Para milisi Taliban menguasai istana kepresidenan Afghanistan setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu, di Kabul, Afghanistan, Minggu (15/8/2021).
WARTA-NUSANTARA.COM– Media sosial diramaikan dengan jatuhnya negara Afghanistan ke tangan kekuasaan kelompok Taliban. Kata “Taliban” dan “Afghanistan” menduduki jajaran puncak trending topik di Twitter Indonesia, Senin (16/8/2021) dengan jutaan twit. Hal itu setelah kelompok Taliban berhasil menguasai Ibu Kota Afghanistan Kabul dan penyerahan kekuasaan oleh Presiden Afghanistan Ashraf Ghani. Dengan penyerahan kekuasaan itu, praktis Taliban kini kembali menjadi penguasa Afghanistan setelah 20 tahun invasi AS.
Lantas, siapa sebenarnya kelompok Taliban? Kemunculan awal Dalam bahasa Pashto, “Taliban” memiliki arti “pelajar”. Hal ini merujuk pada anggota kelompok yang pernah belajar di bawah Mullah Omar. Mullah Omar sendiri merupakan pendiri Taliban dan menjadi komandan pasukan mujahidin untuk mendorong Uni Soviet keluar dari Afghanistan pada 1989. Sementara kelahiran Taliban pada 1994 tak lepas dari ketidakstabilan politik dalam negeri setelah penarikan Uni Soviet. Mullah Omar membentuk Taliban dengan 50 pengikutnya untuk menentang ketidakstabilan, korupsi, dan kejahatan di Afghanistan. Janji mereka adalah memulihkan perdamaian dan keamanan, serta menegakkan syariah atau hukum Islam versi mereka setelah berkuasa, seperti dikutip dari BBC.
Tak butuh waktu lama, Taliban dengan cepat memperluas pengaruh mereka dan merebut Kabul pada 1996, ketika rakyat kecewa dengan ketidakstabilan negara. Mereka juga sukses menggulingkan Presiden Afghanistan saat itu Burhanuddin Rabbani yang dikenal sebagai salah satu bapak pendiri mujahidin Afghanistan dan penentang pendudukan Soviet. Dua tahun kemudian, Taliban berhasil menguasai 90 persen wilayah Afghanistan. Penduduk Afghanistan yang lelah dengan adanya perang saudara setelah penarikan Soviet, umumnya menyambut Taliban saat muncul sebagai penguasa.
Popularitas awal Taliban disebabkan oleh keberhasilan mereka dalam memberantas korupsi, membatasi pelanggaran hukum, dan membuat jalanan di bawah kendali mereka. Di satu sisi, Taliban melarang televisi, musik dan bioskop, melarang anak perempuan berusia 10 tahun ke atas pergi ke sekolah, dan memaksa perempuan untuk mengenakan burqa. Melindungi Osama bin Laden Setelah serangan gedung WTC 11 September 2001 di New York, AS, Taliban memberi perlindungan bagi pemimpin Al Qaedah Osama bin Laden yang disebut sebagai pelaku utama teror. Ketika Taliban menolak tuntutan AS agar menyerahkan bin Laden, pasukan AS menyerbu Afghanistan dan dengan cepat menggulingkan pemerintahan Mullah Omar.
Mullah Omar dan para pemimpin Taliban lainnya kemudian berlindung di Pakistan ketika sedang melakukan kampanye pemberontak untuk mendapatkan kembali kekuasaan di Afghanistan. Kendati demikian, Taliban secara perlahan mendapatkan kembali pengaruhnya di sebagian wilayah Afghanistan.
Mullah Omar diyakini tewas pada 2013, meski Taliban tidak mengumumkan kematiannya hingga 2015. Saat itu, Taliban mengakui bahwa mereka telah menutupi kematian Mullah Omar yang diklaim karena masalah kesehatan di Pakistan. Pada 2016, serangan pesawat tak berawak AS di Pakistan menewaskan penerus Mullah Omar, Mullah Akhtar Mohmmad Mansour, dikutip dari The Wall Street Journal. Selanjutnya, Taliban dipimpin oleh Mawlawi Haibatullah Akhundzada, seorang Pashtun dari Kandahar yang pernah memimpin pengadilan Islam kelompok tersebut. Taliban memiliki dewan pemimpin atau dikenal sebagai Quetta Syura yang berbasis di Pakistan, untuk memandu keputusan kelompok itu.
Taliban sangat bergantung pada perdagangan narkoba ilegal Afghanistan untuk pendanaan. Kelompok tersebut mengenakan pajak pada petani opium dan produsen heroin yang bekerja di wilayah kekuasaannya. Taliban juga mengenakan pajak pada bisnis, keuntungan dari perdagangan bahan bakar di daerah perbatasan di bawah pengaruh mereka, dan mengoperasikan tambang ilegal di negara itu. Kelompok ini disebut menerima dana dari para pendukungnya di Pakistan dan Teluk. Peneliti North Atlantic Treaty Organization memperkirakan, Taliban bisa mengumpulkan sebanyak 1,6 miliar dollar AS per tahun.***(Kompas.com- Ahmad Naufal Dzulfaroh/WN-01)