Kel. 16:2-4.12-15; Ef. 4:17.20-24; Yoh.6:24-35
Oleh : Germanus S. Atawuwur
Alumnus STFK Ledalero
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara , saudari, Bacaan I memperlihatkan keluh-kesah umat Israel kepada Musa dan Harun.” Di Mesir kami duduk menghadap kuali berisi daging dan roti. Kami makan hingga kenyang. Lebih baik kami mati di tanah Mesir oleh tangan Tuhan dari pada mati kelaparan di padang gurun. Di gurun ini engkau membunuh seluruh jemaah dengan kelaparan.” Pengeluhan mereka didengar Tuhan. Karena itu Tuhan memanggil Musa dan berkata kepadanya:”Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel; katakanlah kepada mereka: Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, Allahmu. “
Maka pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menutupi perkemahan itu; dan pada waktu pagi terletaklah embun sekeliling perkemahan itu. Ketika embun itu telah menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi.
Ketika orang Israel melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain: “Apakah ini?” Sebab mereka tidak tahu apa itu. Tetapi Musa berkata kepada mereka: “Inilah roti yang diberikan TUHAN kepadamu menjadi makananmu. Tuhan menunjukkan otoritas-Nya. Tuhan buktikan janji penyertaan-Nya dengan menyiapkan makanan bagi umat pilihan-Nya. Makanan yang disediakan Tuhan itu bertahan hingga mereka masuk tanah yang dijanjikan Tuhan (Yos 5:12).”
Manna adalah “Roti dari langit” (ayat Kel 16:15). Manna menjadi makanan khusus yang secara ajaib dikirim dari Allah untuk memberi makan umat itu setelah ke luar dari Mesir. Manna Itu berwarna putih seperti embun beku, berbentuk serpihan tipis, dan rasanya seperti kue madu (ayat Kel 16:14,31; Bil 11:9).
Manna itu menunjuk kepada percakapan Yesus dengan orang banyak seperti yang kita dengar dalam injil hari ini. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. (Yang dimaksudkan dengan roti itu, adalah mukjizat penggandaan lima ketul roti dan dua ekor ikan sebagaimana kisah injil minggu lalu). Kemudian kepada orang banyak itu Yesus mengingatkan mereka:” Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya. “
Mereka bertanya kepada Yesus: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”
Dengan nasehat ini Yesus perlahan-lahan menghantar iman mereka, untuk percaya kepada Dia sebagai satu-satunya Roti yang Turun dari Surga. Orang banyak itu ternyata masih belum juga percaya kepada Yesus dan segala mukjizat yang dibuat Yesus di depan mata mereka sehingga mereka malah masih bertanya kepada Yesus: ” Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?”
Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.” Lalu kata mereka kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”
Pernyataan “Aku adalah roti hidup atau Akulah Roti Hidup” adalah yang pertama dari tujuh pernyataan “Aku adalah” yang dicatat dalam Injil Yohanes. Keenam pernyataan lain yang diungkapkan Yesus dengan kata Akulah atau Aku adalah: “terang dunia” (Yoh 8:12), “pintu” (Yoh 10:9), “gembala baik” (Yoh 10:11,14), “kebangkitan dan hidup” (Yoh 11:25), “jalan, kebenaran, hidup” (Yoh 14:6) dan “pokok anggur yang benar” (Yoh 15:1,5).
Setiap pernyataan itu menampilkan suatu aspek penting dari pelayanan Kristus. Maka pernyataan Yesus, Akulah Roti Hidup memberitahukan kita bahwa Kristus adalah makanan yang memelihara kehidupan rohani.
Saudara-saudaraku,
dengan merujuk pada pengalaman bangsa Israel di Padang Gurun dalam bacaan I tadi, maka pesan buat kita yang masih berada di muka bumi ini adalah bahwa hidup manusia adalah sebuah ziarah. Di dalam ziarah hidup itu tentu banyak peristiwa yang dialami: Suka – duka, sukses-gagal, untung dan malang, susah dan senang, sehat dan sakit, lahir dan meninggal adalah peristiwa-peristiwa yang erat kaitannya dengan ziarah hidup manusia. Siapapun dia, tak mungkin mengelaknya. Karena tidak bisa mengelak, maka satu-satunya pilihan adalah harus menghadapi. Bila yang kita hadapi adalah penderitaan, maka kita tidak bisa menghadapinya dengan mengeluh saja. Maka pesan berikut yang hendak ditonjolkan dalam kisah itu adalah bahwa hidup itu suatu perjuangan. Vita est militia. Berjuang untuk keluar dari penderitaan, berjuang untuk terus lebih baik dari hari-hari kemarin. Berjuang untuk keluar dari penderitaan yang sedang membelenggu. Seperti situasi yang sedang kita alami secara massal – universal. Kita sedang terbelenggu oleh terpaan gelombang covid tahap kedua yang kian mengganas. Kita sedang terbelenggu dalam kecemasan bahkan ketakutan. Kita diterpa begitu lama dan dahsyat hingga kita sudah sampai di tingkat jenuh.
Pada situasi ini, Yesus ingatkan kita kembali “Bekerjalah.” Termonologi bekerjalah dalam konteks ini dapat ditafsir sebagai berusaha. Perahu kehidupan kolektif kita sedang dihadang pandemi corona virus. Karena itu berusahalah, bekerjalah untuk mnghadapinya. Tidak boleh menyerah. Jangan patah arang. Lagi pula jangan mengeluh saja, tapi berusahalah. Jangan diam. Tetapi harus bangkit dan berjuanglah: Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu, mintalah maka kamu akan mendapatkannya dan carilah hingga kamu mendapatkannya. Maka tidak boleh putus asa, tetapi berjuang dan teruslah berjuang dalam kepercayaan akan Kristus yang selalu menyertai kita.
Maka dari itu, nasehat Paulus hari ini turut menguatkan kita dalam menghadapi badai corona virus ini secara bersama-sama. Dia menasehati:” Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Karena kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus. Kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru. Karena kita adalah manusia baru yang percaya pada Tuhan maka kita percaya pula bahwa akan tiba waktunya, pandemi yang sedang melanda hidup kita segera berakhir. ***