Kis. 1:1-11; Ef.4:17-23;
Mrk. 16:15-20.
Oleh : Germanus S. Atawuwur
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, perayaan Kenaikan Tuhan dan Juruselamat kita yang juga dikenal sebagai Kamis Kenaikan atau Kamis Kudus atau Hari Kenaikan untuk memperingati Kenaikan Yesus ke surga. Hari tersebut merupakan salah satu perayaan ekumenis (dirayakan secara universal) dari gereja-gereja Kristen. Hari Kenaikan secara tradisional dirayakan pada hari Kamis, hari keempatpuluh setelah Paskah (sesuai dengan Kisah Para Rasul 1:3), yang sudah dimulai oleh Gereja Kristen Timur dan Barat sejak abad ke-4.
Dalam kepercayaa umat Kristiani, peristiwa Kenaikan Yesus Kristus ke Surga merupakan rangkaian dari peristiwa Jumat Agung dan Kebangkitan Yesus Kristus hingga Yesus Kristus naik ke Surga pada hari ke-40 setelah Kebangkitan-Nya. Selama 40 hari setelah kebangkitan-Nya pada hari Minggu, Yesus menunjukkan diri-Nya kepada para murid. Dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Yesus berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah sebagaimana dilukiskan dalam bacaan I. Peristiwa penampakan Yesus berulangkali kepada para murid-Nya hendak meyakinkan mereka bahwa Dia sungguh telah bangkit dari antara orang mati.
Bagi umat Katolik, makna kenaikan Yesus Kristus ke Surga sebagai pemuliaan Yesus setelah kematian dan kebangkitan-Nya. Menurut Injil Yohanes, hal ini sebagai penampakan pasca kebangkitan-Nya untuk menunjukkan hubungan baru antara Yesus dan Bapa, serta antara Dia dan para pengikut-Nya.
Dari peristiwa Kenaikan Isa Almasih ini, Yesus Kristus mengajarkan murid-murid-Nya agar tidak lagi terpaku pada kehadiran fisik-Nya. Yesus akan selalu bersama umat-Nya melalui Roh Kudus. Dari sini Yesus Kristus mendorong murid-murid atau / dan umat-Nya untuk memulai misi, yaitu mewartakan Injil sebagaimana kita dengar bacaan injil.
Teks Biblis inilah kemudian menjadi inspirasi bagi kaum seniman di abad sembilan melukiskan Kenaikan Yesus yang mempunyai dua bagian, yaitu bagian atas untuk pemandangan sorgawi dan bagian bawah untuk pemandangan duniawi. Selain itu, Kristus yang sedang terangkat naik bisa membawa panji Kebangkitan sambil pada tangan kanan-Nya memberi berkat. Gerakan pemberkatan oleh Kristus dengan tangan kanan ditujukan kepada kelompok di dunia di bawah-Nya dan memberi makna bahwa Ia sedang memberkati seluruh Gereja. Sedangkan di tangan kiri-Nya, Ia membawa suatu kitab Injil atau gulungan, yang memberi makna pengajaran dan pemberitaan Injil.
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, sebelum Yesus naik ke surga, Dia meninggalkan wasiat bagi para murid-Nya:”Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. ”
Perintah itu diikuti dengan jaminan penyertaan-Nya:” Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular , dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”
Janji penyertaan Yesus untuk murid-murid-Nya tidak hanya berlaku secara eksklusif bagi para murid Yesus pada waktu itu, tetapi berlaku juga untuk orang-orang yang percaya kepada-Nya. Siapakah orang-orang yang percaya kepada Tuhan yang bangkit dan naik ke surga itu? Tentu tidak hanya murid-murid-Nya saja, melainkan ada juga yang lain. Ada juga orang-orang yang hidup di zaman pasca para murid Yesus. Ada juga orang-orang yang hidup di zaman post moderen. Tetapi apakah ada juga kita yang hari ini sedang mendengarkan sabda-Nya, juga percaya kepada-Nya? Mengapa tidak?!
Kita juga percaya pada Yesus, tidak saja dengan janji penyertaan-Nya tetapi juga kita percaya teguh pada janji yang disampaikan kepada para murid-Nya sebagaimana kita dengar dalam bacaan I: ”Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Yesus secara tegas mengatakan bahwa para murid-Nya, – juga termasuk kita – akan menenerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas mereka. Jadi, Yesus naik ke surga agar Dia mengutus Roh Kudus untuk turun dan tinggal bersama kita. Dalam pandangan inilah, kita akhirnya memahami dan mengerti apa yang dimaksudkan dengan transendensi sekaligus imanensi Allah. Allah seolah begitu “jauh” dari kita, tetapi pada saat yang sama, begitu dekat dengan kita, – bahkan lebih dekat – dari diri kita sendiri.
Karena itu maka “relokasi-Nya”, “berpindah-Nya” Yesus dari dunia menuju Bapa-Na di surga, tidak berarti Tuhan meninggalkan para murid, – dan juga kita – seperti anak yatim piatu. Karena keyakinan akan Allah yang imanen, – yang begitu dekat – dengan kita inilah maka, menimbulkan optimisme para murid dalam melaksanakan misi perdana – tanpa Yesus – ada bersama mereka. Maka dari itu, begitu Yesus naik ke surga meninggalkan mereka, mereka pun pergi mewartakan Kerajaan Allah:” Merekapun pergi memberitakan Injil ke segala penjuru dunia, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.”
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, hari ini kita merayakan Kenaikan Tuhan maka kepada kita juga diinstruksikan untuk pergi memberitakan Injil ke segala penjuru dunia. Maka pertanyaan adalah, ke manakah kita harus pergi untuk memberitakan Kabar Gembira?
Saudara, kita tidak usah pergi jauh-jauh tetapi pandanglah di sekitar kita, lalu datangilah saudara-saudara kita, siapapun dia, apapun agamanya, terlebih-lebih saudara-saudari kita yang muslimin dan muslima. Mengapa harus kepada mereka? Karena bertepatan dengan Kenaikan Tuhan hari ini, hari ini pula, saudara-saudari kita yang muslim dan muslima merayakan Hari Raya Idul Fitri. Maka patutlah kita mendatangi mereka, entah secara langsung ataupun tidak langsung melalui ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1442 H. Semoga mereka memutihkan hati mereka, untuk menyambut hari yang Fitri ini. Kepada mereka kita memohon Minal ‘Idin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
Bila hal ini kita bisa lakukan hari ini, maka kita sendiri adalah Kabar Gembira itu sendiri. Kita telah “menginjili” mereka bukan supaya mereka menjadi katolik, tetapi supaya baik mereka maupun kita, kita sama-sama berdiri teguh di atas iman kepercayaan kita masing-masing. Bahwa kita adalah bangsa yang toleran, bangsa yang senantiasa menghormati keberagaman, karena di dalam keberagaman itulah, Tuhan kita dipuji senantiasa, hari ini hingga selama-lamanya. Amin. ***