Yer.1:4-5. 17-19; 1 Kor.12:31-13; Luk.4:21-30
Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Bila Minggu kemarin saya terinspirasi dengan bacaan II, surat Paulus I kepada orang-orang Korintus tentang berbagai anggota tetapi satu tubuh, maka hari ini, saya terinspirasi dengan kisah panggilan Yeremia dalam bacaan I. Bacaan ini bagi orang dewasa, sudah berulangkali didengar atau dibacakan sedangkan bagi anak-anak, belum terlalu tahu tentang kisah ini.Kisah panggilan Yeremia sebagai nabi sering dikutip menjadi motto tahbisan oleh para imam baru. Hari ini saya mengutip kembali kata-kata Tuhan kepada Yeremia tetapi tidak dalam konteks panggilan khusus, tetapi panggilan umum umat beriman yang sedang berziarah di bumi ini.
Siapakah sesuangguhnya Yeremia itu, sehingga masih belia, bahkan sebelum membentuk Yeremia dalam rahim ibunya, Tuhan bahkan sudah mengenalnya?
Yeremia berasal dari keluarga imam yang tinggal di Anatot, desa kecil
yang berjarak sekitar lima kilometer dari Yerusalem. Ketika
dipanggil Tuhan pada tahun ketiga belas pemerintahan Yosia,
usianya baru sekitar dua puluhan (sekitar tahun 627 SM). Wajar
saja, ia mencoba mengelak dengan alasan tidak pandai bicara karena
masih belia.
Menjadi nabi dalam usia belia bukanlah impian banyak orang, sebab nabi
bukanlah figur populer. Tugas seorang nabi tidak jarang
mengharuskan “penyambung lidah” Tuhan ini bentrok dengan para
pemangku kepentingan yang merasa tidak nyaman dengan pesan yang
disampaikan. Seorang nabi, pada waktu tertentu, dia harus berlawanan arah, menentang arus demi menegakan Kerajaan Allah di dunia. Dan ini pengalaman tidak gampang. Tentu menakutkan. Pengalaman inilah yang harus dihadapi Yeremia sepanjang hidupnya.
Menyadari tantangan menjadi nabi sedemikian berat maka Yeremia hendak menghindar dengan alasan yang cukup masuk akal:” Aku masih belia, tidak pandai bicara.”
Namun Tuhan mempunyai rencana atas hidup Yeremia jauh sebelum ia lahir.
Tuhan mempersiapkan, mengutus, dan memperlengkapi Yeremia untuk
“mencabut dan merobohkan” serta “menanam dan membangun.”
Bobot dan cakupan tugas yang diemban Yeremia tidak tanggung-tanggung. Terlalu berat untuk seorang Yeremia yang masih belia. Tetapi ia harus meneruskan firman Tuhan yang menentukan jatuh bangunnya bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan! Sejak awal Tuhan memang mengingatkan bahwa semua kekuatan dunia ini akan memeranginya. Namun, Tuhan menjanjikan penyertaan-Nya:”Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau!”
Kisah panggilan Yeremia sebagai nabi untuk melaksanakan apa yang menjadi “Perintah Tuhan” juga kita dengar dalam injil hari ini. Injil yang menceritakan figur Yesus yang juga menjalankan misi Tuhan. Misi Yeremia dan Yesus tidak berjalan mulus. Penuh onak dan duri. Berbagai rintangan dan tantangan silih berganti dihadapi, sebagaimana hari ini dikisahkan penginjil Lukas. “ Banyak orang setelah mendengar apa yang dikatakan Yesus, sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Bagi mereka, menceritakan dosa masa lampau nenek moyang mereka, adalah pelecehan dan perendahan martabat. Karena itu secara spontan mereka bangun bersama-sama, lalu segera menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Yesus sudah tahu kelakuan itu sebelumnya. Maka sebelum awal pengajaranNya, Yesus sudah terlebih dahulu berkata:” Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.”
Saudara-saudaraku yang terkasih, karena rahmat permandian kita adalah juga nabi. Maka kita pun diistimewakan untuk membumikan kerajaan Allah. Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa kita sungguh orang-orang yang diistimewakan Tuhan. Maka kita pun harus melakukan hal-hal yang istimewa pula. Hal yang istimewa bukan berarti selalu wah, spektakuler dan luar biasa, tetapi yang istimewa itu termasuk pula hal-hal biasa dan sederhana. Hal kecil nan sederhana tetapi dibuat dalam kesadaran besar karena berdampak besar yakni untuk perwujudan kerajaan Allah di dunia dan untuk kebaikan umum.
Maka hal-hal kecil yang harus segera dilakukan adalah bergegaslah menanam pohon. Berlombalah menanam air. Dan buanglah sampah pada tempatnya adalah gerakan ekologis yang menyelamatkan dunia.
Gerakan peduli lingkungan. Gerakan sayang bumi. Selain itu gerakan peduli bersesama kepada yang miskin dan menderita. Menjadikan mereka sebagai pilihan utama. Selain kesengsaraan finanisial-material yang disebabkan oleh pandemi covid yang berkepanjangan, tetapi juga penderitaan individualistik, yang disebabkan oleh kemajuan alat komunikasi dan tekhnologi. Orang lebih suka sendirian sambil berselancar ria dengan hand phone. Kita akhirnya sedang miskin secara sosiologis. Kekerabatan kita mulai tergerus, bersosialisasi dengan sesama menjadi pilihan yang tidak prioritas, oleh karena tersandera oleh kecanggihan tekhnologi komunikasi yang nenawarkan sejuta nikmat. Pada akhirnya kita terseret arus kecanggihan tekhnologi. Maka pilihan menyelamatkan mental manusia post modern adalah kemendesakan. Inilah panggilan kenabian kita dewasa ini. Oleh karena itu saya ajak kita sekalian, mari kita bermisi. Dalam bermisi, kita andalkan Tuhan.Dalam bermisi Tuhan senantiasa beserta kita, karena itu jangan takut. ***