Oleh : Germanus S. Atawuwur
Sir. 10:1-8; 1 Ptr. 2:13-17; Mat. 22:15-21
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, secara umum, bulan Agustus terasa lain daripada yang lain. Dia terasa beda dengan bulan-bulan lain. Terlihat di mana-mana umbul di pasang untuk menambah semarak jejalanan umum. Bendera dikibarkan di setiap rumah dan kompleks perkantoran negeri dan swasta sejak dari tanggal 1 Agustus. Menjadi semakin lengkap karena terdengar lagu-lagu kemerdekaan di mana-mana. Perlombaan-perlombaan menyongsong Hari Kemerdekaan pun tak kalah menarik dilakukan di berbagai perkantoran dan desa-desa.
Kita sungguh-sungguh merasa bebas mengekspresikan jiwa raga sebagai manusia merdeka. Kita bersukacita dan bergembira ria karena kemerdekaan itu sebagai hak segala bangsa telah kita nikmati sejak 77 tahun silam. Ini semua tentu tidak lepas dari perjuangan para pahlawan untuk merebut kemerdekaan dari tangan kaum penjajah. Para pahlawan itu telah tiada. Hanya nama mereka tetap terkenang sebagai pahlawan bangsa. Maka pantaslah di awal kotbah ini saya mengajak kita semua kita untuk mengheningkan cipta di dalam hati, mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah rela mengorbankan jiwa raganya untuk memperjuangkan kemerdekaan Negara kita hingga titik darahnya yang terakhir. (hening sejenak). Saudara-saudaraku yang terkasih, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77, kita mendengar nasehat Petrus dalam bacaan II:” Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia,” baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali. Kita diminta untuk tunduk dan taat kepada semua lembaga manusia karena mereka oleh Putra Sirakh sebagai para penguasa yang bertanggung-jawab atas rakyatnya.
Para penguasa itu adalah pemerintah bijak yang menjamin ketertiban dalam masyarakat. Pemerintah yang arif adalah yang teratur. Mereka jualah yang memperhatikan kesejahteraan umum, kecerdasan masyarakat dan menjaga perdamaian, sebagaimana amanat agung dari Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Atau dalam bahasa Putra Sirakh:” Sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya.” Jadi kita diminta untuk tunduk pada semua lembaga manusia, karena dari lembaga ini hadirlah para pemimpin yang memiliki kewenangan untuk mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan warga bangsanya.
Namun, kehormatan itu tidak semata-mata diberikan kepada semua lembaga manusia bukan karena hadirnya para pemimpin, tetapi lebih dari itu penghormatan diberikan oleh karena Tuhan sendiri memerintahkan hal itu, sebagaimana kata-kata Petrus tadi:” Tunduklah, Karena Allah, Kepada Semua Lembaga Manusia.” Jadi, penghormatan dan ketaatan serta kepatuhan itu karena Allah. Hanya karena Allahlah hadirlah pemimpin-pemimpin lembaga manusia. Lembaga-lembaga manusia di Republic Indonesia ini kita kenal adanya Lembaga Tinggi Negara seperti Presiden, DPR, Kehakiman serta Lembaga Tertinggi Negara adalah MPR. Inilah yang dimaksudkan sebagai semua lembaga manusia. Bahwa terpilihnya Presiden, DPR dan MPR oleh karena credo
Vox Populi Vox Dei, (Suara Rakyat adalah Suara Tuhan), atau dalam bahasa Putra Sirak:” . Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya.” Karena kuasa Tuhanlah maka Ia mengangkat orang-orang yang serasi atasnya. Yang serasi atasnya, bermakna, pemimpin terpilih oleh karena kuasa dan kehendak Allah sendiri. Karena itu maka siapapun pemimpin yang terpilih, kerjanya adalah mensejahterakan kehidupan rakyat atau dalam bahasa kerennya” salus populi suprema lex.” (Kesejahteraan Rakyat adalah Hukum Tertinggi).
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, Tunduklah, Karena Allah, Kepada Semua Lembaga Manusia,” harus diwujud-nyatakan. Dia tidak boleh menjadi slogan mati. Ia tidak menjadi lip service. Maka Yesus hari ini memberi contoh nyata dengan membayar pajak kepada Kaiser, yang menjadi hak Kaiser. Yesus mengajarkan dan mencontohkan ketaatan kepada lembaga manusia, dalam hal ini Kaiser. Karena itu sebagai warga Galilea, Yesus membayar pajak kepada Kaiser. Namun Yesus tidak saja memberikan contoh tentang kewajiban kepada Negara/Kaiser tetapi juga kewajiban kita sebagai manusia beragama. Jadi harus memiliki dan melaksanakan juga kewajiban kepada Tuhan. Karena itu Yesus secara lengkap mengingatkan kita pada hari ulang tahun kemerdekaan Negara kita:”
Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Jadi Yesus mengajarkan soal sadar akan kewajiban sebagai warga Negara dan sekaligus sebagai warga agama, warga yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Atau dalam bahasa mentereng almahrum Mgr. Albertus Soegijapranata:” Menjadi Orang Katolik 100% dan menjadi warga Negara Indonesia 100%.
Pada ulang tahun ke-77 bangsa kita yang kita peringati dalam Liturgi Ekaristi atau Liturgi Sabda, hendaknya semakin menyadarkan kita bahwa kita adalah warga Negara tetapi juga adalah mahkluk beragama. Maka dalam keseharian kita sebagai warga Negara yang baik dan orang katolik yang sejati adalah perlu menumbuh-kembangkan semangat patriotisme – semangat cinta tanah air – dalam semangat menjadi warga Negara Indonesia 100% dan orang katolik 100%. Untuk itu maka hendaklah kita senantiasa ingat kata-kata Santu Petrus hari ini:” Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu,takutlah akan Allah! Dan, Tunduklah, Karena Allah, Kepada Semua Lembaga Manusia.”***
Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero