Ket. Foto : John S J Batafor
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM-Kadang banyak yang tidak percaya dengan sosok yang slengean dan sedikit semrawut dari segi penampilan kesehariannya. Rambut gondrong, tatoan, bahkan jarang pakai sandal kalau pergi ke mana mana. Ya kehidupannya dari dulu memang begitu tanpa ada embel embel pencitraan. Beliau merupakan John Batafor, Anak muda Lembata dengan pekerjaan besar yang dilakukan beberapa tahun terakhir ini telah sedikit merubah tatanan sosial dari segi pendidikan, bahkan ekonomi masyarakat Lembata yang secara langsung mendapatkan sentuhan kasih dari beliau melalui Komunitas Taman Daun.
Beliau pernah mengenyam pendidikan Strata satu Bahasa Inggris di Kupang tetapi karena kendala biaya, beliau memutuskan untuk berhenti. Memang kehidupan ekonominya boleh di bilang susah. Ibunya hanya seorang pengrajin kain sarung (penenun) sedangkan Ayahnya sudah meninggal. Kondisi ekonomi yang susah ini membuat John berpikir dan terus berusaha dengan bekal Bahasa Inggrisnya dari bangku kuliah beliau memberanikan diri sebagai pemandu wisata dengan menjual Literasi Taman Daun dan taman baca di desa desa hasil kerja keras bersama teman teman relawan. Sekarang Taman Daun telah menjadi barometer pembelajaran anak anak sekolah Lembata.
Dari Literasi, pembagian pakaian sekolah, sepatu sekolah, membiayai anak sekolah dari keluarga tidak mampu,bedah rumah, perbaikan jalan dengan status jalan kabupaten antar desa dalam kabupaten, dan yang fenomenal adalah memberi makan ribuan ternak di kecamatan Ile Ape dan Ile Ape timur ketika di tinggal pergi mengungsi oleh pemilik akibat erupsi gunung Ile Ape.
Semua kegiatan diatas, Literasi merupakan awal pergerakan, di mana John Batafor dan rekan rekan dengan keterbatasan pada saat itu mampu membangun taman bacaan di kampung kampung untuk mendukung minat membaca siswa siswi Lembata. Upaya ini dilakukan demi kemajuan dunia pendidikan Lembata menuju kabupaten literasi. Slogan literasi pernah di gaungkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lembata tetapi berjalannya waktu suara Gong Literasi semakin redup ditelan Gelombang Pariwisata, dengan festival festival yang semarak dari riuh suara Gong, gendang dan nyanyian anak anak sekolah yang ikut meramaikan acara tahunan sesuai kalender pariwisata Pemda Lembata. Kini festival itu hilang di telan virus Corona dengan protokol kesehatan yang memaksa kita menghindari kerumunan.
Bencana erupsi Ile Lewotolok dan banjir bandang pasca Seroja melanda. John Batafor berdiri dengan kekuatan penuh bersama segenap Relawan Taman Daun yang dengan caranya masing menyumbangkan Materi, Tenaga, dan pikiran untuk bergerak bersama dengan satu misi yakni Kemanusiaan. John juga memiliki satu unit kapal ikan yang diperuntukan untuk membantu janda janda serta mendukung penuh kegiatan Taman Daun.
Bencana Seroja menguji konsistensi Mereka relawan Komunitas Taman Daun yang di koordinir oleh John Batafor. Melalui dinding Facebook beliau Hari Minggu tanggal 2 Mei 2021 satu rumah warga terdampak banjir bandang Ile Ape di bangun. Respon cepat ini di lakukan demi kenyamanan pengungsi karena pondok pondok tua itu tidak mampu memberi kenyamanan dalam istirahat malam mereka.
Rumah Bantuan presiden Jokowidodo yang di janjikan pada tanggal 9 Maret 2021 masih ditunggu. Kita selaku Anak tanah Lembata patut memberi rasa hormat dan terimakasih yang sebesar besarnya kepada pemimpin Bangsa ini atas lawatan perdananya ke bumi Lepan Batan, serta kerja cepat dan tanggap terhadap rakyat Lembata terutama para korban banjir bandang tanggal 4 April 2021. Presiden telah berdiri sebagai Bapak yang siap berjuang dalam situasi apapun, demi segenap Rakyat Indonesia.
Kini rumah rumah Taman Daun telah berdiri tegak di Ile Ape. Gotong Royong atau Gemohing yang merupakan ahli Waris budaya orang asli Lamaholot tidak mati. Kekuatan budaya akan mengalahkan kekuatan lainnya termasuk modernitas dan budaya asing. Keyakinan ini yang menjadi motor penggerak John Batafor dan semua relawan Taman Daun Lembata, yakni bergerak bersama tanpa tekanan dan sekat sekat karena darah Lamaholot mereka masih dan tetap mengalir.
Dengan jalan kemanusiaan ini John Batafor telah membuka pintu hati kita semua bagaimana melihat lebih jauh dalam membangun kabupaten Lembata tercinta. Kekeluargaan harus dipupuk bersama bukan soal paji dan demon, tetapi tentang Kemanusiaan. Maka momen merajut samangat Gemohing harus di bangun bersama demi kemajuan Lembata dari semua dimensi baik politik sebagai pemegang palu kekuasaan dan dimensi sosial, ekonomi, budaya dan kenyamanan masyarakat Lembata. ***
Salam GEMOHING.
Oleh Jastyno Burin