Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
WARTA-NUSANTARA.COM-Yes.66:10-14c; Gal.6:14-18; Luk. 10:1-12.17-20 Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, Minggu lalu pada awal kotbah saya sampaikan bahwa minggu biasa ke-13 terasa minggu panggilan oleh karena bacaan-bacaan suci berkisah tentang panggilan dan ikhtiar untuk mengikuti Yesus, maka minggu ini adalah Minggu Perutusan. Injil yang kita dengar berkisah tentang Tuhan menunjuk tujuh puluh murid lalu mengutusnya pergi berdua-dua mendahului ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjung-Nya. Inilah alasan Yesus mengutus ke-70 murid itu, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerjanya sedikit!”
Karena alasan itulah maka Yesus mengutus mereka. “Pergilah!” Yesus mengutus mereka tetapi sekaligus mengingatkan mereka bahwa Dia mengutus mereka seperti domba ke tengah-tengah serigala. Selain itu Yesus juga mengingatkan mereka untuk tidak membawa pundi-pundi, atau bekal, atau kasut. Bahkan memberi salam kepada siapapun yang mereja jumpai selama perjalanan, juga tidak boleh.
Selain itu, Yesus mengingatkan mereka, bagaimana seharusnya kalau memasuki sebuah rumah. Yesus pesan kepada mereka:” Katakanlah lebih dahulu, “Damai sejahtera bagi rumah ini. Bila dia menerima salammu, maka salammu akan tinggal padanya. Tinggallah di dalam rumah itu,makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu. Janganlah berpindah-pindah rumah.” Untuk melegkapi perutusan mereka, Yesus memberikan kepada mereka kuasa. Kuasa untuk menyembuhkan orang sakit, kuasa untuk mengusir roh-roh jahat dan kuasa untuk mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat padamu.” Ke-70 murid itu, dalam melaksanakan tugas perutusannya, yang mereka andalkan adalah kuasa Tuhan sendiri, bukan kuasa mereka. Dan karena mereka benar-benar mengandalkan kuasa Yesus maka mereka berhasil. Keberhasilan mereka ini digambarkan penginjil bahwa setelah menyelesaikan perutusannya, ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira. Mereka dengan bangga bercampur gembira berkata kepada Yesus:” Tuhan, setan-setan pun takluk pada kami demi nama-Mu.” Atas kesaksian mereka itu Yesus berkata:” Sesungguhnya Aku telah memberi kamu kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang dapat membahayakan kamu. Dan, tentang sukacita oleh karena setan-setan takluk kepada mereka, Yesus mengingatkan:” Janganlah bersukacita karena roh-roh itu takhluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu terdaftar di surga.” Yesus menandaskan kepada mereka, alasan kebahagiaan yang lebih tinggi daripada sekedar bergembira karena setan-setan takhluk kepada mereka. Yesus bilang:” Bersukacitalah karena namamu terdaftar di surga.” Nama mereka tercatat di surga, apakah karena mereka telah berhasil secara gemilang melaksanakan tugas perutusan mereka? Tentu saja, karena dalam konteks perutusan Yesus katakan:” Sebab setiap pekerja patut mendapat upahnya.” Jadi, Nama ke-70 murid ini terdaftar di surga oleh karena mereka melaksanakan dengan sungguh-sungguh setiap perintah Yesus dan sekaligus mereka patuh terhadap larangan-larangan Yesus. Lebih dari itu ialah bahwa dalam melaksanakan misi mereka, mereka sungguh-sungguh mengandalkan kuasa Tuhan sendiri. Mereka mengabaikan kepentingan diri sendiri, yakni makan dan pakaian, – “roti” dan “tongkat.”. Karena ke-70 murid itu pasti dengan pengosongan diri yang sesungguhnya, menaruh harapan akan hospitalitas Tuhan,- yang diwujudnyatakan dalam keramah-tamaan tuan rumah, tatkala mereka tinggal untuk bermisi.
Jadi, mereka berhasil dalam misi semata-mata bukan karena hebat dan kuatnya mereka semata, tetapi juga oleh karena kuat kuasa kasih Tuhan. Atas keberhasilan itu, mereka bersukacita. Tetapi jauh di atas dari sukacita mereka, ternyata Nama Mereka Telah Terdaftar di Surga. Nama terdaftar di surga berarti nama mereka terdaftar di dalam hati Allah. Bila nama sudah terdaftar di dalam hati Allah, itulah keselamatan. Keselamatan yang diterima sebagai upah “pekerja” sebagaimana kata-kata Yesus sendiri, “ Setiap pekerja wajib mendapat upah.” Saudara-saudaraku, pertanyaannya adalah, apakah nama kita juga telah terdaftar di surga? Apakah nama kita satu demi satu sudah terpatri di dalam hati Allah? Kalau sudah terdaftar di Hati Tuhan maka kita adalah orang-orang yang berharga di Mata-Nya. Karena kita ini milik-kepunyaan-Nya yang terlampau berharga di mata-Nya. Karena kita ini adalah milik kepunyaan-Nya maka kata-kata Nabi Yesaya, hemat saya, terpenuhi juga di dalam diri kita masing-masing.
“Sesungguhnya, Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai, dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir’ kamu akan menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan. Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikian kamu akan Kuhibur.” Orang-orang yang telah mendapatkan keselamatan dan oleh karena itu namanya terdaftar di surga oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, ia melukiskannya sebagai ciptaan baru. Ciptaan Baru itu adalah orang-orang yang sudah diselamatkan. Dia yang sudah diselamatkan berciri inklusif, – Artinya, tidak membedakan orang yang bersunat atau yang tidak bersunat. Ciri inklusif berarti siapa saja, – semua orang – yang memberi dirinya dipimpin oleh Roh. Roh itulah yang menjadi pedoman arah yang mengarahkan seluruh langkah hidup kita. Roh kita disertai oleh kasih karunia Yesus sebagaimana kata-kata Paulus:” Kasih Karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai kita.” Karena Roh kita selalu disertai oleh kasih karunia Allah, karena roh kita dipimpin oleh Allah maka semestinya langkah hidup kita tidak boleh salah. Perjalanan perutusan kita, tidak boleh di luar dari frame yang sudah Yesus arahkan. Perjalanan misi kita harus benar-benar on the track, berjalan sesuai pedoman, sesuai dengan arah, yang sudah dirancang oleh Tuhan sendiri. Pedoman perjalanan hidup yang diarahkan Tuhan adalah berbuat baik. Maka kita pun harus seperti ke-70 murid Yesus, berkeliling sambil berbuat baik. Siapa saja, harus berbuat baik kepada siapa saja. Tidak boleh memilih apalagi memilah-milah. Buat baik harus dari hati yang tulus iklas. Jangan penuh perhitungan. Tidak boleh ada intrik tertentu. Bila inilah yang kita lakukan sebagai orang-orang utusan Tuhan, maka percayalah, namaku dan namamu, hari ini tercatat juga di surga. Amin. ***