Oleh : Alfianus Juventus Bria
Mahasiswa Semester 4 Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang
WARTA-NUSANTARA.COM-Secara etimologis kata kosmologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti bumi, yang tersusun menurut peraturan dan bukan yang kacau tanpa aturan. Kosmos juga berarti alam
semesta. Alam semesta berarti jagat raya, kemudian jadi cabang ilmu kosmologi yang memandang alam semesta sebagai suatu keseluruhan integral. Sedangkan kosmos secara literal berarti tatanan dan keindahan. Alam semesta atau disebut bumi adalah suatu planet di dalam tata surya yang mengintari matahari. Istilah kosmos sering juga dilawankan dengan istilah chaos yang berarti “keadaan kacau balau”. Dalam mitologi Yunani dikisahkan, bahwa makhluk hidup yang pertama adalah bernama chaos: hal ini sesuai dengan Kitab Kejadian dalam konteks yang sama yang berarti tanpa bentuk. Chaos menciptakan dan kemudian kawin dengn seorangDewi yang bernama Night, dan keturunan mereka akhirnya menghasilkan semua dewa-dewi manusia.
Kosmologi termasuk bagian dari filsafat alam yang didalamnya membicarakan inti alam, isi alam dan hubungannya satu sama lain dan dengan keberadaanya dengan yang ada mutlak.5 Dahulu ilmu yang mempelajari tentang asal usul alam semesta disebut kosmogoni, sekarang oleh para ahli astronomi modern, kosmogoni yang mempelajari asal usul dan evolusi alam semesta telah diperluas menjadi kosmolog .
mengenai istilah kosmologi, sebenarnya menjadi sebuah pertanyaan besar bagi seluruh kalangan umat manusia. Sejak dahulu ketika para filsuf berhasil melakukan Demitologisasi, telah muncul sebuah pertanyaan yang kemudian melahirkan perdebatan yang sangat panjang dan berbelit-belit yaitu persoalan disekitar masalah saat-awal kosmos dan saat-akhir kosmos.
Pertanyan itu antara lain dapat dirumuskan sebagai berikut. Pertama, apakah alam semesta ini memeliki permulaan?, jika memeliki permulaan, apakah yang awal itu sesuatu yang bersifat material atau spiritual?, apakah yang awal itu berciri singular atau komunal?, apakah kosmos memeliki titik akhir?, apakah titik akhir itu suatu kehancuran atau kematian total untuk seluruh dimensi kosmis?
Secara ilmiah-filosofis persoalan-persoalan itu telah diperbincangkan oleh para ilmuan dan para fisuf. Dalam sejara pemikiran manusia kita menemukan ada berbagai pandangan yang berbeda-beda. Tidak sedikit filsuf atau ilmuan yang meyakini bahwa alam semesta pada hakikatnya tidak pernah berawal dan berakhir. Demikian juga sebaliknya, ada banyak filsuf dan ilmuan yang mengajukan teori untuk membuktikan bahwa alam semesta mempunyai saat awal dan akhir. Tidak dapat disangkal bahwa persoalan mengenai saat-awal dan saat-akhir kosmos, sebenarnya tidak hanya menimbulkan peredebatan panjang diantara kalangan para filsuf dan
ilmuan belaka, tetapi secara tidak langsung juga mengarah pada agama dan sains. Perlu disadari pula bahwa pembicaraan mengenai agama dan sains dalam kaitannya dengan kosmologi maka akan mengarah pada dua teori besar yakni teori kreasionisme dan teori evolusi. Dengan hadirnya dua teoru ini maka tidak terelakan lagi bahwa upaya manusia memikirkan awal dan akhir alam semesta akan membawah manusia bertanya tentang hakekat Allah yang adalah pencipta segala yang ada.
BEBERAPA JAWABAN FILSAFAT MENGENAI PERSOALAN SAAT-AWAL DAN SAAT-AKHIR KOSMOS
Parmenide
Parmenides kiranya dapat disebut sebagai peletak ajaran bahwa alam semesta tidak memeliki saat-awal dan saat-akhir. Filsafat Parmenides yang mendasarkan pada asumsi bahwa yang tetap adalah yang-ada. Tanpa gerak, tanpa perubahan, ruang dan waktu adalah ilusi; mengisyaratkan pandangannya yang menerima segala bentuk kelanggengan termasuk alam semesta.
