Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
WARTA-NUSANTARA.COM-Ams.8:22-31; Rm.5:1-5; Yoh.16:12-15 Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, Perayaan Hari Raya Pentekosta mengakhiri Masa Paska dan liturgy kita kembali ke Masa Biasa. Masa Biasa yang ditandai dengan pakaian liturgy yang berwarna hijau sebagai symbol kehidupan dan pertumbuhan dan sekaligus sebagai symbol pengharapan. Hari minggu pertama sesudah Hari Raya Pentakosta dirayakan sebagai Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Karena itu, hari ini kita merayakan Hari Raya Tritunggal Maha Kudus. Hari Raya Tritunggal Mahakudus memiliki sekilas sejarah sebagai berikut: Bahwa pada awal abad XII ada seorang biarawan bernama Rupert, yang digelari sebagai pangerang studi liturgy, mencanangkan perayaan Misteri Trinitas pada Minggu setelah Pentakosta, dengan mengatakan:”
Setelah kita merayakan Hari Raya Pentekosta, Hari Turunnya Roh Kudus, kita menyanyikan kemuliaan kepada Allah Trinitaris Mahakudus pada hari Minggu berikutnya. Hal ini tepat karena segera setelah turunnya Roh Ilahi, mulailah Pewartaan Injil, orang-orang mulai percaya dan mulai adanya pembaptisan, iman dan pertobatan dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.”
Perayaan ini kemudian diresmikan menjadi hari raya Gereja universal oleh Paus Yohanes XXII pada tahun 1334. Penetapan ini merujuk pada iman gereja perdana. Bahwa iman dan penghormatan kepada Tritunggal Mahakudus ini sudah ada sejak gereja perdana, berdasarkan sabda Yesus sendiri. (Bdk. Yoh. 10.30; 14:9; 17.21), dan diteruskan dalam pengajaran para rasul (bdk. 1 Yoh.5:7; 1 Pet.1-2; 2 Pet.1:2; 1 Kor. 1:2-10). Para rasul mengajarkan apa yang mereka terima dari Yesus bahwa Ia adalah Sang Putra Allah yang hidup dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus.
Kemudian, pada tanggal 24 Juli 1911, Paus Pius X melembagakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus sebagai Perayaan Kelas Satu atau dikenal dengan Solemnitas, dan dirayakan pada Hari Minggu setelah Hari Raya Pentekosta, yaitu sebagai Hari Raya Tritunggal Mahakudus.
Dengan merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus, kita semua dihadapkan pada sebuah “Lautan samudra raya yang mahaluas” yang tak mampu dijangkau oleh keterbatasan insani kemanusiaan kita. Bahwa kita yang terbatas, – bahkan amat terbatas – tidak mampu memahami misteri Tritunggal Makahudus yang jauh melampaui keterbatasan insani kita. Maka, merayakan Hari Tritunggal MahaKudus sejatinya adalah merayakan dan mengakui dengan tulus ketidak-terbatasan Tritunggal Mahakudus dan sekaligus mau menyadarkan manusia untuk sesadar-sadarnya, bahwa manusia itu makhluk terbatas. Bahwa manusia adalah makhluk mulia namun terbatas, karena itu dia tanpa syarat harus selalu mengandalkan Tritunggal Mahakudus dalam seluruh dinamika hidup dan kehidupannya. Iman radikal model itulah yang harus dihayati secara sadar dan bertanggungjawab selama masa biasa ini.
Jadi, dengan merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus ini, Gereja memperkenalkan gambaran “Laut Luas Tanpa Batas” yang kita sebut sebagai Tuhan, Sanctissimatrinitas. Sebagai Tritunggal Yang Mahakudus, Katekismus Gereja Katolik pada nomor ke-255 merumuskan bahwa:” Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal asal tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbale balik antar Pribadi Allah tersebut. Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakekat mereka adalah satu, yaitu Allah.”
Penjelasan ini tentu tidak sepenuhnya mampu ditangkap, dimengerti dan dipahami oleh akal budi manusia tetapi hanya bisa untuk diimani. Karena itu kita harus selalu memiliki pandangan ini, bahwa ajaran (dogma) Gereja tentang Tritunggal sejal awal sampai sekarang hanya dapat kita terima dengan iman/kepercayaan bukan dengan pengetahuan. Karena itulah maka Paulus dalam bacaan II mengatakan:” Sebab itu, kita yang dibenarkan karena
Kristus.Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.” Oleh Paulus, inilah yang disebut dengan pembenaran iman.
Pembenaran iman akan Trinitaris akan menghasilkan kasih karunia, pengharapan, keyakinan, kasih Allah, Roh Kudus, selamat dari murka Allah, pendamaian dengan Allah, keselamatan oleh hidup dan kehadiran Yesus, dan sukacita di dalam Allah. Dampak dari pembenaran iman inilah yang menjadi milik kepunyaan Allah, yang dianugerahkan kepada setiap manusia yang percaya kepada-Nya. Oleh injil Yohanes ditegaskan bahwa segala sesuatu yang Bapa punya, adalah juga menjadi kepunyaan Yesus. “Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya.”
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, merayakan Misteri Tritunggal ini kita diingatkan untuk harus selalu patut bersyukur kepada Tuhan, sebab sejak dibaptis kita dapat mengalami kasih Allah Bapa dan bimbingan Roh-Nya seperti yang dapat kita alami dalam kasih Kristus Putera-Nya. Ketiga Pribadi Allah itu hadir dan bekerja di dalam hidup diri kita masing-masing. Bahwa Kita memandang Allah Bapa sebagai Pencipta, yang memanggil kita turut serta mengambil bagian dalam cintakasih penyelenggaraan-Nya. Kita dijadikan putera-puteri-Nya. Kita memandang Allah Putera sebagai gambaran Allah yang paling nyata dan tampak. Yesus Kristus, Putera Allah yang datang ke tengah kita, ikut serta mengalami dan merasakan nasib kita sebagai manusia. Dialah yang mewartakan dan mewujudkan rahasia penyelamatan, yang
diselenggarakan oleh Allah Bapa bagi kita semua. Dan melalui Dia pula kita dapat mengambil bagian dalam kehidupan Tritunggal. Kita memandang Roh Kudus sebagai karunia kasih antara Allah Bapa dan Putera. Roh ini lewat Kristus datang dan hidup di dalam Gereja-Nya, dan di dalam pribadi setiap pribadi anggota Gereja-Nya itu. Roh inilah yang membimbing cara dan arah hidup kita seperti diteladani oleh Yesus. Dengan demikian kita dapat menempuh jalan hidup kita, penuh kasih yang benar menuju kehidupan kekal.
Karena itu, kiranya dengan merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus kita disadarkan untuk “Membaharui Janji Baptis” kita, sekaligus menaruh harapan agar iman akan Trinitas tetap bertumbuh subur untuk senantiasa dan sampai selamanya, percaya akan Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus, sebagai Alfa dan Omega – Awal dan Akhir –
Karena itu bersama Pemazmur kita berseru:” Hai umat pujilah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Luhurkan Nama-Nya!”