MERAUKE, WARTA NUSANTARA- Gelisah! Mungkin ini yang sedang dialami dan dirasakan Drs. Romanus Mbaraka, MT dalam hatinya. Betapa tidak, di tengah pandemic covid-19 seperti begini, tak bisa saling berjabatan tangan, berangkulan maupun duduk bersama diatas tikar maupun daun kelapa untuk saling berbagi.
Padahal, sudah menjadi kebiasaan anak kampung dari Kalilam-Kimaam itu, dimana ketika melakukan kujungan ke kampung-kampung, pasti ribuan masyarakat telah membludak dan menjemputnya.
Suasana berbeda terjadi pada Sabtu (14/8/2021) ketika melakukan kunjungan ke tiga distrik yakni Kimaam, Ilwayab serta Okaba. Hanya sejumlah pejabat distrik, termasuk kapolsek dan danramil saja diundang melakukan pertemuan.
Sementara masyarakat sendiri, tak diizinkan datang mengingat situasi tak memungkinkan di tengah pandemi covid-19. Apalagi ratusan orang telah terpapar maupun meninggal akibat ganasnya virus dimaksud.
“Mau tidak mau kita tak bersentuhan dulu. Saya juga menjaga jangan sampai virus dibawa dari kota. Olehnya masyarakat harus bisa mengerti dan memahami dengan baik,” pinta Bupati Mbaraka.
Rakyat, lanjut bupati, pasti mempunyai harapan serta keinginan untuk duduk sekaligus berceritera bersama. Apalagi ia bersama wakilnya, H. Riduwan baru dilantik beberapa bulan lalu.
“Saya pun kangen dengan kamu semua. Tapi karena situasi tidak memungkinkan. Sehingga kita tak bisa berjabatan tangan atau duduk bersama,” ujarnya.
Dikatakan, dengan meningkatanya pasien covid-19 baik terpapar maupun meninggal yang semakin tinggi setiap hari, maka protokol kesehatan harus tetap dijaga.
“Kita tidak boleh menganggap enteng. Sebagai orang Papua, saya minta masyarakat harus percaya bahwa ada covid-19. Apalagi dengan varian delta yang penularannya sangat cepat,” katanya. (WN-kobun)