JAKARTA : WARTA-NUSANTARA.COM — Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema, S.IP, M.Si menyampaikan kegembiraannya dan mengapresiasi pembukaan resmi Program Studi (Prodi) Peternakan oleh Universitas Katolik (Unika) Santo Paulus Ruteng. Menurut politisi muda yang akrab dipanggil Ansy Lema tersebut, kehadiran Prodi Peternakan sangat relevan dan kontekstual karena menjawab kebutuhan untuk menciptakan peternak-peternak baru yang memiliki kapasitas, pengetahuan, daya saing, dan terampil menghasilkan produk-produk peternakan agar memenuhi kebutuhan lokal maupun nasional. Demikian Siaran Pers Kabag Prokopim Setda Matim, Jefrin Haryanto yang diterima Warta Nusantara, Minggu, 11/7/2021.
“Saya senang mendapat berita ini dan sangat mengapresiasi inisiatif Unika Santo Paulus Ruteng untuk membuka Prodi Peternakan, yang ditandai dengan SK Mendikbud Ristek NO.242/E/0/2021 sebagai izin operasional. Ini pengakuan legal negara yang sangat penting untuk menyelenggarakan Prodi Peternakan (S1), juga langkah maju menciptakan peternak-peternak baru yang berkapasitas, unggul, dan berdaya saing,” ujar Ansy Lema di Jakarta, Sabtu (10/7/2021).
Potret Peternakan di NTT
Ansy menjelaskan, kehadiran Prodi Peternakan Unika Ruteng sangat penting untuk mendukung pengembangan potensi peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang luar biasa. Data Dinas Peternakan Tahun 2018 mencatat bahwa NTT memiliki potensi peternakan sapi potong, sapi perah, kerbau, babi, kuda, kambing, unggas, dan kelinci. Salah satu hambatan peternakan NTT saat ini adalah potensi peternakan tidak didukung oleh kapasitas peternak, karena masih dilakukan secara tradisional. Karena itu, Prodi Peternakan Unika memiliki tugas untuk mendidik peternak-peternak unggul yang bisa menghasilkan berbagai inovasi dan terobosan kreatif untuk mengembangkan peternakan modern di NTT.
“NTT memiliki berbagai potensi peternakan yang harus dikembangkan. Namun, mayoritas peternak masih memakai pola tradisional. Ini menyebabkan peternakan di NTT sulit berkembang, bahkan tertinggal dari daerah lain. Maka, tugas Prodi Peternakan untuk memimpin peralihan dari pola peternakan tradisional, menuju peternakan modern,” kata Ansy.
Ansy mencontohkan, iklim, padang sabana dan ketersediaan pakan menjadikan NTT sangat cocok untuk pengembangan peternakan sapi. NTT pernah menjadi lumbung ternak sapi nomor satu nasional, karena bisa mengekspor dan memenuhi kebutuhan daging sapi domestik. Namun saat ini, NTT tidak mengekspor lagi, selain karena permintaan dalam negeri meningkat, juga karena produksi sapi di NTT menurun drastis. Untuk melakukan loncatan besar pengembangan ternak sapi, NTT membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) peternak sapi yang terlatih dan adaptif terhadap trend peternakan modern.
“Prodi Peternakan Unika Ruteng dapat melatih para mahasiswa peternakan mulai pembibitan, perawatan, penggemukan, hingga tata niaga pemasaran sapi. Ini penting agar ketika tamat dan terjun ke lapangan, para peternak terbiasa mandiri untuk menjalankan wirausaha peternakan sapi modern,” papar Ansy.
Dukung dan Siap Bersinergi
Sebagai wujud konkrit apresiasi dan dukungan, Ansy mengaku siap bersinergi dengan Unika Santu Paulus Ruteng untuk mengembangkan Prodi Peternakan. Karena ia membidangi Komisi IV DPR RI yang memiliki tupoksi khusus mengenai sektor peternakan. Ketika dilantik sebagai anggota DPR, wakil rakyat Dapil NTT II tersebut telah meyakini bahwa sektor peternakan adalah salah satu masa depan NTT, selain pertanian dan perikanan-kelautan.
“Ketika dilantik sebagai anggota DPR, saya memang secara sengaja mengubah plesetan negatif NTT sebagai “Nasib Tidak Tentu”, “Nanti Tuhan Tolong”. NTT bagi saya adalah “Nelayan, Tani, Ternak”. Artinya, sektor peternakan merupakan sektor yang sangat berpengaruh vital untuk meningkatkan kesejahteraan di NTT. Maka, kehadiran Prodi Peternakan saya anggap sangat sesuai dengan visi saya tentang NTT, sehingga saya siap bersinergi,” tegas Ansy.
Ansy melanjutkan, prospek peternakan sangat cerah karena tingginya permintaan pasar lokal, nasional, dan internasional. Berdasarkan data BPS, terjadi peningkatan daging impor sapi hingga 400 persen dari 2015-2019. Artinya, kebutuhan daging sapi nasional sangat tinggi. Dalam konteks lokal, penetapan dan pembangunan Labuan Bajo sebagai Destinasi Pariwisata Super Premium mengakibatkan tingginya permintaan daging sapi, babi, unggas, telur, dan lain-lain.
“Pariwisata menjadi penggerak utama (prime mover) sektor peternakan di NTT. Jangan sampai kita hanya jadi penonton di daerah sendiri karena daging sapi, babi, unggas, telur, juga sayur diambil dari provinsi lain. Kita harus menggenjot produktivitas ternak. Maka terobosan mendirikan Prodi Peternakan adalah bentuk nyata keterlibatan dan panggilan Unika Santo Paulus Ruteng untuk mendukung kedaulatan dan kemandirian ternak di NTT. Bisa membantu memasok kebutuhan daging untuk pariwisata di Labuan Bajo,” lanjut Ansy.
Akhirnya, Ansy mengucapkan selamat dan proficat kepada Unika Santo Paulus Ruteng yang telah bekerja keras membuka dan mengurus izin operasional Prodi Peternakan tersebut. Ansy berharap, Prodi Peternakan Unika Ruteng juga dapat berkontribusi menghasilkan ilmuwan dan peneliti peternakan unggul yang mampu menghasilkan riset, temuan, dan inovasi ilmiah dari laboratorium peternakan. Indonesia masih mengalami kekurangan peneliti-santis dalam bidang peternakan.
“Selamat dan proficiat kepada Rektor, dosen, staf administrasi atas kesuksesan memperjuangkan pembukaan Prodi Peternakan ini. Semoga menghasilkan peternak dan ilmuwan peternakan yang unggul. Kepada adik-adikku di SMA, ayo bergabung di Prodi Peternakan Unika Ruteng, karena sektor peternakan memiliki masa depan yang sangat cerah,” pungkasnya.**(*/WN-01)**