Aristoteles
Aristoteles dengan tegas menyatakan, bahwa kosmos tidak memeliki saat awal, jadi kekal adanya. Kosmos tidak diciptakan oleh Tuhan (Femgren, 2002:8). Waktu tidak lebih dari perubahan. Dari hakekat perubahan terbuktikan, bahwa harus selalu ada perubahan dan waktu yang lebih dahulu lagi. Maka hakikat ketakerbatasan adalah adanya suatu proses, dengan selalu di luar batas-batas yang mau ditentukan. Oleh karena itu kosmos tidak mempunyai awal; kosmos telah ada sejak semua dan selalu
ada.
Spinoza
Dalam pandangannya tentang substansi, ia berpendapat bahwa alam pada hakikatnya identik dengan Tuhan. Tidak ada perbedaan antara Tuhan dan alam. Tuhan bukan pencipta alam, tetapi Tuhan adalah alam itu sendiri (siswanto, 1998:35). Dengan demikian tidak ada jarak yang riil-metafisis antara Tuhan dan alam. Spinoza memahami alam sebagai sesuatu yang bersifat ganda. Aspek pertama alam adalah sebagai proses aktif dan vital; sebagai alam yang menciptakan. Aspek ini sering juga disebut natura
naturans. Aspek kedua disebut natura-naturata; artinya alam yang diciptakan. Spinoza menyebut sifat-sifat Tuhan sebagai berikut. Pertama, Tuhan bersifat tidak terbatas. Karena Ia absolut maka tidak dapat dibagi dan abadi. Kedua, aktivitas Tuhan tergantung pada hukum-hukum yang dimiliki-Nya. Ketiga, Tuhan adalah sumber sebab segala sesuatu. Keempat, essensi dan eksistensi Tuhan adalah sama. Kelima, kekuatan Tuhan sama dengan essensi-Nya. Keenam, essensi Tuhan identik dengan keabadianya. Ketujuh, Tuhan memahami diri-Nya sendiri. Oleh karena Tuhan identik dengan alam, maka alam pada hakekatnya kekal adanya, tidak rusak, tidak akan muncul alam baru, tidak memliki saat awal dan akhir.
Immanuel Kant
Kant berpendapat, bahwa tidak dapat dibuktikan apakah kosmos itu memeliki awal, juga tidak ada bukti bahwa kosmos itu berakhir. Sebagaimana telah dibuktikan dalam anatomi ruang dan waktu; semua jawaban yang diajukan akan sampai pada antinomi. Sebab ruang dan waktu bukanlah realitas, melainkan hanya satu bentuk “ a priori pengamatan”, sebagai jendela pengamatan untuk menguji apakah kesan yang diperoleh
tentang suatu subjek itu gejala-gejala (fenomena) atau noumena.
Whitehead
Whitehead berpendapat bahwa alam semesta memeliki saat awal dan saat akhir. Secara tegas Whitehead mengajarkan bahwa entitas abadi yang tidak memeliki saat-awal dan saat-akhir hanyalah Tuhan, sebab pada hakekatnya Ia adalah yang-awal dan yang-akhir. Semua entitas di luar Tuhan selalu di dalam proses “menjadi”. Proses itu bukan proses buta, tetapi memerlukan “element formative” sebagai sumber aktivitas adalah Tuhan. Pandangan Whitehead ini disebut “panentheisme” (semua serba di dalam Tuhan);
dibedakan dengan “pantheisme”, artinya “semua serba Tuhan”.
TEORI SAAT AWAL KOSMOS
Teori Nebula
Nebula (dari bahasa Latin”kabut” nebulae atau nebulæ, dengan ligatur) adalah awan antarbintang yang terdiri dari debu, gas, dan plasma. Awalnya nebula adalah nama umum yang diberikan untuk semua obyek astronomi yang membentang, termasuk galaksi di luar Bima Sakti (beberapa contoh dari penggunaan lama masih bertahan; sebagai contoh, Galaksi Andromeda kadangkadang merujuk pada Nebula Andromeda). Dalam astronomi ada istilah nebula, yang maksudnya adalah awan antar bintang. Awan
antar bintang ini merupakan kumpulan gas dan/atau debu dengan kerapatan rendah jauh lebih rendah dibandingkan kerapatan air. Hanya saja karena dilihat dari jauh, maka tampak seperti gumpalan. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Laplace dan Immanuel Kant pada tahun 1796. Menurut Kant,di jagad raya terdapat gumpalan kabut yang berputar
perlahan-lahan sehingga lama-kelamaan bagian tengah kabut itu berubah menjadi gumpalan gas yang kemudian membentuk matahari,dan bagian kabut di sekelilingnya membentuk planetplanet,satelit,dan benda-benda langit lainnya. Sementara menurut Laplace,tata surya berasal dari kabut panas yang berputar sehingga membentuk gumpalan kabut,yang pada akhirnya bentuknya menjadi bulat seperti bola besar. Atas dasar kedua pandangan ini, sebenarnya teori nebula mau menegaskan bahwa pada
awalnya alam semesta kabut gas dan debu atau nebula.
