Oleh : Germanus S. Atawuwur
Alumnus STFK Ledalero
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, di tengah perjalanan masa adven menuju perayaan Natal, pada minggu advent ketiga ini, Gereja mengajak segenap umatnya untuk bersukacita. Karena itu Minggu III advent disebut juga minggu Gaudete (Bersukacitalah) yang ditandai dengan menyalakan lilin yang berwarna pink atau merah muda. Gaudete atau bersukacitalah adalah ajakan santu Paulus kepada jemaat di Filipi:” Bersukacilah selalu dalam Tuhan, sekali lagi kukatakan: bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat” (Flp. 4:4-5).
Rasul Paulus mengajak umat Filipi dan juga kita semua untuk bersukacita karena pesta kelahiran Yesus sudah dekat. Selain itu, bahwa kita sudah berhasil melewati dua minggu advent. Dua minggu adven pertama, umat beriman telah diajak untuk mempersiapkan diri secara jasmani dan rohani melalui pembaruan diri, yakni bertobat. Maka pada minggu advent II yang lalu, saya sudah mengatakan bahwa adventus adalah Tuhan menantikan kita para pendosa untuk datang kembali ke pangkuan kasih-Nya sebagai Allah yang berbelaskasih. Manusia yang berdosa, ibarat cerita anak yang hilang dalam injil Lukas. Begitu dia menyadari kedosaannya, ia bertobat dan kembali kepada Bapanya.
Kembalinya anak hilang ke pangkuan ayahnya merupakan sebuah sukacita tak terhingga dari sang ayah. Oleh karena itu, sang ayah mempestakan anaknya. Itulah kegembiraan tobat. Itulah sukacita pengampunan. Sukacita rekonsiliasi. Sukacita dialami tidak hanya sang ayah, tetapi terlebih-lebih anak hilang itu. Maka sukacita yang dialami anak hilang adalah buah dari belaskasih sang ayah. Kegembiraan tobat ini tidak berhenti pada minggu adven II. Ia berlanjut terus hingga mencapai pemenuhannya pada Minggu Adven III hari ini. Minggu Gaudete ini juga mengingatkan kita bahwa kedatangan Yesus Kristus sudah semakin dekat, karena itu teruslah bersukacita hingga Tuhan datang.
Saudara-saudaraku, Minggu Gaudete ini selaras dengan Antifon Pembukaan yang terinspirasi dari ajakan Paulus kepada jemaat di Filipi. Saya mengutipnya sekali lagi:” Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat ! Jauh sebelum Paulus mengajak jemaat Filipi untuk bersukacita, sudah terlebih dahulu Nabi Zefanya berkata kepada Israel:” Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem! TUHAN telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu. Raja Israel, yakni TUHAN, ada di antaramu; engkau tidak akan takut ! TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai, seperti pada hari pertemuan raya.”
Agar sukacita mencapai pemenuhannya pada saat penyataan-Nya melalui kedatangan Putra Tunggal-Nya maka sekali lagi, Tuhan meminta pertobatan sejati dari manusia. Pertobatan sejati itu harus menyata dalam tindakakan atau perbuatan baik, sebagaimana kata Paulus:” Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang.” Kebaikan hati yang dimaksudkan adalah perbuatan amal-kasih seperti kata-kata Yohanes Pembaptis kepada orang banyak dalam injil hari ini:” Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya,” demikian pesan Yohanes Pembaptis. Artinya orang yang bercukupan diharapkan berbagi kelebihannya dengan orang lain. Harus beramal. Harus menerapkan cintakasih. Tidak boleh pelit dengan orang lain. Tidak boleh kikir. Sementara itu kepada pemungut cukai ia juga berpesan: “Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu”. Artinya, orang yang berhak menarik cukai atau pajak ataupun keuntungan, hendaknya berlaku jujur. Tidak boleh ada manipulasi. Tidak boleh ada mark up. Dan bagi mereka yang berkuasa, memiliki senjata dan kekuatan Yohanes Pembaptis berkata: “Jangan merampas, jangan memeras, dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu”. Singkatnya: janganlah bertindak dengan kekerasan! Jangan korupsi. Jangan ambil hak orang lain. Jangan berbuat sewenang-wenang! Inilah buah-buah pertobatan.
Saudara-saudaraku, bila kita sungguh serius ingin menyambut kedatangan Yesus sebagai Penyelamat, kita harus bertanya: “Apa yang harus kulakukan?” Jawabannya ialah: Kita harus belajar mengubah diri! Artinya, kita harus sungguh belajar memperhatikan sesama kita teristimewa yang menderita. Kita harus peduli bersesama. Setiap orang hendaknya menjadikan dirinya berkat bagi orang lain. Karena itu kita belajar berbuat adil dan benar, harus lurus dan jujur! Bila buah-buah pertobatan sudah kita laksanakan, maka kata-kata santu Paulus benar-benar akan menyata di dalam hati kita masing-masing:” Bersukacilah selalu dalam Tuhan, sekali lagi kukatakan: bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat” (Flp. 4:4-5).