Oleh : Germanus S. Atawuwur
KUPANG : WARTA-NUSANTARA.COM-Pada Hari Minggu Paskah IV Gereja Katolik merayakannya sebagai Hari Minggu Panggilan Se-dunia. Hari Minggu Panggilan ke-58, bertepatan dengan gambaran injil Yohanes tentang Yesus Gembala yang Baik. Perayaan ini pertama kali diinisiasi oleh Paus Paulus VI. Keprihatinan beliau kala itu adalah berkurangnya jumlah calon imam yang masuk ke seminari. Masalah ini telah melanda Gereja di Eropa pada awal tahun 1950 an.
Menurut Bapa Suci, masalah ini tidak hanya berkaitan dengan masa depan kehidupan Gereja, tetapi juga mengindikasikan daya iman dan kasih dari setiap paroki, keuskupan maupun keluarga kristiani. Beliau berpendapat bahwa di mana banyak panggilan berkembang dalam komunitas gerejawi, di sanalah terdapat kehidupan yang didasari Injil. Atas dasar itulah maka beliau menetapkan Hari Minggu Paskah IV sebagai Hari Minggu Panggilan Se-dunia, yang di dalamnya kita berdoa agar Allah mengirim para pekerja bagi Gereja-Nya (Mat. 9:38).
Bertepatan dengan Hari Minggu Panggilan Sedunia hari ini kita merenungkan tema panggilan: Santo Yosep Impian Panggilan.
Pertanyaannya, mengapa Santo Yosep menjadi teladan panggilan, teristimewa panggilan khusus?
Alasan pertama, tahun ini sedang berlangsung Tahun Santo Yosep, yan dimulai dari tanggal 8 Desember 2020 dan berakhir pada tanggal 8 Desember 2021.
Alasan kedua, bahwa santo Yosep, sebagaimana Maria, memiliki juga viat, – penyerahan dirinya secara total – dan ketaatannya yang sempurna kepada kehendak Tuhan, yakni mengambil Maria sebagai istrinya.
Alasan ketiga, bahwa santo Yosep memiliki kebajikan lain, sebagaimana yang direfleksikan oleh Sri Paus Fransiskus dalam Surat Apostolik Patris Corde. Ada tujuh kualitas yang dimiliki oleh St. Yosef. Yosef adalah seorang 1] bapa penuh kasih. Ia suami Maria, ayah Yesus. Ia mendedikasikan status dan hidupnya demi Keluarga Kudus. Seluruh hidupnya adalah pelayanan bagi Tuhan. Yusuf juga adalah 2] seorang bapa yang lembut dan penuh cinta. Ia menyaksikan Yesus yang tumbuh penuh kebijaksanaan. Sebagai ayah ia melindungi anaknya dengan penuh kasih dan kehangatan. 3). Santu Yosef memiliki ketaatan yang sempurna pada kehendak Allah. Maka ia rela mengambil Maria sebagai istrinya.
Yosef adalah 4] seorang bapa yang siap menerima. Ia menerima Maria dengan tulus hati. Ia percaya pada kata-kata Malaikat Tuhan. Ia figur seorang pria yang menghormati perempuan. Ia tak mau mempermalukan Maria. Ia pria yang bukan hanya berpikir logis, tetapi terutama bertindak sensitif. Yosef memberi teladan bagi kita untuk melawan kekerasan bagi perempuan.
Yosef digambarkan pula sebagai 5] bapa yang berani dan kreatif. Yosef tidak lari dari kesulitan. Dalam situasi sulit, ia berani memilih tindakan yang bukan menurut pilihannya sendiri. Dalam situasi dilematis ia menjadi ‘mukjizat’ bagi keselamatan Maria dan anak Yesus. Ketika tidak ada tempat bagi Maria di Betlehem, Yosef menyediakan palungan yang nyaman. Ketika harus mengungsi dari ancaman Herodes, ia tegar melindungi dan menyelematkan keluarga. Ia percaya tangan Tuhan.
Paus juga menghormati Santo Yosef sebagai figur 6] seorang bapa pekerja. Yosef adalah seorang tukang kayu. Ia bekerja keras menghidupi Keluarga Kudus. Ia adalah pelindung para pekerja. Paus Leo XIII dalam Ensiklik Rerum Novarum merefleksikan peran Yosef sebagai pekerja. Yesus belajar bekerja dan melayani dari sang ayah.
