MERAUKE, WARTA NUSANTARA– Aloysius Dumatubun diingatkan akan dayung dan tokong yang dibawa ribuan orang Marind ke rumahnya di Jalan Sumatera saat aksi demonstrasi beberapa hari lalu.
“Secara tradisional, orang Marind sudah membawa dayung serta tokong ke rumahnya Aloysius Dumatubun. Itu harus dimaknai dan dipahai baik bersangkutan,” ungkap Bupati Merauke, Drs. Romanus Mbaraka, MT saat ditemui wartawan di kantor bupati Minggu (18/4/2021).
“Saya tak menginginkan agar konflik antar suku terjadi. Ini harus dihindari. Orang Marind itu hidup tenang dan selalu menghargai siapa saja, termasuk yang datang disini. Mereka diterima dengan terbuka sekaligus melakukan kegiatan apa saja,” ujarnya.
Olehnya, pinta Bupati Mbaraka, semua orang termasuk saudara Aloysius Dumatubun menghargai anak Marind memimpin dan membangun di negerinya sendiri.
Menyangkut aksi demonstrasi yang dilakukan ribuan masyarakat, menurut Bupati, itu adalah hak mereka. “Memang saya melarang turun jalan, mengingat sesama umat Islam sedang menjalani puasa. Namun mereka tetap menantang saya turun jalan,” ujarnya.
Sehubungan ijazah yang menurut Aloysius Dumatubun palsu, kalau secara logika hukum, harus dituntut adalah tempat pergurua tinggi saat ia kuliah.
“Silahkan kesana mengecek lebih lanjut apakah saya kuliah atau tidak, hingga mendapatkan ijazah,” saran Romanus.
Dikatakan, saat mengikuti proses pentahapan pilkada, Komisi Pemilihan Umum (KPU) termasuk Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), melakukan verifikasi. “Bahkan sampai ke perguruan tinggi tempat saya kuliah dan tak ada persoalan,” katanya.
Bahkan ketika Aloysius Dumatubun melaporkannya ke Polres Merauke degan tuduhan ijazah palsu, telah dilakukan penyelidikan secara cermat oleh kepolisian setempat. Namun pada akhirnya dikeluarkan penghentian penyidikan (SP-3) oleh Kapolres Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Untung Sangaji.
“Sayangnya sampai sekarang, bersangkutan masih melapor kesana kemari. Ya saya persilahkan saja,” kata bupati dengan santai. (WN-kobun)