Bil.11:25-29; Yak.5:1-6;Mrk.9:38-48
Oleh : Germanus S. Atawuwur
Alumnus STFK Ledalero
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus; dalam kehidupan tanpa kita sadari, sering sekali kita melihat dan menilai orang itu menurut “kacamata” kita. Rekan, sahabat, teman, tetangga atau siapa saja kita ukur sesuai selera kita. Mereka yang tidak kita sukai, kita memberikan nilai minus Apalagi orang itu dianggap sebagai saingan. Orang itu patut diwaspadai, bahkan bila perlu disingkirkan. Sebaliknya, hanya orang-orang yang kita sukai saja, karena mereka bisa menyenangkan kita, kita menerima mereka dalam lingkungan pergaulan kita. Padahal orang dekat yang menyenangkan itu terkadang bisa menjadi musuh dalam selimut, yang menikam dari belakang atau menggunting dalam lipatan.
Hari ini kita mendengar dua bacaan dengan warna dasar yang mirip. Dalam bacaan pertama kita dengar protes Yosua kepada Musa tatkala ia melihat orang yang bukan dianugerahi roh dan dapat bernubuat dianggapnya sebagai saingan. Karena itu dia cepat-cepat sampaikan ke Musa:” Tuanku Musa, cegahlah mereka! Tetapi Musa berkata kepadanya: “Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka! “
Adegan yang sama kita temukan dalam injil hari ini. Kita mendengar kata-kata Yohanes kepada Yesus: “Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita. “
Apakah memang hanya itu satu-satunya alasan Yohanes dan teman-temannya untuk mencegah orang yang mengusir setan itu? Atau adakah alasan lain yang membuat Yohanes dan kawan-kawannya mencegah orang. Boleh jadi ada alasan lain. Katakan saja, mereka irihati, karena mereka yang sedemikian dekat dengan Yesus ternyata tak satu pun belum mampu mengusir setan atau membuat mujizat lainnya atas nama Yesus. Yohanes yang nota bene adalah murid yang paling dikasihi Tuhan, merasa tersaingi dengan “orang luar” yang ternyata mampu mengusir setan atas nama Yesus. Yohanes dan kawan-kawannya tidak terima kenyataan itu. Bahkan mungkin mereka mencurigai kuasa untuk mengusir setan yang dimiliki oleh orang itu. Murid-murid Yesus tidak senang. Mereka tidak suka orang lain lebih “hebat” dari mereka. Karena itu Yohanes berusaha memprovokasi Yesus dengan kata-kata tadi:” Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita. “
Kata-kata itu bernada protes kepada Tuhan Yesus. Bahkan mereka mencurigai kuasa yang ada pada orang itu. Karena itu Yohanes mengharapkan tindakan tegas dari an Yesus untuk melarang, menghukum, bahkan mengutuk perbuatan orang itu. Namun sayang, Yesus langsung cuci otak mereka. Dia berkata:”Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.”
Yohanes sangka membuat mukjizat hanya dilakukan oleh pengikut Kristus. Hanya orang-orang yang masuk dalam “orang dalam-Nya” Yesus yang memiliki otoritas untuk membuat mukjizat. Namun sayang, Yesus tidak membenarkan gagasan itu. Yesus tidak mau terjebak dalam intrik Yohanes lantaran irihati akan kehebatan orang itu. Karena itu Yesus menyadarkan kekerdilan pikiran mereka dengan berkata:” Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.”
Untuk menegaskan kata-kata-Nya ini Yesus sekali lagi memberikan posisi penting kepada “anak kecil” dalam adegan berikutnya. Yesus membuka adegan itu dengan kata-kata yang bersifat peringatan atau awasan kepada para murid-Nya:
“Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka . Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka.”
Dengan menampilkan sosok anak-anak, Yesus hendak memperingati Yohanes dan murid lainnya, bahwa jangan ada irihati bila melihat orang lain lebih. Lebih hebat. Lebih mampu. Lebih kaya. Tidak boleh ada syak prasangka, karena prasangka dan kecurigaan mengerdilkan kemerdekaan berpikir. Yohanes tidak boleh merasa sebagai “orang dalam”. Dia bersama murid lain tidak boleh memiliki superioritas hanya karena selalu ada bersama Yesus. Tetapi sekali lagi, jadilah seperti anak-anak kecil, yang di dalamnya tersemat kepolosan dan kejujuran. Mereka dengan jujur, anak-anak secara polos mengakui dan mengimani Yesus, sebagaimana mereka menaruh kepercayaan yang mutlak pada ayah biologis mereka. Orang yang berhasil membuat mujizat dengan mengusir setan, adalah dia yang menaruh kepercayaan mutlak kepada Allah. Orang ini ada di pihak kita. Karena itu jangan cegah dia! Jangan cegah dia manakala dia sedang berbuat baik dan mewartakan kebenaran.
Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih, rasa iri, tidak terima, cemburu, dan curiga, rasa tersaingi kiranya menjadi pengalaman batin yang dialami oleh Yohanes pada waktu itu, disadari seringkali muncul dan hadir dalam diri kita juga, karena kelemahan manusiawi yang kita miliki. Perasaan-perasaan semacam ini muncul ketika kita merasa tersaingi, direndahkan, diremehkan, dan bahkan diabaikan. Berangkat dari pengalaman Yohanes, Tuhan Yesus mengajak kita untuk terus-menerus mengolah hati dan pikiran kita, untuk menanggalkan semua rasa yang buruk itu sehingga kita merdeka dalam berpikir bahwa siapapun dia yang berbuat baik dan mewartakan kebenaran, dia ada di pihak kita.
Untuk itu mari kita berdoa agar Tuhan berkenan mendampingi kita hari ini untuk semakin mengembangkan semangat inklusif dengan keterbukaan hati untuk berpikir positif bahwa siapapun dia, apapun agama dan asalnya, bila dia berbuat baik dan mewartakan kebenaran, dia ada di pihak kita. Oleh karenanya, jangan cegah dia!!