Teori Tidal dan Teori Bintang Kembar
Teori Tidal menegaskan bahwa ratusan juta tahun yang lalu sebuah bintang
bergerak mendekati matahari dan kemudian menghilang. Dari matahari yang terlepas itulah kemudian terbentuk planet-planet. Hipotesis bintang kembar dikemukakan oleh Fred Hoyle pada tahun 1956. Hipotesis ini menyatakan bahwa : ‘pada awalnya tata surya berupa dua bintang yag
berukuran hampir sama dan letaknya berdekatan. Dari kedua bintang tersebut, dengan salah satunya belum stabil. Pada bintang yang tidak stabil ini suatu saat terjadi reaksi yang sangat cepat sehingga menghasilkan energi berupa panas, dan akhirnya bintang tersebut meledak menjadi serpihan-serpihan kecil. Serpihanserpihan tersebut terperangkap oleh gaya gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai bergerak mengelilinginya. Karena adanya gaya gravitasi serpihan yang letaknya berdekatan bergabung sedikit demi sedikit dan akhirnya membentuk planet, dan terbentuklah
susunan tata surya.
Teori Big Bang
Istilah ini diperkenalkan oleh George Lamaitre, seorang ilmuan Belgia. Menurut Lamaitre, pada mulanya alam semesta ini merupakan sebuah atom yang berisi semua materi dalam keadaan yang sangat padat yang kemudian meledak dan seluruh materinya terlempar. Sejak saat itulah mulai ekspansi yang berlangsung milyaran tahun dan akan berlangsung terus.
TOERI SAAT AKHIR KOSMOS
Anton Bekker dalam tulisannya: Kosmologi dan Ekologi mencatat bahwa ada beberapa prognosis tentang saat akhir kosmos. Pertama, kosmos akan berakhir ketika ditabrak oleh asterioda. Kedua, bumi akab berakhir ketika matahari “meniggal”. Matahari meninggal dimaknai sebagai gerhana matahari. Gerhana matahari sendiri terjadi ketika matahari-bulan-dan bumi berada dalam satu garis luru . ketiga, big-bang. Dalam teori ini diperkirakan bahwa umur bias sakti hanya berkisar 1 triliub tahun. Karena itu ketika melewati 1 tahun triliun maka kosmos berkahir. Disamping berbagai teori yang ada, persoalan mengenai kosmos juga menghadirkan dua teori besar yang saling bertantangan yakni ajaran kreasionisme dan teori evolusi. Kreasionisme mengajarkan bahwa kosmos tidak berkembang atau berevolusi dengan daya natural, tetapi membutuhkan pengaruh ekstrinsik (yang transenden yakni Allah sendiri).
Artinya bahwa ajaran kreasionisme mengakui bahwa Allah adalah sumber pencipta dan pengada segala yang ada baik kelihatan maupun tidak yang kelihatan. Sementara itu teori evolusi menganggap bahwa kosmos dan segala yang berada di dalamnya terjadi karena adanya suatu perkembangan secara bertahap dari waktu ke waktu. Yang paling ditekankan dari teori
in adalah proses perubahan dari segala bentuk kehidupan. Berdasarkan beberapa jawaban filsafat dan teori mengenai saat-awal dan saat-akhir
kosmos di atas dapat diasumsikan, bahwa kosmos dapat saja berawal dan berakhir ataupun sebaliknya. Intinya bahwa persoalan mengenai kosmos belum dapat diapstikan oleh pihak atau kalangan manapun hingga dewasa ini. Pada akhirnya manusia akan mati dan segala pendapat dari para filsuf dan ilmuan mengenai kosmos akan menjadi bahan pembelajaran bagi manusia dari generasi ke generasi dan membantu memanusia untuk memahami eksistensi kosmos ***