Kis. 10:25-26.34-35. 44-48; 1 Yoh. 4:7-10
Injil Yoh. 15:9-17
Oleh : Germanus S. Atawuwur
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Hari ini kita memasuki Minggu Paskah VI, sebelum kita memperingati pesta Yesus Naik Ke Surga.
Bila injil minggu lalu berkisah tentang Yesus sebagai Pokok Anggur yang Benar dan kita adalah carang-carang yang tak boleh memisahkan diri atau dipisahkan dari pada-Nya maka minggu ini kita mendengarkan Yesus sendiri memilih dan menetapkan orang-orang untuk pergi menghasilkan buah. “Aku telah menetapkan kamu, karena bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah.”
Hemat saya, Yesus memilih dan menetapkan orang-orang yang akan diutus bukanlah tanpa sebuah proses. Proses itu saya identikan dengan seleksi atau ujian yang lazim kita dengar, misalnya dalam hubungan dengan penerimaan CPNS, TNI, POLRI ataupun seleksi lainnya. Bila ada rencana penerimaan calon ASN misalnya maka dibentuklah tim seleksi yang disingkat timsel. Untuk jenis seleksi tertentu kita sebut dengan nama panitia seleksi, yang disingkat pansel, yang terdiri dari para pakar atau minimal orang-orang yang berkompeten. Di dalam tangan mereka, akan lahir output seleksi.
Maka tim seleksi bekerja secara maksimal. Mereka menyusun jadwal seleksi. Mulai dari pengumuman, penerimaan dan seleksi berkas peserta, ujian tertulis secara manual atau secara elektronik, misalnya dengan sistim Computer Assist Test (CAT). Seleksi calon tidak berhenti di sini saja. Ada jenis ujian tertentu dilanjutkan dengan psikotest, tes kesehatan, wawancara dan berakhir pada apa yang dikenal dengan istilah fit and proper test atau uji kepatutan dan kelayakan.
Sekalipun sudah ada tim seleksi, namun umumnya, dalam setiap tahapan tes itu, sudah mulai ada negosiasi, bahkan sebelum seleksi. Biasanya negosiasi dalam bentuk uang, atau melalui orang dalam atau iming-iming tertentu. Maka tidak heran, ada jenis seleksi tertentu hasilnya dipersoalkan, diprotes, digugat bahkan pada akhirnya dianulir. Itulah realitas proses seleksi yang kadang terjadi di republik ini.
Pertanyaannya, apakah Yesus memilih dan menetapkan orang-orang itu juga melalui sebuah “seleksi?” Hemat saya, ya. Bagaimana dengan “proses seleksi” yang dilaksanakan Yesus dalam injil yang kita dengar hari ini? Tentu tidak seperti proses seleksi di negeri ini. Proses seleksi Yesus beda. Karena hari ini kita dengar, Yesus membuat pernyataan tegas:” Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah.” Sebelum sampai pada “memilih dan menetapkan”, Yesus “melakukan seleksi” panjang kepada orang-orang kristen. Yesus tidak memakai tim seleksi yang kadang perannya hanya formalitas saja, karena sudah “distel” oleh pesan sponsor. Maka sejumlah indikator yang diterapkan oleh Yesus dalam seleksi ini menjadi barometernya.
Pertama, tinggal di dalam kasih Yesus,
Kedua, saling mengasihi,
Ketiga, takut akan Tuhan sebagaimana dalam bacaan pertama tadi dan keempat adalah dia yang mengamalkan kebenaran. Pada keempat hal inilah Yesus hendak “memeriksa” curiculum vitae, track record, rekam jejak pada setiap orang yang sedang mengikuti seleksi ini. Karena itu Yesus meneliti dengan cermat “daftar riwayat hidup” mereka.
Yesus mau seleksi dengan baik karena hasil itulah yang menjadi ujung tombak continuitas, keberlangsungan misi-Nya. Yesus harus benar-benar dapatkan orang-orang yang berdedikasi tinggi. Mereka yang bermissi tanpa asa tertentu, mereka bermissi tanpa intrik apapun, karena orientasi dari missi itu adalah terus-menerus menghasilkan buah. Tidak boleh mandul. Tidak boleh tanpa buah. Harus berbuah, bila perlu buah berlipat ganda.
