Laporan Wartawan Warta Nusantara, Syarif ab Talk Show MTCN.
JAKARTA : WARTA-NUSANTARA.COM-Pondasi Kesehatan merupakan faktor penting bagi pertumbuhan bangsa dalam janhgka PanjangKesehatan menjadi salah satu Indikator utama dalam mengukur kualitas setiap penduduk Indonesia, selain pendidikan dan pendapatan dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia. Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaaan Islam di masyarakat secara konsisten selalu menyuarakan amar makruf nahi mungkar, tercermin saat ini dalam setiap kegiatan dalam mendukung upaya-upaya kesehatan dan menghadapi pandemi Covid 19.
Begitu pula Muhamamdiyah selalu konsisten dalam pengendalian tembakau, dan bahkan memfatwakan haram rokok serta rokok elektrik. Perjuangan yang terus digaungkan oleh semua pegiat
tembakau di Muhammadiyah melalui berbagai lini sesuai dengan fokus kajian dan Gerakan masing-masing Lembaga. Seperti dalam Talk Show MTCN , Sabtu (27/11) yang mengaji Pengendalian Tembakau dari berbagai perspektif dalam rangka Hari Kesehatan Nasional 2021.
“MTC adalah salah ujung tombak persyarikatan Muhammadiyah dalam penanggulanan tembakau yang berbasis pada Perguruan Tinggi, merupakan implementasi dari upaya Nahi Munkar yang menjadi komitmen Muhammadiyah, “ Kata Wakil ketua MPKU dan Pembina Muhammadiyah Tobacco Controll Network dr. Hj. Esty Martiana Rachmie, M.Kes. dalam sambutan pembukaan Talk Show.
Pada kesempatan ini dr. Esty juga membacakan deklarasi MTCN yang memuat 8 poin.
- Menegaskan Pelarangan total iklan & Promosi dan sponsor Rokok di seluruh Media baik media cetak, media luar ruang , media daring maupun Konten Media Digital.
- Mendukung Presiden suntuk segera mensahkan revisi PP 109 tahun 2012 dan konsisten menaikan cukai rokok sebagai Langkah nyata perlindungan bagi anak Indonesia dari bahaya rokok
- Menambahkan Pasal Pelarangan total Iklan & Promosi Rokok di Pergub, Perda, dan Perwali/Perbup tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
- Memasukkan penurunan jumlah Perokok Anak sbg indikator penilaian Kota Ramah Anak.
- Memasukkan Penegakkan Perda KTR sebagai evaluasi keberhasilan daerah.
- Menghubungkan dampak pengendalian tembakau terhadap kondisi kesehatan dan integrasi layanan berhenti merokok terhadap perokok
- Mengembangkan sikap strategis dlm intervensi penanggulangan terhadap kelompok prevalensi perokok terbesar yaitu laki2 dan anak2.
- Penurunan prevalensi merokok berbasis Perilaku
Deputi III Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK, drg. Agus Suprapto, M.Kes.dalam sambutannya mengatakan, “Dalam mewujudkan manusia berkwalitas kita berhadapan dengan banyak tantangan. Oleh karena itu perlu penguatan berbagai program” Lebih lanjut Deputi III mengatakan bahwa Belanja terbanyak nomer 2 adalah untuk membeli rokok.
“Hal ini tentunya mengancam angka stunting, misalnya. Maka Pengendalian Tembakau ditujukan untuk Memperkuat pertahanan ekonomi, meningkatkan SDM berkwalitas yang berdaya saing. Bahkan di kantor s=kami jika ada pegawai yang merokok, tidak saya naikkan jabatannya.” Jelas Agus.
Salah satu narasumber, Dr. Frida Kusumastuti menyoroti terpaan iklan rokok terhadap anak-anak, “Bonus demografi Indonesia bisa sia-sia jika anak-anak tidak sehat karena konsumsi rokok. Jumlah anak merokok 2018 saja berdasarkan data Atlas tembakau Indonesia sudah mencapai 7.6 juta atau hampir setara dengan gabungan jumlah penduduk Surabaya dan Yogjakarta. Kalau anak-anak yang merokok itu dikumpulkan kita memerlukan 1266 UMM DOME.” Kelakar Frida.
Lebih lanjut dosen FISIP UMM itu mengatakan bahwa tiga besar pemicu anak merokok adalah paparan iklan televisi, gambar bungkus rokok yang di display di warung, dan iklan rokok media luar ruang. Sementara belanja iklan terus naik.
Pembicara kedua Nurul Kodriati, S.Kep., Ns., M.Med., Sc., P.hD dari Universitas Ahmad Dahlan Yogjakarta memaparkan sudut pandang baru tentang Maskulinitas, “Angka terbesar perokok adalah di kalangan laki-laki, sehingga perlu ada narasi yang bernada positif untuk mendorong laki-laki lebih berperan positif bagi keluarganya dengan tidak merokok.” Jelasnya sambal menampilkan banyak data-data penting.
Sementara Vella Rohmayani, S.Pd., M.Si dari laboratorium Medis UM Surabaya, memaparkan pemanfaat tembakau untuk komoditas lain mengatakan, “Tembakau bisa dikembangkan lebih bermanfaat dari pada untuk rokok, misalnya untuk Larvasida yang bisa digunakan untuk memberantas vektor pencetus penyakit-penyakit endemis.” Menurut Vella, kandungan tembakau sangat baik sebagai komoditas larvasida, dan itu bersifat lebih alami.
Pembicara berikutnya terkait dengan tinjauan hukum oleh Sahrul, MH dari UM Mataram terkait Penegakan dan Tantangan Advokasi Perda KTR. Sahrul memaparkan pengalamannya dalam mendampingi proses dan penerapan Perda KTR di Mataram, “Kami melakukan edukasi juga pada masyarakat untuk mengetahui hak sebagai masyarakat mendapatkan lingkungan yang sehat.”
MTCN merupakan jaringan yang menghimpun Tobacco Controll di perguruan tinggi Muhammadiyah, antara lain UM Yogjakarta, Univ.Ahmad Dahlan Yogjakarta, UM Magelang, UM Purwokerto, ITB Ahmad Dahlan Jakarta, UM Aceh, UM Surabaya, UM Mataram, ortom TC IPM, dan NA. Talk show juga menampilkan video pernyataan komitmen dari seluruh jaringan MTC termasuk ‘Aisyiah dan ortom Muhammadiyah-‘Aisyiah. (*/WN-Syarif ab)