Yer.17:5-8; 1 Kor. 15:12.16-20; Luk.6:17.20-26
Oleh Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih, dalam hidup dan kehidupan kita sering muncul pertanyaan-pertanyaan ini: untuk apa kita hidup? Apa yang kita lakukan selama hidup kita ini? Apa yang kita cari di dalam hiudp ini? Siapakah yang kita andalkan dalam hidup ini? Pertanyaan ini pula yang diajukan oleh nabi Yeremia kepada umat Yehuda saat itu. Pada waktu itu nabi Yeremia memberikan pilihan serta jawaban akan dua cara kehidupan yang dilakukan bangsa Yehuda.
Bangsa Yehuda telah meninggalkan Allah dengan mengadakan aliansi militer dengan negara-negara kafir, Asyur dan Mesir, Bukan hanya itu, penduduk Yehuda melanjutkan kebiasaan agama kafir. Ada ibadah kepada Baal, ada berhala-berhala pelacuran suci, dan praktek ketidakadilan sosial menjadi gaya hidup yang lazim di Yehuda.
Ketika melihat cara hidup bangsa ini, nabi Yeremia pun tampil untuk memperingatkan mereka, katanya:” Beginilah firman TUHAN: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.
Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”
Bangsa Yehuda sangka bahwa mereka telah berkoalisi dengan bangsa-bangsa kafir akan begitu kuat kuasa; Karena itu mereka begitu mudah berpaling dari hadapan Allah dan mulai beribadah kepada Baal. Selain itu, ada praktek ketidakadilan sosial menjadi gaya hidup yang lazim di Yehuda. Akibatnya, mereka menjadi angkuh karena mereka sangka mereka super kuat. Padahal kesombongan itu menjadi awal kehancuran mereka. Berangkat dari kondisi inilah, Yeremia tampil untuk mengingatkan mereka. Namun peringatan nabi Yeremia tidak digubris. Mereka merasa aman karena berkoalisi dengan sekutu-sekutunya dan menyembah allah-allah asing. Akibatnya, mereka mengalami masa yang berat dengan dibuang ke Babel. Hukuman itu diberikan oleh Tuhan untuk menghancurkan kepercayaan diri bangsa Yehuda yang terlalu tinggi dan membuat mereka bertobat. Hidup susah di pembuangan menyadarkan mereka untuk kembali mengandalkan Tuhan, satu-satunya Allah yang berdaulat.
Bapa, ibu, saudara-saudariku yang terkasih,
hidup dengan selalu mengandalkan Tuhan, dicontohkan oleh orang-orang banyak seperti dilukiskan dalam injil hari ini. Banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh
kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.
Orang banyak, teristimewa yang mengalami sakit penyakit dan penderitaan di dalam hidupnya, mereka mencari dan menemukan Yesus.
Pada tanah yang datar itu, tatkala Yesus sedang berkumpul bersama para murid-Nya, mereka yang berasal dari seluruh Yudea, dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon, datang menjumpai Yesus. Dalam tekanan hidup yang sungguh mereka rasakan, yang disebabkan oleh sakit penyakit, mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat, mereka semua datang pada Yesus, Sang Pembebas Sejati. Mereka datang dengan harapan tinggi, mereka datang dengan balutan iman teguh, bahwa menjamah jumbai jubahnya saja mereka sembuh, apalagi menjamah-Nya langsung. Karena itu, mereka berusaha sekuat tenaga untuk langsung menjamah Yesus, karena mereka sungguh yakin, begitu Yesus terjamah, ada kuasa yang keluar daripada-Nya dan semua mereka itu disembuhkan-Nya.
Pertanyaannya adalah, kuasa apakah itu yang keluar dari Yesus? Kuasa itu, adalah kuasa pengampunan yang membebaskan, yang berasal dari Kerahiman Kasih-Nya nan agung. Kuasa itu, adalah kuasa pelepasan salah dan dosa yang memerdekakan berasal dari Kristus sebagai Sang Pembebas Sejati. Yesus mau, orang yang sungguh-sungguh mengandalkannya, harus dilepaskan dari belenggu sakit penyakitnya. Yesus ingin agar semua orang yang sedang dirasuki roh-roh jahat benar-benar dibebaskan. Yesus mau, agar mereka semua, tanpa kecuali, menjadi orang-orang merdeka dan berdaulat. Yesus mau agar mereka menjadi orang-orang yang terbebaskan dari perangkap kejahatan apapun agar mereka menaruh harapan, dengan selalu mengandalkan Tuhan sebagai penyelenggara hidup dan kehidupan mereka.
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Baik nasehat nabi Yeremia maupun teladan orang banyak dalam injil tadi, adalah contoh agar dalam hidup kita, kita selalu mengandalkan Tuhan. Pertanyaannya, bagaimana caranya kita mengandalkan Tuhan? Pertama, jangan pernah menggantikan sumber daya rohani (yang tak terbatas) dengan sumber daya duniawi (yang terbatas). Karena itu, selalu mengisi daya rohani dengan membaca Kitab Suci dan dengan beribadah /berdoa, dengan selalu mengikuti Ekaristi suci lebih-lebih pada hari Minggu. Sebab Ekaristi sebagai sumber, pusat dan puncak hidup iman kita. Kedua, prinsip ora et labora. Berusahalah semaksimal mungkin, tetapi serahkanlah hasilnya pada Tuhan. Mengandalkan Tuhan bukan berarti meniadakan usaha, namun berusaha dengan cara pandang bahwa Tuhanlah yang berdaulat.
Sebagai manusia rapuh-lemah, kita malah sering mengandalkan sumber-sumber yang terbatas. Kita berani memisahkan sumber-sumber yang terbatas dengan sumber-sumber yang tiada batasnya. Misalnya bila kita tertimpah sakit, kita malah bukan berobat ke rumah sakit, tetapi malah pergi ke dukun dan tim doa. Di sana, mereka justru meracuni pikiran-pikiran kita bahwa penyebab sakit adalah orang lain. Bahkan orang lain itu adalah keluarga, saudara dan sahabat. Belum lagi, tatkala usaha kita gagal, kita kemudian begitu mudah mengkambing-hitamkan orang lain. Mereka pasti irihati jadi “buat” saya. Padahal apapun yang dilakukan dalam hidup ini, apapun yang hendak kita cari dalam hidup ini, semuanya itu dapat selaras dengan kehendak Tuhan, apabila kita senantiasa mengandalkan-Nya.
Karena itu saudara-saudariku yang terkasih, kalau orang-orang banyak yang datang itu menjamah Yesus lalu sembuh, apalagi dengan kita sekalian yang ada di dalam gereja ini. Kita yang begitu rajin mengikuti perayaan ekaristi, yang menjadikan Tubuh dan Darah Kristus sebagai santapan rohani, Dialah yang senantiasa menyembuhkan kita dari bilur-bilur dan luka-luka manusiawi kita. Dialah yang kita sambut dan berdiam di dalam hati kita, Dialah sumber kekuatan kita. Dialah yang membebaskan kita, Dialah yang mengampuni kita dari kerapuhan dan kelemahan kita. Karena itu, kapan dan di mana pun, dalam usaha dan kegiatan apa pun, Tuhan harus selalu jadi andalan kita. Maka kita akan menjadi orang yang diberkati sebagaimana kata-kata nabi Yeremia:” Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN!”