LEMBATA : WARTA-NUSANTARA. COM-Pelaksana Tugas (PLT) Bupati Lembata, Thomas Ola menyatakan dirinya hanyalah “insan fana”. Kurun waktu sembilan bulan sepuluh hari sangat singkat. Namun roda pemerintahan mesti digerakan. ,Meski ada pihak tertentu menghalangi pelantikan dirinya mejadi Bupati Lembata definitif, ia tetap berkerja tulus untuk rakyat Lembata. Bahkan, Ia bersandar pada Kebesaran dan Kuasa Ilahi atau dalam bahasa iman, sang doktor ekonomi ini berucap “Ada Tangan Terulur dan Lengan Perkasa yang tak kelihatan siap membantu saya,”.
Hal ini disampaikan PLT Bupati Lembata, Thomas Ola ketika beraudensi dengan sejumlah tokoh masyarakat di Rumah Jabatan Bupati Lembata, Kompleks Kantor Bupati Lama, Kota Baru, Lewoleba, Selasa (18/08/21) menyusul terendusnya sejumlah “indikasi” yang menyiratkan adanya upaya pihak tertentu untuk menghalangi pelantikan dirinya menjadi Bupati Lembata definitif menggantikan almarhum Eliaser Yentji Sunur .
Hadir pada kesempatan itu sejumlah pensiunan pegawai negeri sipil seperti Payong Pukan Martinus, A. Buku Ujan, Sole Lepuan, Gaspar Wahon, Karel Lari, Gregorius Sengaji Tukan dan sejumlah lainnya. Hadir juga mantan anggota DPRD Lembata Fraksi Partai Golkar periode pertama Petrus Kumbala. Pada pertemuan yang penuh persuasif Plt. Bupati Lembata Thomas Ola didampingi Asisten I Setda Lembata Aloisius Buto dan Asisten III Wenseslaus Ose Pukan.
Terhadap upaya pihak yang mau menghalangi pelantikan dirinya, pihaknya mengaku tak memperdulikannya, bahkan dirinya pada kesempatan itu meminta dukungan dari para tokoh masyarakat untuk menjalankan tugas selama sembilan bulan sepuluh hari agar bisa meletakan dasar pembangunan pada nilai adat, nilai budaya, nilai agama, dan kearifan lokal berdasarkan berkeyakinannya, bahwa ada tangan terulur dan lengan perkasa yang tidak kentara kelihatan yang selalu siap membantu.
“Mau Lantik atau tidak saya tidak peduli. Ada yang mau halangi pelantikan tidak soal. Prinsip saya saat ini saya jalankan tugas-tugas Bupati,” tegas Thomas Ola.
Thomas Ola berkeinginan untuk menata kembali birokrasi sebagai mesin pembangunan dan mesin pelayanan publik.
Untuk saat ini menurut Thomas Ola setidaknya terdapat 500-an jabatan struktural dengan 100 lebih jabatan yang lowong. “Bagaimana roda pemerintahan ini bisa digerakkan kalau lowong,” Thomas Ola mengatakan jika pada suatu waktu setelah tim melakukan evaluasi kinerja dan menata kembali, kemudian pemerintah pusat memberikan izin untuk bisa melakukan mutasi dan lelang jabatan dimohon supaya tidak ada yang dipersalahkan.
“Jangan saya disalahkan. Salahkan regulasi, salahkan aturan, salahkan UU, salahkan Pempus, Menteri, dan Perda. Jangan salahkan saya karena saya ingin tegakan aturan,” tegasnya. Karena jika nanti aturan ditegakan maka menurut Thomas Ola harus ada yang non job. Proses ini menurutnya tidak melibatkan unsur agama, asal usul, tetapi melibatkan kompetensi, kualifikasi, pendidikan formal, pangkat, jabatan, dan golongan.
Thomas Ola mengakui dirinya sudah “berkoordinasi” terkait rencana itu kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) dengan tetap menjunjung tinggi penataan birokrasi yang cenderung menempati seorang pejabat karena kompetensi manajerial,** (Bagian ProkopimSetda Lembata-Sultansabatani)**