Bacaan: Kis. 9:26-31, 1 Yoh. 3:8-24; Injil Yoh.19:1-8″
Oleh : Germanus . S Atawuwur
KUPANG : WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Pada Minggu Paskah V ini Gereja Katolik menyuguhkan kita bacaan tentang Yesus sebagai Pokok Anggur yang Benar dan kita adalah ranting-rantingnya. Yesus sebagai Pokok Anggur yang Benar dan kita sebagai ranting-ranting dilukiskan sebagai satu-kesatuan yang tidak boleh terpisahkan. Penginjil Yohanes menyebutnya dalam kalimat:”Tinggallah di dalam Aku dan Aku di Dalam Kamu.”
Kisah ini dilukiskan secara simbolik oleh Yohanes dengan menggunakan perumpamaan pohon anggur. Saya yakin, tidak semua kita yang membaca kotbah ini sudah tahu pohon anggur. Tetapi mungkin saja ada yang sudah tahu, bahkan menanam dan memelihara pohon anggur itu.
Pada kesempatan ini saya mengajak kita untuk mencermati tentang tumbuhan pohon anggur itu untuk memahami lebih lanjut maksud perumpamaan Yesus.
Pokok dari pohon anggur adalah batang utamanya yang menancap ke tanah dengan akarnya yang menghujam masuk ke dalam tanah. Lewat akarnya, pohon anggur menyerap sari makanan dari tanah dan menyalurkannya ke semua ranting-rantingnya, sehingga rantingnya bertumbuh subur bahkan kemudian menghasilkan buah berlimpah.
Pohon inilah yang digunakan oleh Yesus sebagai perumpamaan dalam pewartaan-Nya. Yesus menggunakan pohon ini, karena cukup familiar bagi orang Yahudi.
Dalam perumpamaan itu Yesus menyebut diri-Nya sebagai Pokok Anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Ranting-ranting sangat bergantung pada pokoknya, karena semua asupan gizi harus melalui pokok sehingga ia dapat bertumbuh subur dan mengasilkan buah. Sebaliknya, bila ranting-ranting itu itu terlepas, misalnya karena dipotong, maka dia akan perlahan-lahan layu, kemudian kering dan akhirnya dibakar.
Dalam perumpamaan itu Yesus membedakan dua jenis ranting. Ranting yang berbuah dan ranting yang tidak berbuah. Mengapa ranting itu tidak berbuah? Ranting itu tidak berbuah karena terpisah dari pokoknya. Kata terpisah, dapat diartikan sebagai perbuatan yang bisa dengan sengaja atau tidak dengan sengaja memisahkan diri atau bahkan pula dengan sengaja dipisahkan oleh seseorang atau sesuatu yang lain. Ranting yang terpisah entah itu yang memisahkan diri atau dipisahkan dari pokoknya itulah tidak akan berbuah karena tidak mendapatkan asupan gizi makanan dari pokoknya. Dia akan menjadi layu, kering dan mati. Ranting itu kemudian dibuang bahkan dibakar karena sudah tidak berguna lagi.
Sedangkan ranting yang berbuah tidak begitu saja dibiarkannya melainkan dibersihkannya sehingga dia berbuah banyak. Jadi, ranting yang berbuah itu tidak saja karena dia selalu menyatu dengan pokoknya, tetapi juga karena dibersihkan, dirawat dan dipelihara. Maka ranting itu tentu mendapatkan asupan humus tanah yang subur dan terseleksi sehingga menghasilkan buah, bahkan buah berlimpah.
Sampai di sini kita bertanya, siapakah orang-orang yang dimaksudkan oleh Yesus dalam perumpamaan itu? Menurut konteksnya, perumpamaan itu ditujukan kepada orang-orang Yahudi pada waktu itu. 2021 tahun silam, di zaman mereka, Allah telah mengutus Putera-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah di tengah mereka. Namun bangsa Yahudi karena tegar hatinya, mereka tidak mendengarkan dan menghayati Kerajaan Allah yang diwartakan melalui para Nabi dan Yesus Almasih sendiri. Dalam pengajaran-Nya tentang Kerajaan Allah, Yesus meyakinkan dan menyadarkan mereka bahwa DIA adalah Pokok Anggur yang Benar sedangkan orang-orang Yahudi ada ranting-rantingnya. Ranting-ranting itu diharapkan untuk selalu menyatu dengan Yesus sebagai Pokok Anggur yang Benar. Karena itu Yesus mengajak mereka untuk datang dan “tinggal” di dalam-Nya. “Akulah pokok anggur dan kamu adalah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak sebab di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”
Yesus kemudian melanjutkan:” Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang keluar dan menjadi kering, dikumpulkan orang dan dicampakan ke dalam api lalu dibakar.” Karena itulah maka di akhir ajaran-Nya Yesus mengajak orang-orang Yahudi agar tinggal di dalam Dia. “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.”
