LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM-“Beretikalah di media karena dimedia juga akan ada rambu. Tulis sesuatu saring – saring dahulu. Sebar-sebar kemudian supaya tidak disebut hoaks, apalagi ditengah situasi dan dinamika pemilihan kepala desa” demikian pesan “cinta” sang “mitologi”, Klemens Kwaman.
‘Dinamika pemilihan kades biasa terjadi. Sebagai kepala desa dan pembina politik di Desa Hadakewa, saya menghimbau masyarakat Hadakewa untuk mempersiapkan pesta demokrasi 2021 lebih baik sehingga pelaksanaan pesta demokrasi itu lebih samart dan elegan. So tentu memilih orang yang diharapkan bisa merubah wajah Desa Hadakewa lebih baik dari sekarang.”
Hal ini dikatakan sang “desiner” dan sang pandu Klemens Kwaman selaku Kepala Desa Hadakewa, sebelum tampuk pimpinannya berakhir di tahun ini, tahun 2021.
Sang Kades Klemens Kwaman melakoni karya politik dalam kisah hidupnya sejak tahun 2016, begitu terpilih sebagai kepala desa di desa Hadakewa. Hadakewa, dulunya hanya familiar dengan “pusat” lahirnya peradaban otonomi Lembata 7 Maret 1954, tetapi sesaat setelah dirinya terpilih, Hadakewa mulai menghempas “jagat” dan terkenal sampai ke balahan dunia lain bahkan sampai ke negeri Mahatma Gandi India, bersama Presiden RI, Joko Widodo, semata karena inovasi “moderen” sang “juru taktik” dengan produksi Ikan teri tanpa pengawet yang berlabel “Teri Hadakewa” beragam ukuran, 100 gram, 250 gram, 500 gram, dan 1 kilogram.
Klemens Kwaman menyadari betul bahwa roda kehidupan dan dinamika pembangunan untuk mendesain wajah Hadakewa, desa yang masuk wilayah yuriidiksi Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi “planing” penting dalam setiap tutur kata, tindakan dan perbuatannya., karena itu seluruh sumberdaya yang dimilikinya dikonsentrasikan demi Hadakewa.
Sebagai kepala desa, dia menyadari betul, bahwa dirinya bukanlah manusia “setengah dewa” atau malaikat agung, yang tidak memiliki kekuarangan, tak bersalah dan juga tanpa kerapuhan. Karena itu ketika merfleksikan perjalanan karinya sebagai kepala desa, kurun waktu enam tahun ini, dengan kerendahan hati dan secara sportif, sang kades menuturkan, banyak hal yang sudah dikerjakan secara bersama membangun Hadakewa tidak saja dilingkup internal pemerintah desa tetapi juga melibatkan warga setempat, namun secara manusiawi banyak juga tugas besar dan misi sosial kemanusiaan menata Lewo Hadakewa yang belum diselesaikan.
Ketika terpilih di tahun 2016 “sang visioner ini” mulai menata birokrasi dilingkungan internal pemerintah desa. Setahun kemudian 2017 dimulai dengan terobosan inovasi “ekspolsif” potensi laut ikan teri yang terpelihara ampai detik ini.
“inilah kekayaan kita. Produk kita yang dibawa keluar untuk mengangkat nama Lembata. Ikan teri Hadakewa sebagai pintu masuk menjual Kabupaten Lembata secara umum. Hadakewa dulu hanya dikenal sebagai kota 7 maret,” tuturnya kepada Sultan Sabatani dari Warta Nusantara, Sabtu, (11/09/21).
Sang kades Klemens Kwaman begitu berbangga menuturkan tentang kampung kecil dipinggir laut itu. Kebanggan itu menyatu dalam denyut nadi karena dari ikan teri dirinya bisa datang ke negri Boliwood India. Dan setelah itu mengalirlah sejumlah niat baik negara seperti bantuan dari Kementrian Desa, Kementrian Komunikasi dan Informatikan, bahkan terakhir Kominfo menghadirkan program internet desa.
Seiring berjalannnya waktu, Hadakewa mulai “bernapak tilas’, perlahan tetapi pasti, dimulai di tahun 2016. Geliat itu nyaris membuatnya “patah arang” tetapi alam semseta membantunya. Tahun 2019 mulai muncul nama Hadakewa setelah “berst market” ke India, setelah kembali desa Hadakewa mendapatkan Bumdes smart diera digitalisasi.
Kades Hadakewa Klemens Kwaman mengajak seluruh elemen masyarakat untuk saatnya nanti bertransaksi melalui “bundes smart”.
“Enam tahun dengan berbagai hambatan ada target yang tidak jalan karna pandemi. Banyak nian progarm yang belum selesai, diharapkan siapa saja yang terpilih bisa menyelsaikan membawa hadakewa lebih baik. Jika saya yang dipercayakan, saya akan selesiakan program periode sebelumnya,” tegas Kades Klemens Kwaman yang juga maju nlagi sebagi calon kepala desa periode 2021. 2027.
Kades Klemens juga mengharapakn, jika ingin memberikan kritik harus juga disertai dengan solusi, apalagi ditengah situasi dan dinamika pemilihan kepala desa. “Jangan sampai kritik tanpa solusi apalagi ditengah situasi dan dinamika pemilihan kades. Sebagai kepala desa dan pembina politik, saya terus menghimbau masyarakat mempersiapkan pesta demokrasi lebih baik sehingga bisa berpolitik lebih baik. Tentu saja memilih orang yang kita harapkan membawa Hadakewa lebih baik dari sekrang terapkan politik yang baik, beretikalah di media karena di media juga akan ada rambu. Tulis sesuatu saring – saring dahulu. Sebar-sebar kemudian supaya tidak disebut hoaks,”tegasnya. (sultan sabatani/WN-01))