Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero.
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih dalam Kristus,
Setelah kita melewati minggu Gaudete kemarin, hari ini pada minggu advent keempat, kita diperhadapkan dengan dua tokoh perempuan. Mereka bersaudara sepupu. Kisah kelahiran Yesus Kristus yang akan kita rayakan tidak dapat dilepas-pisahkan dari peran dua perempuan yang kita dengar dalam bacaan injil hari ini. Perjumpaan yang menggembirakan dan membawa sukacita bagi kedua perempuan itu adalah perjumpaan dua saudara yang hendak saling curhat-mencurhat. Perjumpaan Maria dan Elisabet dalam kisah Injil ini merupakan perjumpaan dari dua wanita yang memiliki pengalaman iman yang sama. Mereka adalah orang-orang yang telah mengalami Allah. Dan mereka ingin saling berbagi sukacita yang telah mereka alami itu.
Karena itu penginjil mencatat:” Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.”
Maria dan Elisabet adalah dua perempuan yang tidak pernah dipandang akan menjadi pembawa perubahan bagi dunia. Elisabet adalah seorang perempuan yang sudah lanjut usia dan mandul sementara Maria adalah seorang perawan sederhana dari sebuah desa yang jauh dari pusat kekuasaan. Mereka hanya akan menjadi bagian dari masyarakat biasa. Namun apa yang di mata dunia itu dianggap biasa-biasa saja, ternyata mereka dipilih oleh Allah untuk ikut ambil bagian dalam karya keselamatan-Nya. Elisabet melahirkan Yohanes yang berperan mempersiapkan kedatangan Tuhan. Maria melahirkan Yesus, Sang Juruselamat dunia. Ternyata mereka adalah para wanita yang revolusioner karena membawa pembaharuan bagi dunia.
Saudara-saudara, kata-kata Elisabeth seperti yang kita dengar membuktikan bahwa Elisabeth adalah orang pertama dalam Perjanjian Baru yang mengemban hak istimewa untuk menyampaikan nubuat tentang diberkatinya Sang Anak dalam kandungan Maria. Pasca nabi Yohanes Pembaptis menyerukan untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan, muncullah Elisabeth untuk bernubuat tentang diberkatinya Buah Rahim Maria. Dua tokoh, – laki-laki dan perempuan- yang muncul sebelum kelahiran Yesus mau menunjukkan bahwa perempuan pun tidak tinggal diam. Mereka turut bernubuat bersama-sama dengan kaum lelaki tentang kelahiran Yesus Kristus.
Namun dalam Perjanjian Lama, terbaca peran nabiah perempuan yang sangat sedikit ditonjolkan. Hal ini terjadi karena kaum perempuan dianggap sebagai warga negara kelas dua, sehingga peran mereka sebagai nabiahpun nampaknya mendapat makna kurang penting di dalam kisah-kisah alkitabiah. Maka hari ini dengan dimunculkannya dua tokoh perempuan sekaligus sebagai aktor utama oleh penginjil Lukas mau menegaskan kepada kita bahwa perempuan itu setara dan sederajat dengan laki-laki. Karena itu apapun perannya, termasuk perannya sebagai nabiah dalam nubatnya tentang kelahiran Yesus tidak boleh dianggap rendah. Harus tetap selalu diperhitungkan sebagai sebuah nubuat dari seorang nabiah yang juga memiliki Roh Ilahi, yang berdiam di dalam hati mereka. Injil mencatat:” Elisabethpun penuh dengan Roh Kudus.” Elisabeth penuh dengan Roh Kudus bukan saja karena dia mendapat kunjungan persaudaraannya dari sepupunya Maria, melainkan dia bersama suaminya Zakaria sudah terlebih dahulu “hidup benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.” Dalam konteks Elisabeth penuh dengan Roh Kudus, saat perjumpaan penuh sukacita dengan saudara sepupunya itu pada akhirnya membuat kita dapat mengatakan bahwa dia adalah seorang nabiah, – bertindak selaku salah seorang nabia dengan nubuatnya:” Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.”
Melalui karunia Roh Kudus, Elisabeth tidak saja disanggupkan untuk melantangkan kata-kata nubuat, tetapi juga ia diberikan kebijaksanaan dan wawasan untuk menafsir pengalaman bathinnya terhadap kunjungan saudari sepupunya Maria.
Tampilnya kisah suci tentang Elisabeth dengan nubuatnya adalah kisah tambahan dari tema Maria sepupunya hendak menunjukkan kepada kita bahwa keselamatan dan pembebasan melalui kelahiran Yesus itu ditujukan kepada semua orang, laki-laki dan perempuan, – tanpa kecuali.- Jadi keselamatan dan pembebasan yang dibawa oleh Yesus bersifat universal.
Saudara-saudaraku yang terkasih, kisah suci tentang perjumpaan penuh sukacita antara dua saudara sepupu mengandung pesan persaudaraan sejati. Persaudaraan yang dibangun oleh keduanya tidak saja karena hubungan darah tetapi lebih dalam dari itu adalah karena hal teologis. Hal teologis itu tidak lain adalah baik Maria maupun Elisabeth sama-sama dipenuhi oleh Roh Kudus. Roh Kudus itulah kemudian menjadi sumber sukacita mereka.
Maka sebelum kita merayakan Natal Yesus, penginjil hendak menyampaikan kepada kita bahwa peran perempuan dalam sejarah tatanan keselamatan Yesus patut diperhitungkan.
Oleh karena itu dalam dunia post modern ini, wanita tidak boleh dilihat sebagai sub ordinasi kaum lelaki. Wanita tidak boleh dinilai sebatas perannya pada apa yang disebut dengan Tiga R: kasuR, dapuR, dan sumuR. Tetapi baik laki-laki dan perempuan mereka adalah setara dan sederajat. Maka minggu adven keempat sebagai moment untuk kita memandang perempuan sebagai rekan kerja, sebagai yang setara dan sederajat. Karena itu juga maka minggu advent keempat adalah kesempatan pemuliaan terhadap martabat kaum wanita, karena hanya wanitalah yang dapat melahirkan kehidupan. Hanya wanitalah yang memiliki keberanian untuk melahirkan generasi penerus. Mereka bukan lagi makhluk kelas dua. Mereka tidak lagi disebut sebagai makhluk lemah. Tetapi mereka kini telah disebut sebagai “Yang Terberkati,” yang terwakilkan melalui figur Maria:” :” Diberkatilah engkau di antara semua perempuan.” ***