Namun faktanya, orang Yahudi malah tidak percaya pada pewartaan Yesus. Bahkan kemudian mereka justru membunuh dan menyalibkan Yesus dengan tragisnya. Fakta inilah pada akhirnya mengkategorikan mereka sebagai ranting tanpa buah sehingga dipotong, dan dicampakan lalu dibakar.
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Perumpamaan Yesus yang kita dengar, hari ini juga disampaikan kepada kita. Kepada kita semua yang menjadi pengikut Yesus, Dia mengingatkan:” Setiap ranting yang padanya tidak berbuah, akan dipotong. Demikian, kamu pun tidak berbuah bila kamu tidak tinggal di dalam Aku. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, dia dibuang keluar. Karena itu “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.”
Perumpamaan ini mau mengingatkan kita supaya selalu bersatu dengan-Nya. Bahwa intimitas dalam keesaan kita sebagai ranting dengan Yesus sebagai pokok anggur yang benar adalah sesuatu yang mutlak. Tidak ada tawar-menawar. Karena intimitas yang tunggal bersama Yesus itu menghasilkan “buah berlimpah.” Maka dari itu kita semua harus berusaha untuk selalu berada bersama dengan Dia dan dengan itu pula Dia akan ada dan tinggal di dalam kita.
Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya agar kita dapat tinggal di dalam-Nya sehingga bisa menghasilkan buah berlimpah?
Caranya adalah “membangun rumah” dan tinggal di dalam Dia Sang Pokok Anggur yang Benar. Apa maksudnya? Maksudnya adalah setiap kita yang percaya kepada Yesus Sang Pokok Anggur membangun kontak yang mesra, menciptakan keintiman khusus untuk selalu hadir di hadirat-Nya dengan cara berdoa dan berbuat baik.
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu adalah permintaan Yesus kepada kita agar kita selalu bertemu dan bersatu dengannya dalam doa-doa pribadi, dalam doa-doa keluarga, dalam doa-doa bersama dalam komunitas. Selain itu, kita pun perlu menciptakan saat tedu untuk selalu mendengarkan Sabda Tuhan dengan cara selalu membaca dan merenungkan Kitab Suci.
Ketunggalan yang kita ciptakan untuk selalu berada di hadirat kasih Allah melalui Sabda Tuhan yang kita baca dan renungkan itulah menjadi sumber inspirasi untuk menghasilkan buah berlimpah. Buah berlimpah itu tidak lain adalah berlaku adil, jujur dan benar di hadapan Tuhan dan sesama.
Selain itu, keesaan yang tercipta untuk membangun intimitas yang kudus dengan Allah sebagai “Pengusaha” Kebun Anggur adalah terbangunlah di dalam diri kita kesucian, kedamaian, pengampunan, hidup ugahari dan sederhana, tepo seliro dan hidup toleran, tidak egois dan peduli bersesama, hati tidak hanya terpaut pada harta duniawi alias tidak materialistis, tidak konsumtif dan hedonis, dan lain sebagainya.
“Buah-Buah Berlimpah inilah yang harus diwujudnyatakan di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan kita agar dengannya dapat menjadi batu penjuru untuk berpijak naik menuju Rumah Bapa, untuk selanjutnya tinggal di dalam Dia dan Dia tinggal di dalam kita. Bila kita telah tinggal di dalam Dia dan Dia di dalam kita, Bapa-lah yang dipermuliakan. Bila Bapa telah dipermuliakan oleh karena kita, maka Yesus pun mengakui kita sebagai murid-murid-Nya.” Kamu adalah murid-murid-Ku.”