Oleh : Romo Antonius Prakum Keraf
WARTA-NUSANTARA.COM-Oase Kehidupan, Minggu Biasa XIX-Thn.B/1: 8 Agustus 2021|1Raj 19:4-8|Mzm 34: 2-3.4-5.6-7.8-9|Ef 4:30-32, 5:1-2|Yoh 6:41-51|Menjadi roti hidup bagi sesama|BANYAK orang putusasa saat memasuki pengalaman padang gurun! Mereka kemudian tidak melakukan aktivitas sehari-hari, mengurung diri bahkan bunuh diri! Nabi Elia pun ingin mati saja ketika ia memasuki pengalaman padang gurun.
Ia merasa diri tidak lebih baik daripada nenek moyangnya! Dalam keadaan tidak berdaya – berbaring dan tidur – ia mendengar dua kali suara peneguhan seorang malaikat! ‘Bangunlah, makanlah’. Oleh kekuatan makanan itu Elia sanggup melanjutkan perjalanannya! Bukan tidak mungkin suara peneguhan itu datang juga dalam pengalaman padang gurun hidup kita sendiri! Sakramen gereja seperti tobat dan ekaristi memberi kita kekuatan selain suara peneguhan dari sahabat kenalan! (1Raj 19:4-8).
Apakah kita membuka diri mendengar suara peneguhan di tengah pengalaman padang gurun hidup kita? Orang benar –rendah hati dan beriman – mengalami betapa Tuhan menjawab seruan mereka dari jurang yang dalam. Allah melepaskan mereka dari segala kegentaran! (Mzm 34: 2-3.4-5.6-7.8-9) Apakah anda melupakan Tuhan di tengah padang gurun hidupmu? Rasul Paulus menegaskan pentingnya ‘hidup dalam kasih’, obat penguat di tengah pengalaman padang gurun! Sedapat mungkin kita menjauhkan segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah! (Ef 4:30-32, 5:1-2)
Apakah orang sekitar kita mengalami kasih sayang ketika pengalaman padang gurun itu datang dalam hidupnya? Yesus mewujudkan kasih dengan memberikan diri-Nya sebagai roti hidup! Oleh saling mengasihi, kita menjadi roti hidup bagi sesama teristimewa saat mereka berada dalam pengalaman padang gurun! (Yoh 6:41-51) Dalam pengalaman padang gurun macam apakah kita menjadi roti hidup bagi sesama? Sejauhmana saya menjadi roti hidup bagi sesama dalam tugas pelayanan? (RD Antonius Prakum Keraf)*