Oleh : Yohanes Paulus Linong, S.Pd
Guru SMKN 1 Ile Ape. Lembata
WARTA-NUSANTARA.COM-Mengawali tulisan sederhana ini, saya beri judul dengan sebuah kalimat interogatif. Kalimattanya yang begitu polos ini, datang dari beberapa peserta didik baru kelas X SMKN 1 Ile Ape, saat mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada hari Rabu,(21/7/2021) secara daring. Pertanyaan ini, sejatinya memiliki sebuah nilai rasa yang begitu tinggiakan kerinduan
peserta didik, untuk bersekolah seperti biasanya. Sekolah layaknya tahun-tahunkemarin, sebelum momok pandemi yang meneror seluruh jagat raya ini. Ketika membaca judul tulisan ini, sejenak kita berdiam diri dan merefleksikan hidup dan kehidupan ini. Menjadikan bahan permenungan dalam menapaki realitas kehidupan, terkhusus dalam dunia pendidikan kita saat ini. Harapan hanya satu dari semua refleksi ini, semoga semuanya kembali normal seperti sediakala.
Kebijakan pemerintah dalam menangani penyebaran virus Covid-19 adalah dengan langkah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau yang disingkat dengan PPKM. PPKM ini menggantikan istilah sebelumnya yakni Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Mengingat virus ini sangat berbahaya dan terus melonjak kegirangan setiap harinya di seantoro
Negeri ini. Tentunya, segala aturan yang ditempuh pemerintah mempunyai sebuah nilai luhur yang tinggi yaitu demi memutus mata rantai penyebaran virus covid-19. Namun disisi lain, hal ini tentunya membuat masyarakat dilematis. Semisal, bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk mendagangkan barang-barang komoditas ke pasar, agar dapat memenuhi kebutuhan harian bapak
ibu yang kategori petani. Buah-buahan, sayur-mayur, dan sejenisnya bisa membusuk karena tidak dapat diakses keluar. Ini hanyalah, salah satu contoh dari sekian contoh-contoh yang tidak disebutkan. Memang kita tidak bisa mengelak dari pandemi ini.
Salah satu cara memutus mata rantai penularan virus Covid-19 ini yakni; tetap mematuhi anjuran pemerintah, dengan menerapkan prokes yang ketat.
Pandemik membuat dunia pendidikan juga turut merasakan dampak ini. Harapan untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) alias tata muka di kelas antara guru dan peserta didik masih saja lalu lalang dalam pikiran. Kerinduan yang menggebu-gebu itu terpaksa harus dibungkus rapi dalam benak, sembari menyemogakan kepada yang Kuasa agar pandemi ini segera berlalu.
Ditengah arus pandemi yang semakin mengganas, lembaga-lembaga pendidikan, termasuk Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Ile Ape (SMKN 1 Ile Ape) turut merasakan dampak ini. Aktivitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah seolah disekat. Ruang gerak peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan dipres. Dalam situasi seperti ini, tidak sedikitpun menyurutkan
semangat untuk terus berkarya, dan senantiasa belajar semua elemen di dunia pendidikan pada lembaga SMKN 1 Ile Ape ini. Segala cara juga upaya terus dibangun oleh pendidik dan tenaga kependidikan untuk memuliakan tugas yang luhur ini. Meskipun nantinya, siswa siswi “dipaksa” untuk belajar dari rumah, guna menghindari yang namanya klaster Covid-19 di lingkungan sekolah,
maka hal itu akan tetap dilakukan.
Saban ketika mentari mengintip indah di kaki langit ujung Timur Gunung Ile Lewotolok. Semangat di pagi hari saat mentari mendandani pagi. Tampak wajah-wajah penuh sumringah bapak ibu guru, staf pegawai, dan tata usaha yang berduyun-duyun mendatangi lembaga SMKN 1 Ile Ape. Tak lupa, protokol kesehatan selalu dinomorsatukan. Mulai dari bermasker, mencuci tangan pada
tempat yang sudah disiapkan di depan gerbang pintu masuk sekolah, sampai pada menjaga jarak.
Semua tetap diperhatikan serius, tak pernah sedikitpun diabaikan. Kehadiran tenaga pendidik dan kependidikan ini, tentunya mempunyai sebuah tugas pokok untuk segala urusan dan kepentingan di sekolah. Segala upaya menyiapkan bahan ajar sampai pada pembagian tugas yang nantinya akan dilaksankan proses belajar mengajar kelak. Apakah secara daring ataupun luring harus dimantapakan sedini mungkin. Inilah tugas luhur yang diemban dan melekat dalam jiwa orang pahlwan tanpa tanda jasa ini. Terus berjuang untuk mecapai nilai mulia: memanusiakan manusia.
Kendati peserta didik belum bisa diperbolehkan untuk datang ke sekolah, namun segala informasi yang berkaitan dengan persekolahan tetap terupdate untuk peserta didik, sembari menunggu kabar baik, kapan sekolah dibuka seperti sediakala. Namun ditengah keterbatasan itu, aktivitas semua pendidik dan tenaga kependidikan tetap berjalan seperti biasanya. Datang pagi ke sekolah, dan pulang pada siang hari. Semua dilakukan dengan senang hati dan terus mematuhi protokol kesehatan. Rindu dan harap untuk belajar tatap muka dibiarkan saja berkecamuk dalam batin. Semoga pandemik ini segera berakhir.***