Yer.23: 1-6; Ef.13-18; Mrk.6:30-34
Oleh : Germanus S. Atawuwur
Alumnus STFK Ledalero
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudariku, minggu lalu kita mendengar Yesus mengutus para murid-Nya pergi berdua-dua untuk mewartakan Kerajaan Allah. Mereka diutus Yesus dengan terlebih dahulu memberikan kuasa dan pesan. Yesus memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat. Mereka tidak boleh memakai dua baju. Selain itu, mereka berdiam di rumah orang-orang yang menerima mereka untuk tugas pelayanan ini. Yesus memberi mandat agar para rasul menjalankan dengan baik dan benar. Mereka tidak boleh melenceng dari mandat itu. Selanjutnya pesan untuk tidak membawa bekal apapun mengandung makna tentang penyelenggaraan hidup mereka yang sudah diatur oleh Allah. Mereka tidak perlu cemas dengan makanan atau pakaian. Karena penyelenggaraan hidup dan karya mereka sudah dirancang Allah. Makanan dan pakaian sudah disiapkan oleh tuan rumah sebagai wujud hospitalitas Tuhan sendiri.
Hari ini injil mewartakan bahwa mereka semua kembali untuk menyampaikan kepada Yesus tentang segala sesuatu yang sudah mereka lakukan dan ajarkan. Penginjil Markus tidak menulis secara detail laporan para rasul itu. Dia tidak merincikan berapa banyak orang yang disembuhkan. Dia juga tidak memberitakan berapa banyak orang menolak mereka untuk tinggal di rumah mereka. Markus hanya menyampaikan kepada kita bahwa rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.
Penulis kisah ini juga tidak mencatat apa komentar atau tanggapan Yesus terhadap penyampaian para rasul. Yesus malah mengajak murid-murid-Nya pergi ke tempat yang lain. “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.
Namun sial bagi mereka. Bukannya istirahat, justru tempat di mana mereka hendak tuju, banyak orang malah sudah berkumpul di sana karena mereka sudah tahu tempat itu. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.
Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala.
Tergeraknya hati Yesus oleh belas kasihan kepada orang banyak seperti domba yang tidak bergembala sejatinya adalah pemenuhan nubuat Nabi Yeremia yang kita dengar/baca dalam bacaan I. “Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku menceraiberaikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak. Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekorpun. Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri (Yer.23:3-5).
Tergerak hati Yesus oleh belaskasihan yang pada akhirnya memberi orang banyak itu makan, adalah model penggembalaan yang dihendaki Allah, yakni gembala yang terlebih dahulu mengutamakan kepentingan domba-dombanya.
Mengedepankan model kegembalaan Yesus seperti ini sejatinya adalah koreksi atau lebih tepat reformasi terhadap kegembalaan tempo dulu yang dikritik secara keras oleh nabi Yeremia.
Nabi Yeremia menemui praktek raja dan imam yang dalam kegembalaan mereka, malah mementingkan kepentingan diri mereka sendiri. Karena itu kepada “para gembala” itu dia dengan keras mengutuk mereka:” “Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak! Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat.”
Nubuat Nabi Yeremia yang disampaikan adalah murka Tuhan kepada para pemimpin sebagai gembala di Israel tidak lagi menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya sebagai gembala yang baik, justru sebaliknya justru menyesatkan orang Israel. Mereka harus bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa pembiaran terhadap kambing dan domba yang hilang dan terserak (ayat 1-2)! Bahkan mereka tidak hanya membiarkan kambing dombanya tersesat, tetapi menggiring mereka untuk menjalani hidup yang sesat dan tercela di hadapan Allah.
Karena model pelayanan kegembalaan tidak sesuai dengan kehendak Allah itulah maka Allah tidak dapat lagi mempercayai para pemimpin yang tidak bertanggung jawab (ayat 3-4). Allah lalu mengambil alih peran para “gembala” itu. Ia sendiri yang akan turun tangan untuk mengumpulkan “kambing domba” yakni umat-Nya yang sudah tercerai-berai dan memimpin mereka kembali ke padang. Kemudian Allah juga akan mengangkat pemimpin (-pemimpin) yang baru demi pembaharuan hidup kambing domba-Nya. Karena itu melalui Nabi Yeremia Tuhan bersabda:” Aku akan menumbuhkan Tunas Adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.”
Tunas Adil itu merujuk pada sosok Yesus Mesias, sebagai Gembala Utama. Yesus kemudian menjadi Gembala yang Baik, sepenuhnya akan melakukan apa yang benar dan adil, yang salah satunya telah diwartakan dalam injil hari ini. Dia tergerak oleh karena belas kasihan-Nya kepada orang banyak yang berasal dari seluruh kota, untuk memberi mereka makan.
Belaskasihan adalah karakter seorang gembala. Belaskasih tidak sekedar melahirkan rasa simpati, tetapi lebih dari pada itu, yakni melahirkan empaty. Empaty yang tinggi melahirkan sikap berbelarasa, tepo seliro dan solider: menderita bersama domba yang menderita dan menangis bersama domba yang menangis. Sang gembala ikut berdukacita, takkala dombanya sedang berkubang dalam duka mendalam. Dan ini sungguh-sungguh ditunjukkan oleh Yesus di “padang” di depan banyak orang, di kala Dia menjamu mereka sebagai Gembala yang Baik. Jadi, di “Padang ini juga” terpenuhilah nubuat nabi Yesaya:” Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka” (ayat Yer 23:3) serta mengangkat gembala-gembala yang menggembalakan mereka dengan sepantasnya (ayat Yer 23:5).
Bapa, ibu saudara, saudariku, lalu bagaimana dengan kita sekarang, di tengah prahara yang masih mendera ini? Kita pun harus lebih berani untuk mencari sesama yang “hilang dan terserak”. Minimal lebih berani mencegah terjadinya keterhilangan dan keterserakan secara jasmani maupun rohani. Kita “merangkul hati” saudara, tetangga dan teman dengan tingkah laku penuh cinta seperti Nabi Yeremia. Bahkan berjuang merengkuh dalam keheningan lebih banyak orang di tengah pandemi ini, “orang-orang kecil” di kehidupan sehari-hari yang sedang sedih, galau, menangis, lapar-haus dan bahkan berdukacita. Kita contohkan model kegembalaan Yesus Sang Gembala Agung, yang tergerak hatinya oleh belaskasihannya untuk menolong sesama yang menderita. ***