Agar benar-benar mendapatkan orang-orang yang patut diandalkan untuk bermisi dan menghasilkan buah, maka Yesus melakukan seleksi terbuka. Semua orang kristen. Seleksi yang bersifat terbuka untuk umum, atau dalam bahasa Lukas pada bacaan pertama tadi adalah:”Setiap orang dari bangsa manapun. Jadi Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun mempunyai hak yang sama untuk ikuti seleksi dengan indikator kelulusannya seperti sudah diterangkan di atas.
Seleksi yang terbuka untuk umum ini diikuti oleh siapa saja, dari mana saja, tanpa pungut biaya. Seleksi itu mengacu pada empat indikator di atas. Apakah orang yang ikut seleksi ini adalah mereka yang selalu tinggal di dalam kasih Tuhan? Artinya, mereka yang sungguh-sungguh mempersatukan dirinya sebagai ranting pada Yesus yang dipercayai sebagai Pokok Anggur yang Benar?
Apakah setiap orang yang mengikuti seleksi itu adalah orang-orang yang benar-benar saling mengasihi, atau kasihnya terbatas dan berorientasi pada kepentingan dirinya sendiri?
Apakah setiap orang yang mengikuti seleksi terbuka ini adalah mereka yang senantiasa takut akan Tuhan dengan cara mengikuti segala perintah dan kehendak Tuhan? Atau ketakutannya bersifat musiman belaka, misalnya pergi ke gereja hanya pada hari natal dan paskah sehingga mereka disebut katolik “Napas?” atau katolik KTP?
Apakah mereka yang turut serta dalam seleksi umum ini selalu berjalan di atas kebenaran dan karenanya mereka akan senantiasa bergerak mewartakan tentang kebenaran, atau malah kadang, harus bersikap pura-pura, tidak tegas, oleh karena tekanan-tekanan dari pihak tertentu?
Bila menurut keputusan Yesus, kita semua yang mengikuti seleksi ini dinyatakan lulus, maka orang-orang yang terseleksi itulah disebut Yesus sebagai:” Sahabat.” Bila sudah terseleksi dan terpilih kemudian ditetapkan sebagai sahabat, maka kita tidak boleh jadi penyangkal atau bahkan penghianat. Kita tidak boleh jadi lawan. Kita harus benar-benar menjadi sahabat. Sahabat sejati.
Pada sang sahabat sejati itulah mandat perutusan diberikan. “Supaya kamu pergi dan menghasilkan buah.” Sebagai sahabat sejati dia harus komitmen pada tugas perutusannya. Karenanya dalam bermissi tidak boleh setengah-setengah. Harus total seperti guru kita Yesus Kristus. Mencintai dan mengasihi hingga rela wafat di kayu salib untuk keselamatan manusia.
Dalam bermisi sahabat sejati dituntut untuk menghasilkan buah. Buah-buah yang dihasilkan itu adalah buah-buah rohani. Kebajikan-kebajikan kristiani. Buah-buah rohani itu adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (bd. Ef 5:9; Kol 1:6; Ibr 12:11; Yak 3:18); dan (2) berusaha membawa orang kepada Kristus (Yoh 4:36; 12:24). Selain itu, toleran, solidaritas, berbela rasa juga terhitung sebagai buah-buah rohani.
Sampailah kita di sini dan kita berkesimpulan bahwa, orang kristen dipilih dan ditetapkan oleh Yesus “dari dunia” ini (ayat Yoh 15:19) untuk pergi dan menghasilkan “buah” (ayat Yoh 15:2,4-5,8). Karena dia terseleksi dari “dunia” dan berkarya di tengah dunia maka berpotensi untuk dapat menyangkal atau bahkan mengkhianati Yesus, yang telah mengutus kita. Oleh karena itu hendaknya senantiasa berkiblat pada Yesus Kristus dalam Kasih Trinitarisnya. Dengan itu, kita benar-benar menjadi sahabat.
“Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Ku-perintahkan kepadamu. Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” ***