jumat (16/4/2021) sekitar pukul 11.30 WIT.
Mereka mengultimatum kepada Aloysius sebaiknya angkat kaki dari negeri ini, jika terus membuat kegaduhan dengan membuat hal yang mengganggu kenyamanan serta ketenangan masyarakat.
Koordinator aksi demonstrasi, Moses Kaibu kepada sejumlah wartawan mengatakan, saat mendatangi rumah Aloysius, tokoh adat Kimaam membawa juga tokong serta dayung.
“Ini adalah simbol bahwa orangtua dari Aloysius mengarugi laut yang digambarkan dengan dayung. Lalu dirawa orangtuanya dilayani dengan tokong,” ujarnya.
Dari sisi itu, katanya, kalaau Aloysius Dumatubun terus mengganggu atau membuat keributan kepada orang Marind, sebaiknya ambil dayung sekaligus mengarungi laut Arafura pulang ke kampung halaman. “Kami tak ingin ada konflik di atas tanah ini,” katanya.
Dikatakan, kedatangan mereka ke rumah Aloysius, lantaran ada mata rantai yang dibangun untuk menggangu proses pembangunan yang berjalan. Apalagi yang diganggu adalah Drs. Romanus Mbaraka, MT Bupati Merauke yang telah dipilih masyarakat dalam Pilkada 9 Desember silam dengan kemenangan telak 64.000 suara.
“Jadi biarkanlah proses pembangunan berjalan. Sehingga tak menggangu kegiatan ekonomi masyarakat. Bukan hanya orang Kimaam, tetapi seluruh masyarakat yang sedang menunggu untuk realisasi Anggaran, Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),” ujarnya.
Moses juga mempertanyakan manuver yang terus dilakukan Aloysius Dumatubun belakangan ini. Apakah ingin membuat Merauke tidak tenang?
“Kan semua orang tahu bahwa Bapak Romanus Mbaraka pernah jadi bupati dan maju lagi lalu kalah. Sata itu Aloysius juga masuk dalam tim mengurus berkas beliau termasuk ijazah. Namun kok sekarang mempersoalkan? Sesungguhnya ada apa yang sedang dimainkan,” tanya Moses. (WN-kobun)