Akhirnya Paus Fransiskus menggambarkan figur Yosef sebagai 7] bapa tersembunyi (a father in the shadows). Figur yang sebenarnya menampilkan sifat Allah Bapa sendiri yang selalu mengasihi Anak-Nya. Relasi Yesus dan Yosef adalah bayangan dari relasi Yesus dengan Bapa-Nya di surga. Yosef adalah figur penyertaan Bapa dalam seluruh hidup Yesus Putra-Nya di dunia. Kebajikan-kebajikan yang dimiliki oleh santo Yosef itulah kemudian menjadi Santo Yosef sebagai inspirasi tema Minggu Panggilan Se-dunia kali ini: Santo Yosef Impian Panggilan.
Pada Hari Minggu Panggilan Sedunia, Paus Fransiskus mengajak kita untuk meneladani santo Yosef yang melalui mimpi-mimpinya itu mampu mendengarkan dan melaksanakan kehendak Tuhan. Tidak mudah bagi santo Yosef, namun dengan penuh iman kepada Allah, dia mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan gemilang. Paus Fransiskus mengatakan:” Mimpi-mimpi yang dialami santo Yosef adalah panggilan dari Allah, tetapi tidak mudah untuk menerimanya. Setiap sesudah bermimpi Yosef mengubah rencana-rencananya dan berani mengambil resiko dengan mengorbankan rencana-rencananya sendiri dan menselaraskannya dengan misteri Allah, yang kepadanya dia percaya sepenuhnya.” Di tengah semua pergolakan yang terjadi dalam hidupnya, dia menemukan keberanian untuk mengikuti kehendak Tuhan.
Bila pada Hari Minggu Panggilan Se-dunia intensinya adalah berdoa untuk memohon panggilan khusus, namun demikian, pada tempat pertama, kita patut memberi perhatian kepada keluarga-keluarga katolik agar mereka selalu menjadi tempat persemaian, – “seminari dasar” daripadanya muncul tunas-tunas panggilan khusus. Karena melalui panggilan umum, yakni melalui keluarga bersemilah tunas-tunas panggilan khusus. Maka dari itu, keluarga-keluarga katolik harus menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk menumbuhkan benih-benih panggilan khusus sebagai persembahan kepada Allah dan Gereja.
Pada tempat kedua, tidak kalah pentingnya adalah berbicara tentang panggilan khusus yang menunjuk pada anggota gereja yang menerima rahmat tahbisan suci untuk melayani gereja, yakni para uskup, imam dan diakon, maupun para biarawan dan biarawati yang membhaktikan diri kepada Allah dengan mengikrarkan nasehat-nasehat injili. Pada panggilan khusus inilah, hari ini, Gereja katolik universal secara khusus mendoakan mereka.
Umat Katolik sejagat diharapkan berdoa untuk memohon panggilan khusus dan juga mendoakan semua orang yang sedang berada pada panggilan khusus, terlebih-lebih para imam yang memiliki tugas penggembalaan untuk: memimpin, mengajarkan dan menguduskan umat Allah yang sedang berziarah menuju Yerusalem Baru.
Kita berdoa agar para gembala, dalam model pelayanannya, mencontohi santo Yosef yang selalu menselaraskan kehendaknya dengan kehendak Tuhan sendiri, yang selalu taat pada kehendak Allah, dan sebagai “bapa” yang selalu mengasihi “anak-anaknya.”
Lebih dari itu, kita berharap agar setiap gembala menjadikan Yesus sebagai patron kegembalaan mereka, yakni Yesus Gembala yang Baik. Yesus sebagai Gembala yang baik terciri dalam kutipan injil yang kita dengar hari ini. Gembala yang baik adalah dia yang mengenal domba-domba dengan nama mereka masing-masing. Karena itu pula maka domba-domba mengenal suara gembalanya. Gembala yang baik menuntun domba-domba ke padang rumput yang hijau dan sumber air yang tenang sehingga mereka tidak mati kelaparan dan kehausan. Gembala yang baik selalu berjalan di depan domba dengan memberikan contoh dan teladan hidup bagi domba-dombanya. Gembala yang baik adalah dia yang berani melindungi domba-domba dari serangan musuh, bahkan pada akhirnya ia harus mengorbankan nyawanya untuk keselamatan domba-dombanya.
Akhirnya, marilah kita saling mendoakan, terlebih-lebih mendoakan panggilan khusus agar selalu ada dalam keluarga-keluarga katolik yang kelak dipersembahkan untuk kemuliaan Tuhan dan Gereja. ***