Am.7:12-15; Ef.2:13-18; Mrk. 6:7-10
Oleh : Germanus S. Atawuwur
Alumnus STFK Ledalero
WARTA-NUSANTARA.COM-”Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana! Tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab inilah tempat kudus raja, inilah bait suci kerajaan.” Demikian kata-kata penolakan yang dilontarkan oleh imam Amazia kepada nabi Amos. Terhadap penolakan itu, nabi Amos mengatakan:” Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Tetapi TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel.
Begitu dipanggil menjadi nabi, tempat pertama yang dipilih oleh nabi Amos untuk menjalankan tugas kenabiannya adalah “Betel.” Betel berarti Rumah Tuhan. Mengapa nabi Amos justru terlebih dahulu memilih Betel? Karena Betel yang adalah tempat ibadah suci itu menurut nabi Amos telah disalahgunakan oleh Imam Amazia. Di Betel ini, sudah sedang terjadi praktek ketidakadilan, penipuan, dan penindasan terhadap orang-orang miskin. Betel tidak lagi sebagai tempat suci, melainkan sebagai tempat, di mana atas nama agama para imam melakukan penipuan, pemerasan dan praktek ketidakadilan. Karena terdorong oleh praktek amoral itulah maka nabi Amos memilih untuk terebih dahulu mewartakan Kerajaan Allah di dalam Rumah Tuhan ini. Di tempat inilah, dia untuk pertama kalinya mengeritik dengan keras disertai kecaman dan ancaman praktek ketidakadilan, penipuan dan pemerasan yang dilakukan oleh Imam Amazia. Imam Amazia merasa kedudukannya terancam. Wibawanya tercoreng karena dikuliti oleh seorang nabi yang menurutnya bukan berasal dari kalangan profesional. Ia lalu mengusir nabi Amos dengan kata-kata kasar sebagaimana sudah saya kutip di atas.
Pasca mengeritik praktek imam Amazia, kali ini kritikannya diarahkan kepada Raja Uzia, yang juga marak mempraktekan ketidakadilan sosial dan perampasan tanah milik orang yang miskin. Ada juga praktek perdagangan internasional yang luas yang keuntungannya khusus diserahkan kepada para raja; praktik-praktik bisnis yang penuh tipuan ini justru sasarannya adalah orang miskin dan orang-orang tak berdaya. Oleh karena itu dia dengan berani mengeritik raja Uzia. Selain mengeritik dia juga mengingatkan Raja Uzia bahwa tanda-tanda penghakiman sudah dekat dan bahwa Kerajaan Utara yang dipimpinnya segera runtuh. Ia mengingatkan raja dan umat Israel bahwa tanah mereka akan hilang, mereka akan diusir dan para pemimpin akan hancur karena perang.
Nabi Amos dengan berani mengeritik praktek bejat itu karena ia memiliki pemikiran yang khas bahwa keadilan merupakan ciri moral yang paling penting dari sifat ilahi Allah, sehingga jika Allah itu adil maka ketidakadilan, ketidakjujuran, kebejatan moral tidak dapat ditolerir oleh Allah dan harus mendapat pembalasan yang keras dari Allah. Maka praktek ketidakadilan yang dilakukan oleh imam dan raja, dikritik dan dikecamnya dengan keras. Model pemberitaannya yang keras, penuh kecaman dan ancaman inilah menjadi alasan kuat bagi imam Amazia untuk menolak nabi Amos.
Saudara-saudara, penolakan Nabi Amos oleh Imam Amazia pada Perjanjian Lama, di kemudian hari, pada zaman Perjanjian Baru dialami juga oleh Yesus sebagaimana diwartakan injil seminggu yang lalu. Penginjil mewartakan kepada kita bahwa orang-orang sekampungnya di Nazaret tidak berhasil mengenal Yesus dengan lebih baik sebagai Putra Allah. Mereka semata-mata melihat Yesus hanya sebagai seorang manusia biasa, putra tukang kayu. Karena itu mereka tidak percaya pada otoritas dan kewenangan Yesus untuk mengajar dengan penuh wibawa dan membuat mujizat. Mereka lalu menolak dan mengusir Yesus keluar dari Nasaret.
Bagi Yesus, penolakan itu tidak boleh menjadi alasan untuk menunda atau bahkan membatalkan pemberitaan tentang Kerajaan Allah pada wilayah-wilayah lain. Allah Esa harus diimani secara universal oleh bangsa-bangsa lain. Karena itu Yesus menemukan strategi baru untuk mewartakan kerajaan Allah. Cara itu adalah Yesus memanggil dan mengutus para murid-Nya berdua-dua sebagaimana warta injil hari ini.
Sebelum mengutus mereka, Yesus melengkapi mereka dengan kuasa dan pesan. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju.
Pesan ini mengandung makna bahwa Yesus mau agar murid-murid-Nya focus dengan tugas perutusannya. Yesus mewanti-wanti mereka sejak awal agar para murid tidak terlampau sibuk dengan urusan perut dan penampilan. Yesus tidak menghendaki murid-murid-Nya repot dengan urusan bekal, makanan, minuman ataupun pakaian. Pesan ini mengandung makna bahwa bukankah hidup dan pewartaan Kerajaan Allah lebih penting dari pada makanan, dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah para murid jauh melebihi burung-burung itu?(bdk. Mat.6:26). Karena mereka jauh lebih penting maka Tuhan telah menyiapkan segala sesuatu melalui hospitalitas tuan rumah yang akan didatangi oleh para murid. Untuk itu Yesus mengingatkan mereka:” Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu.”
Saudara-saudara, seperti para murid, hari ini, Yesus juga mengutus kita untuk membawa kabar sukacita. Yesus mengutus kita ke tengah dunia yang tengah dilanda kecemasan dan ketakutan oleh ancaman covid-19 varian delta yang lebih ganas dan dahsyat. Dalam situasi seperti ini, beranikah kita menjadi nabi masa kini? Dalam situasi ini, sanggupkah kita untuk mewartakan Kabar Sukacita? Mewartakan Kabar Sukacita adalah kewajiban.
Karena itu, baik tidak baik situasinya, kita harus terus mewartakan Kerajaan Allah. Maka pewartaan online menjadi pilihan bijak. Selain itu, bila doa dan ibadat dilakukan dari rumah, jangan lupa, doakan para pekerja kemanusiaan yang bertaruh nyawa untuk kesembuhan sesama.
Kita mengheningkan cipta untuk mereka yang telah gugur, sebagaimana ajakan Menteri Agama Republik Indonesia. Tak lupa pula, kita doakan juga dari jauh sesama yang sedang terkapar oleh karena covid-19 atau penyakit lainnya. Bila memungkinkan berilah sedekah, khusus untuk sama saudara yang berkekurangan. Di samping itu kita himbau agar umat tidak termakan berita hoax dan haram hukumnya untuk menyebarkan berita bohong di tengah krisis kehidupan ini. Tetapi marilah, kita jaga, kita lindungi kehidupan dengan melaksanakan protokol kesehatan 5 M. Demikianlah model kenabian kita di masa pandemi ini. ***