LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM- Pelaksana Tugas (PLT) Bupati Lembata, Thomas Ola untuk pertama kali mengundang audensi dan mendengar aspirasi sejumlah elemen masyarakat tentang terobosan pembangunan dan langkah strategis penataan kembali birokrasi pemerintahan lingkup Pemkab Lembata sesuai sisten dan regulasi yang berlaku secara lebih baik dan profesional yang berlangsung Rabu, 4/8/2021, di Rumah Jabatan Bupati, Kota Baru, Lewoleba, Kabupaten Lembata.
Pertemuan bernuansa semangat “Taan Tou” dengan berbagai elemen masyarakat, PLT Bupati Thomas Ola didampingi Sekda Lembata, Paskalis Ola Tapobali, Asisisten l, Aloysius Buto, Asisten ll, Kedang Paulus dan Asisten lll, Wens Pukan mendengarkan berbagai saran, pandangan dan kritikan agar menjadi masukan bagi PLT Bupati Lembata untuk ditindak lanjuti pada masa kepempinannya yang tersisa hanya sekitar 9 bulan lebih menjawab aspirasi rakyat Lembata.
Sejumlah aspirasi yang diangkat oleh elemen masyarakat antara lain, penataan birokrasi dan mutasi jabatan sesuai sistem dan regulasi, masalah penelantaran Rujab Bupati Lembata yang bernilai sejarah masalah antrian BBM, pelayanan RSUD Lewoleba dan usulan pergantian Direktur RSUD, Jabatan Kadis Kesehatan harus seorang dokter kompeten, bukan dokter hewan, pergantian/nonjobkan pejabat yang kini tersangkut masalah hukum, pemanfaatan Jobber , penelurusan aset daerah di Kuma Resort seperti Pos Jaga, Grasi Mobil, Jalan Usaha Tani (JUT), dan Jeti karena dibangun diatas tanah milik pribadi Eliaser Yentji Sunur (alm), mantan Bupati Lembata dengan dana APBD Lembata dilarang oleh regulasi, masalah Pelabuhan Lewoleba, masalah ribuan KSO yang dirumahkan, pembangunan jalan dalam Kota Lewoleba dan sejumlah masalah lainnya.
“Saya patut berterima kasih kepada semua elemen masyarakat yang telah menyampaikan aspirasi, curahan hati, ungkapan emosi dan bahkan dengan marah-marah itu amat penting bagi kami untuk eksekusi ide-ide kalian. Dari awal, saya sengaja tidak mau sampaikan prioritas kebijakan, program dan langkah strategis untuk segera dilakukan ke depan. Tidak mungkin saya eksekusi ide-ide saya sendiri. Justeru ide kalian sangat membantu kami eksekusi dan tindaklanjuti sesuai sistem dan regulasi yang berlaku,” ungkap Thomas.
Menurut Thomas, dalam rapat tadi kepada para pejabat, kalian boleh saja tidak hormati saya, tapi jangan kianati gelar keilmuan saya. Karena didalam gelar keilmuan saya diajarkan bekerja tulus dan jujur sampai masa jabatan berakhir. Penataan birokrasi mesti dilakukan. Birokrasi itu mesin yang menggerakan roda pemerintahan, dan pembangunan.
Selain terobosan pembangunan ruas jalan dalam Kota Lewoleba, lanjut Thomas, kita akan fokus bangun jalan (pengaspalan) menuju Kantor-kantor kecamatan yang dinilai masih memprihatinkan. “Jadi kalau ada kecamatan lain yang belum tersenuh bersabar untuk diakomodir tahun berikutnya. Karena tidak bisa semua kecamatan dibangun serentak, “tegas Thomas.
Terkait pelaksanaan lelang proyek selama ini ditengarai berbau KKN, yang ditangani oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) atau selaku PPK diingatkan untuk bekerja sesuai sistem dan regulasi yang berlaku, Jika ada ASN yang minta Fee Proyek, saya minta kontraktor harus berani melaporkan kepada saya (PLT Bupati Thomas Ola-Red). Saya tidak main-main jika ada ASN yang minta uang.
Menurut Thomas, sebagai ASN sudah dibayar habis oleh Pemerintah-Negara karena sudah terima gaji, pakain dinas, topi , sepatu dan atribut ASN lainnya. Jadi tidak boleh lagi minta uang di Kontraktor, pasti ditindak tegas.
Ia juga meminta semua pihak bertangjawab terhadap perlindungan anak dan perempuan sebagaimana dilaporkan LSM Permata, dimana kasus kekerasan semakin meningkat. Menindaklanjuti kondisi ini, lanjut Thomas, saya sering lakukan operasi senyap ke sekolah-sekolah. Tidak lain melakukan edukasi agar generasi muda kita dilindungi, Jangan terlibat dalam kasus Narkoba, dan terjangkit Hiv-Aids. Dapat dibayangkan jika generasi kita seperti ini.
Tentang pemanfaatan Rumah Jabatan yang bernilai sejarah, PLT Bupati Thomas Ola menaggapi aspirasi yang dikeluhkan salah satu Pejuang Otonomi Lembata, Vian Burin yang mengungkapkan Perjuangan Lembata jadi Kabupaten justeru dimulai dari Rumah Besar/Rumah Jabatan ini. Curahan hati Vian Burin sembari meneteskan air mata seakan menghipnotis seluruh peserta termasuk Bupati Thomas meneteskan air mata karena selama beberapa tahun Rujab itu tak terawat.
“Saya punya impian Rujab ini mesti ditata kembali dan dimanfaatkan karena punya nilai sejarah penting. Kita jadikan pelataran depan jadi tempat pentas seni, Nonton bareng dan kegiatan seni lainnya membuat kota ini hidup,” ujar Thomas yang dalam minggu ini bakal dilantik oleh Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat menjadi Bupati Lembata definitif.
Audensi berbagai elemen dan tokoh masyarakat dengan PLT Bupati Lembata tersebut dihadiri antara lain, mantan Anggota DPRD Lembata, Bediona Philipus, Servas Ladoangin, Fransiskus Limawai Koban dan Stanis Balawala. Tokoh Pejuang Otonomi Lembata, Vian Burin, Pauk Ua Udak, Muhammad Siong, dan Lorens Amutoda Hadir pula sejumlah pensiunan PNS, mantan Sekda Lembata, Petrus Toda Atawolo, Aloysius Tapun, dan Karolus Kia Burin. Sedangkan dari Tokoh Pemuda, Vigis, Agus Nuban, Hengky, Ocep Ladjar dan Acan Raring, serta Ketua LSM permata, Maria. **(WN-01)**