MERAUKE, WARTA NUSANTARA- Papua Language Institut (PLI) sejak kemarin melakukan seleksi terhadap 150 anak Marind serta Papua lain sebelum dikirim ke sejumlah perguruan tinggi (PT) di luar negeri untuk kuliah di jenjang S1 maupun S2.
Proses seleksi yang dilakukan yakni tes tertulis serta wawancara. Setelah itu hasilnya diumumkan secara resmi berapa yang lulus. Lalu mereka dibawa ke Jayapura mengikuti beberapa tahapan lagi selama setahun.
Demikian disampaikan CEO PLI, Samuel Tabuni saat jumpa pers Kamis (20/5/2021). Saaat memberikan keterangan pers didampingi Direktur Meneger PLI, Korius Waimbo, Wilem Burung, Manager Akademik serta sejumlah dosen PLI lainnya.
“Betul bahwa setelah MoU ditandatangani bersama Pemkab Merauke, kami mengumumkan penerimaan anak Marind maupun Papua lain untuk mendaftar sekaligus kuliah ke sejumlah perguruan tinggi (PT) di luar negeri,” ujarnya.
Khusus program S1, lanjut Tabuni, sesuai arahan Bupati Merauke, Romanus Mbaraka, hanya bagi anak-anak Marind tamatan sekolah menengah atas (SMA). Sedangkan yang mengambil pendidikan S2, bisa untuk anak Papua lain.
“Memang pendaftaran telah ditutup dan proses seleksi sedang berlangsung. Kemarin adalah test tertulis dan hari ini dengan interview,” ujarnya.
Direktur Meneger PLI, Korius Waimbo menjelaskan, program pengiriman anak Papua kuliah ke luar negeri sangat banyak, hanya wilayah Selatan termasuk Kabupaten Merauke sangat minim.
Sehingga, lanjut dia, menjadi diskusi PLI bersama Bupati Merauke dan diresponi sekaligus ditindaklanjuti dengan penandatanganan MoU.
Lebih lanjut dijelaskan, sejak kemarin, proses seleksi melalui dua tahap berjalan. Selanjutnya diumumkan siapa saja yang lulus. Sebelum ke Jayapura, melakuka medical check up terlebih dahulu, agar diketahui kondisi kesehatan sesungguhnya.
“Kami menginginkan anak-anak Marind dan Papu lain yang digembleng selama setahun di Jayapura, dalam keadaan sehat,” ungkapnya.
Selama di Jayapura, katanya, mereka ditampung di dua asrama yang disiapkan PLI sekaligus menjalani training oleh beberapa tenaga pengajar bergelar doktor orang asli Papua yang telah menyelesaikan kuliah di luar negeri.
Dijelaskan, program pengiriman anak Papua kuliah di luar negeri, bukan baru pertama kali, tetapi sudah berjalan empat takhun terakhir. Mereka dikirim kuliah di sejumlah perguruan tinggi (PT) untuk jenjang S1 dan S2 di Rusia, Amerika, Inggris dan beberapa negara lain.
“Ya, pada prinsipnya kami ingin mendorong agar anak-anak Papua dari Selatan kuliah ke luar negeri. Ternyata ini sejalan dengan visi-misi Bupati-Wakil Bupati Merauke,” ujarnya.
Dia mengaku bangga dengan antusias anak-anak Marind dan Papua lain mendaftarkan diri. Tentunya ini menjadi semangat bersama, lantaran mereka ingin kuliah ke luar negeri.
Dikatakan, selama di Jayapura setahun, tidak hanya persiapan akademik mulai dari sains, speaking dan lain-lain, tetapi juga digembleng karakter building. Artinya mereka perlu memahami identitas terlebih dahulu sebelum dikirim ke luar negeri .
Ditanya berapa kuota untuk S1 maupun S2 yang dikirim kuliah di luar negeri, Waimbo mengaku, pihaknya belum bisa menyampaikan sekarang. Karena harus melakukan koordinasi serta komunikasi terlebih dahulu bersama Bupati Merauke. (WN-kobun)